Share

Bab 27

Penulis: Asri Faris
last update Terakhir Diperbarui: 2024-03-21 18:27:01

Rasya meninggalkan kamar Ruma dengan perasaan dingin. Hidup lagi capek-capeknya, malah pulang kerja disuguhi perkataan begini. Ada penyesalan yang dalam kala mengingat bulan-bulan lalu, dia tidak mendengar nasihat ibunya. Sekarang Ruma terlihat tidak menyukainya. Ke mana Ruma yang dulu selalu bersikap manis di saat Rasya beberapa kali menolaknya. Bahkan tidak pernah sudi hanya sekedar makan satu meja.

Rasya yang selalu sibuk dengan kekasih hati yang dipuja-puja. Bahkan ia bela mati-matian di depan Ruma sampai merendahkan harga dirinya. Sekarang dia benar-benar merasa bersalah. Ternyata orang yang selama ini menjadi prioritasnya tak sebaik yang dia kira. Rina berkhianat, dia tega menduakannya selama ini.

'Terus, apa bedanya aku dan kamu, Mas. Kamu bahkan menikah dengan perempuan lain saja aku harus terima, kenapa aku tidak boleh juga bermain mata dengan pria lain.'

Pertengkaran itu terus terngiang-ngiang di otak Rasya. Dia tidak pernah menyangka kisah hidupnya akan serumit ini. Dia h
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (14)
goodnovel comment avatar
Duma Candrakasi Harahap
wah,,,,dokter raja selangkah didepan
goodnovel comment avatar
Dwi MaRITA
ruma dah nggak respect.... Sya, baru nyesel sekarang... kemaren kemana aja? ...... waduch.... gus dokter byk bertebaran dimana²... pen njemput bayiknya kalee... ............
goodnovel comment avatar
Nancy Agung
Jujurlah Ruma agar Rasya ga terlalu berharap. Ayo Raja perjuangkan cintamu dan anak kalian
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Sentuhan Panas Dokter Dingin   Bab 28

    "A-aku?" Ruma malah kebingungan menjawabnya. Saking kaget ada Dokter Raja di rumah sebelah. Kenapa mereka mendadak tetanggaan. Untuk apa Dokter Raja di sana. "Ruma!" Suara ketukan pintu justru terdengar dari dalam. Rasya sepertinya hendak masuk, tetapi Ruma memang sengaja mengunci pintunya. "Ruma buka! Apa kamu baik-baik saja?" seru pria itu terdengar khawatir. "Mmm ... untuk apa Dokter di situ? Maksudku, kok bisa di rumah sebelah?" tanya Ruma sungguh ingin tahu. Ini pasti bukan hanya kebetulan. Tidak mungkin sekali Dokter Raja berpindah tempat. Apakah sengaja ingin memata-matai kehidupan istri sahabatnya. "Ruma! Buka Rum!" pekik Rasya terdengar masih berusaha masuk. Raja mengernyit saat suara Rasya terdengar sampai tetangga. Sepertinya dugaan pria itu benar, kalau Rasya dan Ruma memang masih bersengketa rasa. Sejak kejadian malam panas itu yang menandai Ruma belum pernah disentuh. Kejadian di rumah sakit, sampai kebohongan Rasya tentang pernikahannya. Raja menghubungkan semua it

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-22
  • Sentuhan Panas Dokter Dingin   Bab 29

    Perempuan itu menjeli di tempat. Mendadak panas dingin didekati Dokter Raja. "A-aku sudah tidak sakit," kata wanita itu menyembunyikan rasa tidak nyaman di perutnya. Ia menahan diri walau jelas masih kerasa. "Kamu yang tenang ya, aku di sini menemani. Takutnya nanti bahaya, kita bisa langsung ke rumah sakit kalau memang perlu pemeriksaan lebih lanjut." Rasya tersenyum menenangkan. Sementara wajah Ruma makin pucat melihat Dokter Raja mendekat. Dia takut sekali pria itu akan mengumumkan kehamilannya di depan suaminya. Rahasianya yang selama ini dijaga akan sia-sia begitu saja. Terlebih Ruma malu kalau fakta sesungguhnya tentang pernikahannya diketahui oleh pria yang tengah memeriksanya. Jantung Ruma berdetak tak karuan. Ia gelisah di paribaannya dengan mata memejam. Ingin rasanya menghindari hari ini, tetapi sayang semua sudah terlanjur terjadi. "Duh ... kenapa harus diperiksa segala sih. Bagaimana ini, bagaimana kalau Dokter Raja bilang aku hamil," batin Ruma kacau. Memikirkan car

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-24
  • Sentuhan Panas Dokter Dingin   Bab 30

