"Wah, tumben datang telat, Jo," ucap Raka saat melihat Jonathan berjalan di lorong yang memisahkan antara kantor restoran dengan ruangan khusus karyawan.Kaluna yang sedang berbicara dengan Raka langsung membeku, ia sama sekali tidak berani menoleh melihat Jonathan yang sudah berdiri di sampingnya. Ingatan Kaluna melayang pada kejadian tadi pagi, di mana Kaluna membuat Jonathan kelabakan karena kejantanan Jonathan mengeras akibat kebodohannya. Kaluna yang kebingungan hanya bisa berteriak maaf dan berlari meninggalkan Jonathan di pinggir jalan.Untungnya ojek online yang Kaluna pesan sudah datang dan membuat Kaluna bisa melarikan diri dari Jonathan, Kaluna tidak mau tahu bagaimana kondisi Jonathan setelahnya. Ia malu."Gue tadi ada urusan," ucap Jonathan sambil menyerahkan amplop pada Raka, "Kaluna nanti tolong kamu cek menu untuk bulan depan.""Baik." Kaluna hanya bisa melihat ke arah sepatunya, rasanya sulit mengangkat kepalanya dan menatap wajah Jonathan. Malu."Sama nanti coba di
"Dua New York Sirloin medium dengan potato wedges dan Moon Sous, tiga Lobster Bisque dan tiga Grill Jumbo Lobster," teriak Kaluna sambil melihat kertas pesanan yang keluar dari mesin."Yes, Chef ...." Suara teriakan, dentingan alat masak, dan suara dari makanan yang sedang dimasak melebur menjadi satu ditambah dengan suhu ruangan dapur yang sesak, panas dan beruap membuat Kaluna menarik-narik kerah jaket chef-nya karena merasa panas. Sauna.Suasana di dapur saat full servise jangan ditanya seperti apa chaos-nya, semuanya fokus untuk memasak dan meminimalisir kesalahan sekecil apa pun karena ada satu saja yang salah bisa terjadi pertempuran. Kaluna pernah merasakannya, paling parah adalah saat dirinya diusir keluar oleh Jonathan kemarin. "T-bone ready," teriak Okhe sambil menuangkan T-bone ke piring."Mashed Potato coming," teriak Ibram sambil berjalan ke arah Kaluna.Kaluna mencicip mashed potato dari Ibram dan mengangguk tanda dia menyetujui rasanya, ia dengan cepat melihat T-bone
"Gila kamu!""Kamu yang gila, nyangka aku pesugihan," ucap Jonathan sambil mengambil sabuk keselamatan dan memasangkannya untuk Kaluna seolah takut wanita itu meloncat keluar mobil untuk melarikan diri."Ya abis, kamu punya mobil kaya gini? Kok bisa? Kamu nggak jual diri, kan?" tanya Kaluna."Ya Tuhan, Kaluna, kalau aku jual diri siapa yang mau beli? Kamu sendiri yang bilang muka aku kaya curut, kan, mana ada perempuan yang mau sama curut," kekeh Jonathan sambil memastikan kalau sabuk keselamatan sudah terpasang dengan benar baru menutup pintunya."Kamu beneran nggak jual diri?" tanya Kaluna lagi saat Jonathan duduk dikursi pengemudi."Ya Tuhan, Kaluna ... aku nggak sehina itu, kamu kenapa sih?" tanya Jonathan sambil menyalakan mobilnya lalu keluar dari parkiran Moon, "kaya benci banget ke aku.""Hah? Kamu nggak salah ngomong? Aku benci ke kamu? Woi ... kamu yang awal-awal pura-pura nggak kenal dan kamu yang awal-awal nabuh genderang perang! Kamu yah, kamu." Kaluna menunjuk Jonathan g
