Sudah hampir satu bulan Ziea LDR dengan suaminya, rasanya sedikit menyedihkan bagi Ziea. Namun, mau bagaimana lagi, dia tidak bisa berbuat apa-apa selain menjalaninya. Suaminya sedang ada urusan penting di Italia, dan Ziea hanya bisa mendoakan keselamatan Reigha dari sini. Semua orang merahasiakan urusan apa yang sedang Reigha tangani di Italia. Tetapi mereka bilang-- itu sangat berbahaya. Oleh sebab itu Reigha tidak membawa Ziea ikut ke sana. Bahkan kata keluarga pria itu, di sana tak ada yang tahu siapa istri dari seorang Reigha. Saking jaganya Reigha pada Ziea. Ziea saat ini berada di dalam kamarnya, seperti bisa– dia menonton televisi namun sibuk bermain handphone. Sebenarnya Ziea menunggu telpon dari suaminya, namun sudah hampir tengah malam begini tetapi Reigha belum juga menghubunginya. 'Apa Mas Reigha sudah lupa yah padaku? Kemarin dia juga tidak menelpon, dan malam ini sepetinya juga tidak. Cik, aku jadi takut.' batin Ziea. Wajahnya murung tetapi matanya tak lepas dari la
Saat ini Ziea sedang di cafe, sedang di dapur cafe lebih tepatnya. Dia tengah membaca novel sembari menikmati susu pisang kesukaannya. Ziea istirahat sejenak bersama Lea yang juga tengah membaca novel. "Eh, tadi malam kamu ngapain ngirim foto Abang kamu ke aku?" Ziea yang sedang asyik membaca seketika teralihkan, dia seketika mendongak dan menatap Lea dengan air muka bingung. "Kirim foto apaan? Nggak lah.""Ih, serius. Ini buktinya." Lea buru-buru membuka ponselnya dan langsung men-cek room chat antara dia dan Ziea. Kening Lea seketika mengerut, aneh sekali pesan bahkan foto yang dikirim Ziea padanya tadi malam semuanya hilang. "Loh, hilang?" bingungnya, memperlihatkan room chat-nya dengan Ziea yang sudah kosong. "Coba kamu cek di ponsel kamu. Pa-pasti ada.""Enggak ada." Ziea menunjukkan room chat-nya dengan Lea, tak ada pesan apapun yang dia kirim semalam untuk Lea. Sebaliknya, pesan dari Lea untuknya, juga tak ada yang dikirim tadi malam. Ada, tetapi kemarin dan kemarin lagi. In
"Sudah ada kabar?" tanya Aesya pada Haiden. Ini sudah tiga hari berlalu– mereka semua masih menunggu kabar, berharap jika kabar baik yang akan mendatangi mereka. "Masih Camille yang ditemukan dengan Paman Fauzan. Dan … Camille akan kesini untuk menemui keluarganya. Paman akan tetap di sana– akan ikut mencari Rei," jelas Haiden, menghela napas berat sembari memijit pangkalan hidungnya. Camille, Fauzan dan beberapa orang mereka ditemukan di sebuah pulau, tetapi mereka sama sekali tak menemukan jejak Reigha di sana. Mereka masih mencari, dan tak ada yang tahu Reigha ada di mana sekarang. "Tapi kabar baiknya, Rei bisa saja selamat dari ledakan itu. Hanya saja sampai sekarang dia belum ditemukan. Kita berdoa saja," tambahnya, yang mendapat anggukan kepala dari Aesya, Ziea maupun Serena. "Ziea, Kakak akan ke sana dengan Kak Prince. Kau jaga dirimu di sini dengan baik, jaga Mommy dan … terus berdoa." Ziea menganggukkan kepala. "Baik, Kak," ucapnya serak dan lembut, tersenyum manis ke a
"Dari mana kamu?" Ziea menghentikan langkanya, menatap Mommynya dengan raut muka gugup dan takut-takut. Jantungnya berdebar kencang dan tubuhnya menegang kaku."Aku?" Ziea menunjuk dirinya sendiri, menatap Mommynya dengan senyuman canggung, "dari cafe, Mom. Kan tadi izin ke Mommy," lanjutnya sembari menyengir aneh. "Malam baru pulang?" Moza setengah mengomel. "Jangan dibiasakan dong, Sayang. Bagaimana jika terjadi sesuatu pada kamu? Mommy khawatir!" "Maaf, Mom. Tadi cafe lagi ramai, Ziea nggak enak kalau ninggalin Lea dan yang lainnya. Maaf yah, Mom," pinta Ziea dengan nada memelas dan lembut. "Iya, Sayang." Moza mengusap pinggiran wajah putrinya dengan lembut dan penuh kasih sayang. 'Setelah pulang dari cafe, wajah putriku lebih ceria. Dan … senyumannya sudah muncul kembali. Hah, mungkin Ziea memang perlu melakukan kesibukan agar tidak terlalu memikirkan Nak Rei. Kasihan kamu, Nak.' "Gimana kabar Lea? Udah lama dia tidak minta foto Kak Deden ke Mommy."Ziea seketika melebarkan m
