"Ke--kenapa Mommy menangis? Mommy tidak senang yah?" tanya Ziea dengan nada serak dan hati-hati. "Masih bisa bertanya? Urat malumu di mana, Ziea?" sarkas Aesya dengan wajah marah. "Cukup!" Satiya merelai, tetapi sepetinya Aesya tidak peduli. Aesya merasa sakit, kembarannya dikhianati oleh Ziea! Aesya selama ini sangat percaya jika Ziea bisa memberikan kebahagiaan pada Reigha, tetapi mungkin dia terlalu percaya pada perempuan itu. Dan lihat sekarang?! Ziea membuat semua orang kecewa. "Malu kenapa? Aku hanya hamil, bukan melakukan kesalahan atau dosa yang memalukan, Kak," jawab Ziea, berusaha tegar walau dalam sana dia benar-benar takut. Semua orang di sini– mereka semua terlihat seperti monster. "Cih.""Cih.""Dasar tidak tahu diri.""Memalukan.""Rendahan."Ziea diam, mendengar cemooh tersebut dengan lapang dada. 'Aku benar-benar menbutuhkanmu, Mas. Kamu di mana?' batinnya, berusaha untuk tegar dan kuat, meskipun ulu hatinya begitu sesak dan perih mendengar cemooh para keluargan
"Hei, apa yang kau lakukan, Ziea?" kaget Kenzie ketika putrinya tersebut tiba-tiba bersimpuh di kakinya, bertekuk lutut di lantai dengan kepala tertunduk dan dengan tangan yang menyentuh ujung pantofel Kenzie. Bukan hanya Kenzie, Moza dan Gaiden juga terlihat kaget ketika melihat Ziea tiba-tiba bertekuk lutut di lantai. "Apa yang kau lakukan, Nak? Berdiri!" pekik Moza, menghampiri Ziea– memegang pundak Ziea dan membantu putrinya tersebut untuk berdiri. "Tidak, Mom. Biarkan aku meminta maaf pada Daddy. Lagi-lagi ka--karenaku Daddy jadi bahan hinaan keluarga Azam," ucap Ziea, menepis pelan tangan Mommynya dari pundak. Kepalanya tertunduk dalam, dan air matanya kembali menetes. "Aku meminta maaf, Daddy. Nama dan citramu rusak karena aku. Ntah sudah berapa kali aku mempermalukan Daddy di depan keluarga itu. Aku minta maaf yang sebesar-besarnya, Daddy.""Ta--tapi aku bersumpah jika aku tidak seperti yang Camille katakan, Daddy, Mommy." Ziea mengangkat kepala, menatap Daddynya dengan air
Setelah beberapa hari berlalu, Ziea bahkan merasa jika dirinya dan kondisi bayi dalam perutnya semakin memburuk. Dia sering demam, mual dan sering menangis diam-diam. Alasannya apa lagi jika bukan keluarga suaminya! Reigha sampai sekarang belum ditemukan. Lebih tepatnya, beberapa dari mereka menyatakan jika suaminya sudah meninggal dunia. Begitu juga dengan Zayyan dan Jabier. Yang saat ini mereka cari adalah mayat Jabier, karena hanya mayat pemuda berusia delapan belas tahun tersebut lah yang belum ditemukan. Jasad Reigha dan Zayyan sudah berhasil ditemukan– dengan wajah hancur dan tubuh berserak, alias dimutilasi. Kenapa mereka yakin itu Zayyan dan Reigha, karena identitas serta pakaian yang dikenakan oleh keduanya. Berita itu saja sudah sangat menyakiti Ziea, ditambah lagi dengan keluarga suaminya yang terus terang menjelek-jelekkan bayi dalam perutnya serta Daddynya. Bagaimana Ziea akan sembuh, mereka saja terus-terusan melukai Ziea. "Mommy, Daddy …-" ucap Ziea setelah berada d
"Kalian siapa?!" nada bentakan terdengar menggema, para penjaga markas dengan bangunan mirip seperti kastil tersebut berbondong-bondong keluar dsn menghadang tamu tak diundang. Mereka berbaris di depan, menghadang agar dua pria tua misterius tersebut tidak bisa masuk ke dalam markas. Kedua orang tersebut hanya diam, berdiri tegap di sebelah mobil sembari menatap lurus ke arah depan. Strer Serentak para penjaga tersebut memberi jalan ketika Tuan mereka datang dari dalam kastil. Para anak buah tersebut memisah menjadi dua kelompok untuk memberi jalan pada sang tuan. Exel De Felix dan Marcus De Felix. Keduanya berhenti melangkah, menghadap ke arah dua pria tua yang berdiri di sebelah mobil tua hitam tersebut. "Kalian siapa dan suruhan dari klan mana?" tanya Exel dengan nada yang benar-benar dingin, tatapan matanya marah dsn tajam. Aura mengerikan menguar dari tubuhnya, mengelilingi tempat tersebut dan membuat anak buahnya menunduk takut. Hampir saja Aroon muncul, mengambil ahli