Ciuman itu begitu manis, ahli dan panas, Kaluna bingung antara dia menikmatinya atau membuka matanya yang berat lalu melihat apakah ini mimpi atau kenyataan yang bisa melambungkan perasaannya. Sayangnya kelopak matanya saat ini menjadi musuh terbesar Kaluna, kelopaknya sulit untuk terbuka akibat tubuhnya terlalu lelah dan ia merasa sangat nyaman dengan kehangatan yang menguar dari tubuh Jonathan. "Jo," bisik Kaluna pelan dan saat itu juga Kaluna merasakan tubuhnya dihempas lembut ke sesuatu yang empuk. Ia dengan cepat meringkuk dan menikmati belaian hangat di bagian punggungnya, sebuah belaian yang menyeretnya pada sebuah memori. Memori terlarang yang selalu ia simpan ditempat paling manis di dalam ingatannya, memori saat dirinya dibelai dengan sangat panas oleh Jonathan. Memori yang sangat terlarang namun, tidak bisa ia sangkal kalau itu adalah sesuatu yang nikmat dan candu. "Jo ...," bisik Kaluna lagi saat merasakan kehangatan memercik di tengkuknya dan menyebar keseluruh tubuhnya
"Ngapain kamu di sini?" tanya Kaluna kesal saat melihat Jonathan berada di ruang tamunya, lelaki itu mengenakan kameja hawai berwarna biru dan celana pendek. Terlihat santai dengan kacamata hitamnya."Lama, yah." Jonathan melirik Kaluna dari balik kacamata hitamnya."Kamu ngapain di sini?" tanya Kaluna sambil berusaha mengalihkan tatapannya, bisa gila dia lama-lama melihat wajah Jonathan apalagi setelah dia bermimpi erotis bersama Jonathan tadi. Ampun ... tubuhnya masih merinding mengingat setiap sentuhan panas Jonathan. Walau mimpi namun terasa sangat nyata.Jonathan mengangkat lemper buatan Emma sambil menggigitnya, "Makan."Kaluna melipat tangan di dada dan melihat ke arah jam dinding rumahnya, seolah jam itu terlihat sangat menarik padahal pikirannya sudah tersesat dalam belantara pikiran erotis hanya karena melihat lidah Jonathan mengecupi ujung tangannya. "Ampun! Kaluna sadar! Otakmu ini harus dicuci pakai pencuci pakaian atau mungkin di rendam di sungai! Kenapa kotor sekali, Ya
"Garnisnya pake puree kacang polong," ucap Jonathan sambil mencicipi saus yang akan disajikan untuk acara ulang tahun, setelahnya ia melap sendok dan menyelipkannya di kaitan di samping lengan.Kaluna mulai sadar kalau Jonathan selalu memiliki sendok sendiri dan tidak pernah mau menggunakan sendok yang diberikan oleh orang lain, sebuah kebiasaan kecil yang mengusik pikiran Kaluna semenjak lelaki itu bilang kalau dirinya busuk.Entah kenapa ada sesuatu yang mengusiknya dari perkataan Jonathan tadi pagi hingga membuat Kaluna sedikit melunak dengan Jonathan, bahkan Kaluna sama sekali tidak mengonfrontasi omongan Jonathan sama sekali. Ia bahkan mengikuti semua keinginan Jonathan walaupun pria itu beberapa kali mengungkapkannya dengan sangat menyebalkan."Okhe, ingat steak-nya harus sesuai saat nanti kamu masak di depan guest, gue nggak mau ada kesalahan." Jonathan mengingatkan Okhe yang sedang memilah daging yang akan mereka olah hari ini untuk acara ulang tahun."Nanti kalian jangan samp
Suasana panas di dapur benar-benar membuat tenaga seolah tersedot tanpa ampun membuat semua orang di sana bekerja sebaik mungkin dan meminimalisir kesalahan demi menjaga ritme kerja. Kaluna terus berteriak mengingatkan apa yang harus dilakukan dan tidak dilakukan hingga akhirnya dia mendapatkan sebuah pesanan, "Pesanan terakhir dari acara ulang tahun," pekik Kaluna keras seolah mereka sudah berada di ujung garis akhir dan bersiap untuk selebrasi. "Dua grilled yellowfin tuna, tiga prime fillet mignon dan satu rib eye steak," teriak Kaluna. "Yes Chef." Saat Kaluna sedang membenarkan nota pesanan tiba-tiba ia merasakan tepukkan di bahunya, "Jonathan." "Kamu bisa ikut saya? Yang ulang tahun ingin ketemu katanya mau ngucapin terima kasih," bisik Jonathan. "Tapi, ini ...." Kaluna menunjuk sekelilingnya karena dia merasa pekerjaannya belum selesai. "Biar Okhe yang urus, Khe ... tolong," perintah Jonathan yang langsung diiyakan oleh Okhe. Kaluna pun berjalan mengikuti Jonathan sambil m
