Setelah kejadian saat itu, entah kenapa Razie semakin baik pada Kanza. Dia bisa merasakan sikap manis laki-laki itu padanya, Razie sangat manis padanya dan semakin lembut. Pria itu tak pernah lagi kumat, dalam artian marah dan melukai Kanza seperti kejadian saat itu. Razie berubah menjadi sosok yang sangat baik. Kanza merasa jika dia mulai jatuh cinta pada pria itu. Seperti biasa, setelah menyelesaikan pekerjaannya di galeri, Kanza langsung pulang ke rumah. Sebenarnya kanza merindukan kumpul dengan Dani dan Jihan, tetapi Kanza takut jika dia ke sana putranya menunggunya di rumah. Kendrick sendirian di rumah besar itu! Dengan langkah penuh semangat, Kanza memasuki rumah tersebut– langsung menemui putranya di outdoor samping, karena biasanya Kendrick sangat suka bermain di sana. "Ken, Mama pula …-" ucapan Kanza terhenti, bersamaan dengan langkah kakinya yang tertahan ketika melihat banyak orang di sana-- bukan hanya putranya. Deg deg degJantung Kanza seketika berdebar kencang, men
"Hei, mau kamu bawa kemana putraku?!" pekik Beby, langsung berdiri– mengejar Kanza yang berniat membawa Kendrick dari sana. "Sini putraku!" pekiknya sembari berusaha menarik Kendrick dari Kanza. Kanza yang sudah tak tahan, mendorong cukup kuat pundak Beby– membuat perempuan itu berakhir tersungkur dan terjatuh di lantai. "Jangan menyentuh putraku!" teriak Kanza marah, cukup mengejutkan Razie serta orang-orang di sana. Matanya melotot marah, menatap Beby yang telah tersungkur di lantai. "KANZA!" murkah Rafael, berjalan menghampiri perempuan itu lalu berniat menampar Kanza. Namun, sebelum tangannya menyentuh pipi Kanza– dua tangan berbeda ukuran lebih dulu menahan pergelangannya. Sebuah tangan besar dan kokoh menahan pergelangan tangan Rafael, lalu di bawah tangan yang mencekal pergelangan Rafael tersebut ada tangan mungil yang jua ikut menahan. "Sedikit saja anda melukai Mamaku, seumur hidup aku tidak akan memaafkanmu," ucap Kendrick dingin, melayangkan tatapan tajam ke arah pria y
"Kamu cape, boleh. Tapi kalau untuk mengakhirinya, Tante mohon jangan yah, Kanza Sayang!" pinta Kanza, kembali memeluk tubuh rapuh Kanza dengan penuh kehangatan dan cinta. Mungkin jika Ziea yang berada di posisi seperti Kanza ini, dia juga akan merasa lelah– putus asa dan ingin menyudahi semuanya. Namun, Ziea tidak bisa membiarkan Kanza mengakhiri semua ini. Katakan Ziea egois! Tetapi dia hanyalah seorang ibu yang ingin melihat anaknya bahagia. Razie sudah lama tertekan dengan keluarga mereka, ini saatnya Razie memiliki cintanya– didampingi oleh perempuan tangguh yang akan mengurus putranya hingga tua. Dulu, Razie sering dikatai homo oleh sepupunya hanya karena tidak pernah menyukai perempuan, tidak pernah dekat dengan perempuan, dan hanya berteman dengan Ebra. Hal paling keji, mereka memfitnah Razie mencintai saudara kembarnya sendiri. Hingga Razie-nya benar-benar jatuh cinta, ingin memiliki perempuan itu dan menjadikannya istri. Namun, keluarga suaminya menjebak Razie– membuat Ra
"Hah?" Kanza mengerutkan kening, menatap ke arah perempuan tersebut dengan bingung. Pertama, siapa Adi? Yang kedua, siapa perempuan ini? "Kamu nggak kenal aku? Serius, kamu lupa?" Perempuan itu melototkan mata, menatap Kanza dengan raut muka serius. Kanza menggelengkan kepala, masih menatap aneh pada perempuan tersebut. Hei, siapa perempuan ini? Tidak asing tetapi Kanza lupa dia siapa. "Ya ampun!!" Tiba-tiba suara pekikan terdengar, membuat Kanza dan perempuan tersebut menoleh ke arah suara pekikan cukup histeris tersebut. "Kenapa bisa begini sih? Kalian nggak apa-apa kan?" tanya Lea panik, langsung memerintahkan maid– lewat isyarat-- untuk membereskan kekacauan yang entah siapa yang melakukannya. Kanza dan perempuan yang seumuran dengannya tersebut langsung berdiri. Perempuan itu menghampiri Lea kemudian memeluk lengannya dengan manja. Sedangkan Kanza hanya terdiam, memperhatikan Lea dan perempuan tersebut. "Mommy, ini Kanza yang sering aku ceritain ke Mommy. Yang aku bilang a