Cup'Tak tahan, Reigha langsung melumat bibir Ziea, meluapkan hasrat serta kerinduannya pada kenyalnya benda manis dan menggoda itu. Tak sampai di sana, tangannya mulai menyelinap masuk dalam blus yang Ziea kenakan– meraba keindahan milik istrinya dengan gerakan lembut namun penuh nafsu. Ziea membalas ciuman tersebut, bibir keduanya saling beradu– saling melampiaskan perasaan rindu masing-masing serta rasa ingin memiliki yang begitu besar. Ciuman Reigha perlahan turun ke arah leher Ziea, mengecupnya dengan liar sembari memberikan tanda kepemilikan di sana. Tangannya tak yang bebas kini beralih membuka blus yang Ziea kenakan, mulai ke permainan yang lebih panas dan menantang. Ziea dibuat mabuk kepalang, melambung tinggi dan terus merintih penuh kenikmatan. Seperti biasa, sentuhan Reigha sangat panas dan membakar. Pria ini pandai memanjakan istrinya dan membuat Ziea tak berkutik. ***"Jadi karena mereka tahu Zayyan adalah pewaris Tuan Sam, mereka mengincarnya untuk di -- ekk," ucap Z
Tiga minggu kemudian. "Bagaimana?" tanya Lea setelah sahabatnya tersebut keluar dari ruang pemeriksaan. Ziea tersenyum tipis, memberikan sebuah surat laporan medis ke sahabatnya tersebut. Lea membuka surat tersebut kemudian membacanya. Mata Lea membelalak dan wajahnya campur aduk. Dia ingin senang, tetapi …-"Ka--kamu hamil?" ucap Lea dengan raut muka bingung. Dia harusnya senang karena sahabatnya ini hamil, akan tetapi bukankah keadaannya sangat tidak memungkinkan Ziea hamil? Hampir dua bulan Ziea tidak bertemu dengan suaminya. Ba--bagaimana bisa Ziea hamil? Ziea tersenyum tipis, menganggukkan kepala– wajahnya bersinar dan cerah, akan tetapi tatapan matanya sendu dan sayup. "Baru minggu-minggu awal, Mak Le." "A--aku senang kamu hamil, tapi-- kok bisa?" bisik Lea dengan tampang muka bercampur aduk. Dia tak tahu harus menjelaskan bagaimana yang ia rasakan saat ini. Di satu sisi dia senang Ziea hamil, karena saat di pulau-- waktu itu, Ziea pernah mengatakan jika dia ingin punya ana
"Ke--kenapa Mommy menangis? Mommy tidak senang yah?" tanya Ziea dengan nada serak dan hati-hati. "Masih bisa bertanya? Urat malumu di mana, Ziea?" sarkas Aesya dengan wajah marah. "Cukup!" Satiya merelai, tetapi sepetinya Aesya tidak peduli. Aesya merasa sakit, kembarannya dikhianati oleh Ziea! Aesya selama ini sangat percaya jika Ziea bisa memberikan kebahagiaan pada Reigha, tetapi mungkin dia terlalu percaya pada perempuan itu. Dan lihat sekarang?! Ziea membuat semua orang kecewa. "Malu kenapa? Aku hanya hamil, bukan melakukan kesalahan atau dosa yang memalukan, Kak," jawab Ziea, berusaha tegar walau dalam sana dia benar-benar takut. Semua orang di sini– mereka semua terlihat seperti monster. "Cih.""Cih.""Dasar tidak tahu diri.""Memalukan.""Rendahan."Ziea diam, mendengar cemooh tersebut dengan lapang dada. 'Aku benar-benar menbutuhkanmu, Mas. Kamu di mana?' batinnya, berusaha untuk tegar dan kuat, meskipun ulu hatinya begitu sesak dan perih mendengar cemooh para keluargan
"Hei, apa yang kau lakukan, Ziea?" kaget Kenzie ketika putrinya tersebut tiba-tiba bersimpuh di kakinya, bertekuk lutut di lantai dengan kepala tertunduk dan dengan tangan yang menyentuh ujung pantofel Kenzie. Bukan hanya Kenzie, Moza dan Gaiden juga terlihat kaget ketika melihat Ziea tiba-tiba bertekuk lutut di lantai. "Apa yang kau lakukan, Nak? Berdiri!" pekik Moza, menghampiri Ziea– memegang pundak Ziea dan membantu putrinya tersebut untuk berdiri. "Tidak, Mom. Biarkan aku meminta maaf pada Daddy. Lagi-lagi ka--karenaku Daddy jadi bahan hinaan keluarga Azam," ucap Ziea, menepis pelan tangan Mommynya dari pundak. Kepalanya tertunduk dalam, dan air matanya kembali menetes. "Aku meminta maaf, Daddy. Nama dan citramu rusak karena aku. Ntah sudah berapa kali aku mempermalukan Daddy di depan keluarga itu. Aku minta maaf yang sebesar-besarnya, Daddy.""Ta--tapi aku bersumpah jika aku tidak seperti yang Camille katakan, Daddy, Mommy." Ziea mengangkat kepala, menatap Daddynya dengan air