"Nggak pulang, Lun?" Okhe mengenakan jaketnya, "udah malem loh, ini. Mau bareng?" tanya Okhe.Kaluna melirik ke arah dapur yang masih menyala terang menandakan masih ada orang di dalam sana dan Kaluna tau siapa orang itu. "Di dapur masih ada Pak Jonathan, entah dia mau ngapain," ucap Okhe yang sadar kalau Kaluna dari tadi melihat ke arah dapur.Kaluna gamang, apakah dia harus ke dapur dan bertanya apa yang terjadi pada Jonathan atau dia harus pergi dari sana dan melupakan apa yang terjadi. Toh sebenarnya ia dan Jonathan sudah tidak ada hubungan apa pun lagi. Jonathan juga bersikap menyebalkan pada dirinya, kenapa ia harus mau berurusan lebih jauh dengan Jonathan? Lebih baik dia pulang bersama Okhe dan mendoakan yang terbaik untuk Jonathan, karena itu yang diinginkan oleh Jonathan."Lun ... mau pulang nggak? Ayo," ajak Okhe lagi yang memang rumahnya satu arah dengan Kaluna. Kaluna mengambil tasnya dan tanpa sadar menjatuhkan kotak makanan dari dalam tasnya. "Ini punya siapa?" Kaluna
"Why?" tanya Jonathan kaget karena Kaluna dengan cepat menjawab pertanyaannya tanpa menunggu jeda atau apa pun juga."Ibu sama siapa, Jo, kalau aku pergi," ucap Kaluna sambil menyuar rambut hitam tebal Jonathan. "Kalau aku pergi, nanti Ibu yang jaga siapa? Kebayang nggak kalau aku pergi tiba-tiba aja Tante Frida dan Eyang Sekar bikin ulah lagi, siapa yang jaga Ibu?""Tapi kan, mereka sudah berjanji nggak bakal ganggu kamu dan keluarga kamu." Jonathan mencoba mengingatkan Kaluna kalau Sekar dan Frida sudah menandatangani surat perjanjian untuk tidak menggangu Kaluna dan Emma karena Kaluna sudah melepaskan semua hak warisnya atas kekayaan dari Pamungkas."Untuk Eyang Sekar aku yakin dia nggak bakal bikin ulah." Kaluna tiba-tiba kembali mengingat pertemuan terakhirnya dengan Sekar di mana nenek tua itu menangis sambil memeluknya dan meminta maaf atas segala kesalahan yang ia perbuat dulu. Sebuah kesalahan yang menorehkan luka sangat dalam bagi Kaluna, sebuah kesalahan yang hampir membua
"Screw you!" maki Jonathan saat Raka kembali mengangat telepon dari dirinya. Hampir pecah kepala Jonathan saat mendengar perkataan Raka yang akan memecat dirinya dan ditambah sudah hampir lima belas menit Raka mengabaikan teleponnya."Cool man," ucap Raka santai sambil menahan tawanya karena dia tahu kalau ia sudah membuat Jonathan murka."Cool? Are you fucking kidding me, Raka!!""Chill oi ... sabar, santai ....""Orang gila mana yang tetep santai saat tahu kalau dirinya dipecat dari tempat dia bekerja? Hah? Orang gila mana? Mana semua resep, bahan dan cara kerja udah lo ambil semuanya!" Jonathan bukan takut tidak berpenghasilan bila dia dipecat dari Moon.Jujur bagi Jonathan untuk kembali membuka restoran dan mencari pekerjaan lain semudah menjentikan jari, sudah banyak pemilik restoran dan hotel-hotel bintang lima yang mau memperkerjakan dirinya. Tapi, yang Jonathan kesal adalah hampir semua resep, cara masak dan fondasi Moon itu adalah hasil buah pikirannya. Anggaplah Moon adalah