"Sweetheart." Mendengar panggilan manis dari suara yang sangat ia kenali tersebut, membuat Satiya dan bahkan yang lainnya menoleh ke arah empunya suara. "Mas Gabriel," sapa Satiya, tersenyum lembut ke arah suaminya tersebut. Dia beranjak dari sofa, melangkah panjang untuk menyambut suaminya yang baru pulang. Sejujurnya Satiya berharap jika suaminya pulang dengan anak-anak mereka, sesuai janji Gabriel. Namun, dia tidak akan memperlihatkan kekecewaannya. Bahkan Satiya tak punya hak untuk kecewa. Meskipun Gabriel tak membawa anak-anaknya yang hilang, tidak apa-apa. Yang terpenting suaminya baik-baik saja serta sehat. "Apa kabar, Mas Ga …-" Ucapan Satiya terhenti begitu saja, tiba-tiba Gabriel bergeser ke samping– memperlihatkan dua pria tampan di belakang suaminya tersebut. Hal tersebut sontak membuat mata Satiya membulat sempurna, menatap kedua pria tersebut dengan wajah kaget bercampur penuh haru. Tanpa bisa dicegah, sebulir kristal jatuh dari matanya– detak jantungnya kencang dan
Deg'"Ma--Mas Rei …." Ziea bergumam pelan, menatap sosok yang kini sudah di depannya tersebut dengan manik berkaca-kaca dan sayup. Mimik wajahnya tegang, tak percaya dengan apa yang ia lihat sekarang. Debaran jantungnya menggila dalam sana, hatinya bergetar hebat. Bug'Sosok itu langsung menariknya dalam pelukan dan dekapan yang hangat. Reigha memeluknya dengan begitu erat– membuat tubuh mungil Ziea menghilang dalam pelukannya. "Mas Reigha …," ucap Ziea, mendongak– menatap sosok tersebut dengan air mata yang sudah jatuh dari pelupuk. Di--dia bahagia! Tetapi Ziea takut jika ini hanya ilusi semata. Dia takut Reigha yang memeluknya hanyalah bayangan dan imajinasinya. "Humm." Reigha berdehem pelan, menangkup pipi istrinya dengan mendekatkan wajahnya ke wajah wanita yang sangat ia rindukan tersebut. "Mas Rei-mu di sini," ucapnya pelan dan serak, lembut dan sangat menyentuh– mendebarkan jantung dan hati Ziea. Reigha tersenyum tipis, senyuman yang indah dan mempesona. Cup'Kemudian Reig
'Hah, Mas tahu?'"Kenapa diam?" tanya Reigha, memperhatikan wajah gugup istrinya dan mata bulat Ziea yang terlihat cantik sekaligus menggemaskan secara bersamaan. "Ah, itu-- itu … Mas tahu aku ha--hamil?" Reigha menganggukkan kepala. "Apa aku tidak boleh tahu, humm?""Boleh. Tapi … aku belum memberitahu Mar Rei-nya. Aku ingin memberitahunya tapi Mas sudah keburu tahu," ucap Ziea dengan nada antara malu dan cemberut. Jujur saja, Ziea sangat ingin memberitahu tentang kehamilannya pada Reigha, secara langsung. Maksudnya, Ziea ingin Reigha tahu kehamilannya dari Ziea sendiri. Ini sejenis suprise. Yah, Ziea ingin memberi suprise pada suaminya ini. Namun, Reigha sudah tahu dari orang lain. Cik, Ziea jadi kecewa sedikit. Padahal dia sudah berusaha berusaha meyiapkan kata-kata yang manis dalam benak. "Aku tidak tahu." Ziea mengerutkan kening, menatap bingung bercampur aneh pada suaminya tersebut. 'Aku tidak tahu apa maksudnya? Hais, otak Ziea yang luas ini tidak sanggup memahami maksud p
"Bagaimana jika kita memisah dari keluarga Azam?" ucap Reigha tiba-tiba, yang saat ini berbaring di kasur sembari berbantalkan paha Ziea– istrinya tersebut tengah membaca novel, satu tangan menegang buku dan satu lagi aktif mengusap-usap surai Reigha. "Hus! Tidak boleh bilang begitu. Masalah aku sama keluarga Mas hanya salah paham saja," ucap Ziea dengan nada setengah mengomel, terlalu kaget dengan ucapan suaminya. Sejujurnya Ziea tertohok mendengar perkataan Reigha. Di satu sisi Ziea bergetar hatinya– dengan Reigha mengatakan itu, dia membuktikan jika dia bukan hanya mencintai Ziea. Namun juga, memikirkan perasaan serta kebahagiaan Ziea. Tetapi di sisi lain, Ziea-- kasihan pada Reigha. Karena masalah ini, suaminya harus kepikiran. Bukannya istirahat dan bersantai setelah melakukan pekerjaan berbahaya serta berat, suaminya ini malah direpotkan oleh masalah ini. "Perlakuan mereka bukan hanya menyakitimu, Zie. Tetapi-- melukaiku juga," ucap Reigha dengan nada pelan dan serak, terkesa