Namun, ketika menyadarinya … Deg deg deg Jantung Kanza terasa akan copot dalam sana, berdebar kuat dan sangat kencang. Matanya melotot, iris-nya melebar, campuran perasaan takut dan tak enak karena lancang duduk di pangkuan pria tersebut. Ada perasaan malu yang membuat saraf-saraf Kanza kaku, punggungnya panas dingin serta raut mukanya yang memucat. Berbeda dengan Kanza, raut muka Razie terlihat santai– memiringkan kepala dengan sebelah alis yang terangkat, menatap intens wajah cantik Kanza-nya. Ah, ekspresi Kanza yang seperti ini terasa sangat menggemaskan. Kanza berniat bangkit, bergegas turun dari pangkuan Razie. Namun, tiba-tiba saja Alana menerjang tubuhnya, membuat Kanza kembali duduk di atas pangkuan Razie. "Pelukan sahabat, Adi tepung Kanji," pekik Alana riang, memeluk Kanza secara erat-erat. "Iiiih, lepasin, Dedemit Alan! Lepas!! Aaaargk … kenapa aku harus ketemu kamu lagi sih?" keluh Kanza, berusaha memberontak– mendorong sembari menjauhkan wajahnya dari Alana. Demi Tu
Hingga tiba-tiba pintu terbuka, Kanza dengan cepat mengayunkan tangannya dan …-Bug'Dengan cepat seseorang tersebut menangkis pukulan Kanza, menangkap patung tersebut kemudian menariknya dari tangan Kanza. "Kau ingin membunuhku?" Razie menaikkan sebelah alis, meletakkan patung tersebut di sebuah meja panjang yang berada di dekatnya lalu melangkah mengikis jarak pada Kanza. "Pak Razie?" Kanza melogo horor, melototkan mata dengan air muka kaget. "Kenapa?" Razie mengunci pergerakan Kanza, menyurutkan perempuan tersebut ke tembok lalu mengungkungnya dalam tubuhnya yang besar. "Kau tidak suka aku di sini, Sweetheart?" tanya Razie bernada serak, mendekatkan wajahnya ke wajah Kanza– di mana tangan kanannya sudah melingkar secara possessive di pinggang Kanza. "Bukan begitu, Pak. Tapi … kenapa lewat dari balkon. Pak Razie seperti pencuri saja," ucap Kanza. Sejujurnya dia gugup setengah mati, pria ini terus mendekatkan wajahnya ke leher Kanza– mengendus-endus leher Kanza dengan sesekali
Kanza memijit kening ketika melihat Alana mencengkeram kerah kemeja Dani, pusing dengan Alana yang sudah ia anggap sejak dulu sebagai Kunti pengganggu. "Kamu nikah nggak ngundang-ngundang aku, Hah? Takut zuppa soup sama rendang di pernikahanmu habis yah makanya nggak ngundang aku?!" tuntut Alana, marah-marah pada Dani tanpa memperhatikan sekitarnya. "Eh." Dani hanya bisa meringis, menatap Alana cukup kaget dan pucat pias. Hais, dedemit ini kenapa muncul? "Bukan takut zuppa soup sama rendang habis, Alan. Tapi takut meja prasmanan-nya kamu makan, makanya Dani nggak ngundang kamu," ucap Kanza pelan, manggaruk tengkuk dengan menatap santai ke arah Alana. "Aaaah … Adi, kamu jahat banget sih!" Alana menyungut, memukul pundak Dani cukup kuat kemudian mengambil tempat duduk di sebelah Kanza. "Lah, si anying!" Dani mengusap pundak, "siapa yang salah siapa yang dipukul. Dasar Kunti!" ucapnya sebal, menatap berang ke arah Alana yang sudah duduk. "Kunti? Helloww … aku ini model terkenal ya
Hari yang ditunggu-tunggu pun akhirnya tiba, hari pernikahan Kanza dan Razie. Setelah menggelar pernikahan privat yang mewah– meskipun hanya dihadiri oleh keluarga Azam serta tamu spesial keluarga Azam, akhirnya Kanza sah menjadi istri dari Razie Dominic Azam. Ada banyak keluarga pria itu yang hadir, keluarga pria tersebut yang dari LA, Paris, Italia, dan tempat lainnya. Mereka semua datang. Kanza benar-benar bingung serta kesulitan untuk menghapal wajah mereka semua. Itu kekurangan Kanza. Dia cukup cerdas dan pintar, mudah tanggap dan mudah menghapal rumus tersulit sekalipun. Tetapi tidak dengan wajah seseorang. Kanza sangat sulit mengingat wajah, dan Kanza menyebutnya sebagai kekurangan untuknya. [Selamat yah, Kanza sayangku. Semoga malam pertamamu dengan Tuan muda kaya raya lancar. Semoga Kendrick cepat dapat adik. Hihihihi ….]Kanza yang sedang membaca note dari Jihan dan Dani tersebut hanya bisa mendengkus kesal. "Abaikan," ucap Kanza, melempar note ditangannya dengan se enak