"Udah bangun?" tanya Jonathan saat melihat Kaluna membuka matanya, tanpa sadar ia tertawa melihat Kaluna memicingkan matanya karena sinar matahari yang ada si belakang Jonathan."Ah ... mataharinya, Jo," rengek Kaluna manja sambil menepuk dada Jonathan, "kamu kebiasaan deh nggak pernah rapet nutup jendela." Kaluna menarik selimut lalu menutupi wajahnya. "Jangan tidur lagi, Yang," pinta Jonathan sambil menarik selimut Kaluna dan langsung tertawa keras saat melihat raut wajah marah istrinya itu, "kenapa? Ayo bangun, Yang ... ini udah jam sembilan. Malu sama matahari," kekeh Jonathan."Ngantuk, Jo ... sumpah ngantuk banget, kamu sadar nggak sih kalau kita itu baru tidur empat jam," ucap Kaluna sambil melirik Jonathan dan mengembikkan bibirnya karena masih merasa ngantuk.Sumpah tubuh Kaluna saat ini lelah bukan main, rasanya setiap sendi di tubuhnya meminta Kaluna untuk terus berada di ranjang dan kelopak matanya meminta Kaluna untuk kembali tidur tapi, sialnya Jonathan benar-benar meng
Kaluna mendesah saat jemari Jonathan menyusup ke dalam pakaian dalamnya dan mengusap bagian paling sensitif miliknya hingga tanpa sadar ia merenggangkan kedua kakinya untuk menerima sentuhan Jonathan yang selalu membuat dirinya melentingkan tubuh."Yang bisa buka?" tanya Jonathan sambil sesekali mengecupi garis leher Kaluna dengan lembut seolah itu adalah benda yang harus ia sentuh dengan sangat hati-hati.Kaluna yang limbung kerena gulungan kenikmatan yang Jonathan berikan berusaha untuk melepaskan kancing-kancing pakaiannya dengan susah payah, tanpa sadar dia mengutuki kancing-kancing bajunya yang cantik namun sulit untuk terlepas, "Susah," bisik Kaluna.Setelah Kaluna berkata ia merasakan jemari Jonathan keluar dari tubuhnya, menghentikan gerakan erotis nan manis yang membuat Kaluna merasa kecewa karena tidak lagi tergulung dalam kenikmatan yang membuat birahinya meraung. "Jo," desah Kaluna sambil menatap wajah Jonathan yang saat ini sedang menatapnya, tanpa sadar ia mendekatkan w
"Jo, ini kita mau kemana sih?" tanya Kaluna yang kesal bukan main karena sudah duduk di dalam mobil selama hampir dua jam dan sama sekali belum menunjukkan tanda-tanda kalau mobil itu akan berhenti."Bentar lagi sampai kok, Nyonya ... tenang saja tempatnya bagus," ucap Bli Wayan yang hanya bisa tersenyum mendengarkan pertanyaan Kaluna yang entah sudah keberapa puluh kali diucapkan oleh wanita yang saat ini menatapnya dengan kesal."Bagus sih bagus, Bli, tapi kenapa ini kayanya jauh banget tempatnya, tepos pantat aku yang ada," gerutu Kaluna sambil menggerakkan pantatnya ke kanan dan ke kiri karena sudah mulai merasa sakit. Nasib pantat tepos."Mana yang sakit?" tanya Jonathan sambil menyelipkan tangannya ke punggung Kaluna dan bergerak turun ke arah bokong Kaluna."Aw ... Jo, sakit," pekik Kaluna sambil membulatkan matanya dan menahan tangan Jonathan, "jangan dicubit," rengek Kaluna manja."Sini aku pijitin," ucap Jonathan santai tapi sumpah demi apa pun Kaluna dapat melihat tatapan p
"Kenapa?" tanya Jonathan dari balik kacamata hitamnya yang membuat ketampanannya melonjak naik."Nggak," sahut Kaluna sambil membenarkan posisi duduknya. Saat ini mereka sudah berada di pesawat salah satu maskapai penerbangan komersil Indonesia. Sesekali Kaluna melihat ke arah jendela pesawat yang sudah terlihat awan putih yang menandakan mereka sudah berada di ketinggian yang cukup untuk melepaskan sabuk pengaman, "aku mau ke kamar mandi."Jonathan menggeleng sambil menahan tangan Kaluna, "Nggak ... kamu kenapa? Dari tadi malem kamu gelisah terus bahkan kamu tidur pun gerak mulu." "Aku mau ke kama ...." Kaluna menghentikan ucapannya saat melihat Jonathan melepaskan kacamata hitam dan menatapnya tajam, "Jo.""Duduk," perintah Jonathan dan langsung diikuti oleh Kaluna. Selama beberapa menit mereka saling diam dan tidak berkata apa pun juga, hanya terdengar suara sekitar mereka saja."I am waiting, Yang." Jonathan memecahkan kesunyian sambil melirik ke arah Kaluna, mencoba menjelaskan
"Kenapa lagi?" tanya Cakra saat melihat Karin dan keamanan hotel berada di dekatnya."Saya menemukan Bu Karin ingin membobol salah satu laci di ruangan kerja Bapak, Bapak selalu minta saya untuk menjaga laci di ruangan Bapak dan meminta tidak boleh ada yang membukanya tanpa terkecuali. Jadi, saya mohon maaf tadi saat saya lihat Bu Karin mau membuka laci dari CCTV langsung saya amankan, Pak," ucap keamanan hotel sambil melirik Karin yang terlihat marah."Saya ini istrinya, kamu nggak berhak buat memperla—""Terima kasih Pak, kamu sudah melakukan pekerjaan dengan baik. Sekarang biar saya urus dia sendiri, silakan kembali bekerja." Cakra mengabaikan perkataan Karin sambil meminta keamanan hotel pergi meninggalkan mereka."Aku duluan pulang, yah," ucap Kaluna sambil menepuk bahu Cakra, "bareng dia juga," lanjut Kaluna sambil menunjuk Gendis yang terlihat sedang mengutak atik ponselnya seolah memiliki dunianya sendiri."Kenapa ada itu lonte?" tanya Karin.Kaluna yang bersiap pergi langsung
"Kamu jangan lupa minum obat," ucap Kaluna sambil menutup pintu mobilnya dan berjalan ke arah pintu depan hotel."Iya, aku minum bentar lagi dan kamu udah konsultasi ke Dokte Fina?" tanya Jonathan melalui sambungan telepon."Udah, cerewet," jawab Kaluna sambil menahan tawanya karena sudah semenjak ia membuka matanya Jonathan terus mengingatkannya untuk konsultasi dan melakukan check up ke Dokter Fina."Bener udah? Kalau kamu bohong aku telepon Dokter Finanya," ancam Jonathan."Sono telepon, sekalian datangin hari ini," tantang Kaluna, "kamu kan emang ada janji sama Dokter Fina buat nanti sore jam lima. Aku tahu karena tadi Dokter Fina bilang kamu ubah jadwal konsultasi.""Salahin si Raka sialan ini yang maksa banget buat ketemu dan entah apa lagi yang mau dia bahas padahal dia udah aku kasih semuanya. Bahkan aku udah pilihin sous chef yang normal bukan si Rahmat Mcflurry," maki Jonathan yang kesal karena hari liburnya terganggu karena Raka."Ampun deh aku suka ngakak kalau inget si Ra
Kaluna memekik keras saat ia merasakan jemari Jonathan memasuki dirinya, bergerak dengan ahlinya hingga membuat ia menahan ledakan kenikmatan di bagian paling kecil tubuhnya yang menjalar dengan liat ke seluruh tubuh."Jo ... ah, bisa kamu pel — ah, Jo," desah Kaluna saat ia dibuat pusing karena digulung kenikmatan dari gerakan jemari Jonathan yang selali bisa melambungkan birahinya hingga ketitik tertinggi.Jonathan mencumbu bibir Kaluna untuk membungkam mulut istrinya yang terus mendesah dengan suara paling sensual yang ia dengar. Dengan ahli Jonathan mengecupi rahang Kaluna dan bergerak turun ke arah payudara Kaluna.Birahinya tercambuk sempurna saat ujung lidahnya menyentuh puting payudara Kaluna yang sudah mengeras, seolah sudah menunggu untuk Jonathan puja. Lidahnya bergerak liar nan sensual untuk memberikan kenikmatan bagi Kaluna, sesekali Jonathan menggigit dan menyesap payudara Kaluna. Memujanya.Kaluna hanya bisa menengadahkan kepalanya dan melentingkan tubuhnya saat ia mend