    "Jawab Ruma! Tatap mata aku!" sentak pria itu tersulut emosi. Rasya hampir tak bisa menahan diri menghadapi istrinya yang diam saja. Perempuan itu mengangguk mengiyakan. Untuk apa ditutupi lagi, toh memang ini kenyataannya. Dia hamil dengan pria lain. Ruma harus mengakuinya walaupun itu dilakukan di luar kesengajaan. Dia tetap harus menanggung konsekuensi semuanya. "Astaghfirullah ... jadi beneran kamu selingkuh?" Rasya yang tidak percaya hal itu, sampai mencengkram kuat kedua bahu Ruma sembari menggeram marah. Perempuan itu terdiam mengumpulkan keberanian untuk menjelaskan semuanya. Dia jelas merasa terpojokan dengan kondisi dirinya saat ini. Andai Rasya tahu, Ruma tidak pernah berniat melakukan semua itu. "Aku tidak pernah berselingkuh, lepasin!" ujarnya meronta. Ia balas menatap Rasya dengan penuh keberanian. Karena memang Ruma tidak pernah sekalipun mengkhianati pernikahan mereka. Justru Rasya yang terang-terangan mendua di depan matanya. "Tidak selingkuh tapi hamil, dan ini

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-25
  • Sentuhan Panas Dokter Dingin   Bab 31

    Ruma harus bisa menyelesaikan masalahnya sendiri. Dia harus tenang menghadapi suaminya yang kini tengah marah padanya. Selebihnya dia bisa menyusun strategi yang kedua setelah misi pertama gagal oleh Raja. "Ayo sayang, masuk!" ujarnya lembut. Tidak ingin terlihat huru-hara di depan sahabatnya. Tidak sedang berkamuflase, dia memang sedang niat memperbaiki. Seandainya kepercayaan itu tidak dinodai. Lalu, siapakah orang yang sudah meniduri istrinya. Apakah benar Ruma tidak berselingkuh. Lantas, siapa yang sudah membuatnya terperangkap dengan seorang pria. Ruma mengangguk patuh, dia duduk di samping kemudi dengan hati gusar. Mencoba menyakini hatinya sendiri kalau Rasya tidak akan senekat itu. "Duluan Ja," pamit Rasya meninggalkan pria itu yang termangu di tempatnya. Ada rasa khawatir di hati Raja yang mendera. Apalagi sempat mendengar keributan di antara keduanya. Raja yakin Ruma sedang tidak baik-baik saja. Namun, dia sendiri tidak bisa berbuat banyak pada istri orang tersebut. "A

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-25
  • Sentuhan Panas Dokter Dingin   Bab 32

    Ruma berjalan pelan, langkahnya tertata menuju ruangan Dokter Raja. Belum apa-apa mendadak sudah keringat dingin duluan. Sungguh, ia selalu merasa tidak nyaman setiap kali berada di dekatnya."Please Ruma ... tenang, kamu hanya perlu menyapa, dan mendengarnya seperti biasa," batin Ruma menenangkan.Ruma mengetuk pintu terlebih dahulu dengan hati tak menentu. Pagi tadi mereka bahkan sudah berseteru dan itu sedikit banyak mempengaruhi hati Ruma. Jujur, dia kesal sekali dengan pria yang saat ini tengah duduk di kursi singgasananya."Permisi Dok," ucap Ruma setelah mengetuk pintu.Kali ini Raja menatapnya dingin. Wajahnya tak terbaca sama sekali. Seolah tengah menyembunyikan sesuatu pada dirinya. "Waalaikumsalam ...," ucap pria itu seolah menyadarkan Ruma untuk memberikan salam yang benar.Ruma seketika merasa tertampar sendiri. Padahal belum juga mulai, ia sudah banyak pikiran duluan."Duduk! Kamu sebenarnya butuh untuk bimbingan nggak ya?" tanya Raja datar. Mungkin memang begini karakte

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-26
  • Sentuhan Panas Dokter Dingin   Bab 33

    "Ya ampun ... malah senyam-senyum nggak jelas banget. Nggak tahu apa kalau sini lagi kesel. Sepertinya dia bahagia kalau aku menderita. Konsulen selalu benar, dan koas harus selalu nurut. Gini amat ya jadi kasta terendah rumah sakit," keluh Ruma dalam hati.Raja berlalu setelah memberikan informasi. Seharusnya Ruma tadi langsung pulang, kalau sudah seperti ini jangankan pulang tidak menginap di rumah sakit saja sudah syukur alhamdulillah. "Semangat beb, bener kata Dokter Raja, ini kesempatan yang langka. Belum tentu kan besok dapat ikut operasi nefrektomi," bisik Mesya menyemangati sebelum pulang.Sementara Vina menepuk pundaknya seraya mengangkat tangan kanannya menunjukkan otot kuat. Ruma hanya mendengus lesu melihat kedua sahabatnya melenggang pergi. Mau bilang nggak mau, memangnya siapa koas itu. Selain haus ilmu dan perlu bimbingan. Kok rasanya kesel, tapi tetep harus ikhlas."Astaghfirullah ... ayo semangat Rum, ini tugas mulia. Ke mana tekadmu dulu saat berjanji untuk menolong

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-27
  • Sentuhan Panas Dokter Dingin   Bab 34

    Ruma masuk rumah yang terasa sunyi. Rasya pasti sudah tidur mengingat ini sudah malam. Dia pun langsung ke kamar agar langsung bisa beristirahat. Begitu wanita itu membuka pintu kamarnya, ia tertegun menemukan Rasya masih terjaga di kamarnya menghadap laptop. "Kenapa Mas Raya di sini sih," keluh Ruma langsung bad mood. Suara derit pintu yang terbuka langsung membuat Rasya menoleh."Rum, kamu lembur? Aku kira jaga malam, kenapa telfon dan chat aku nggak dijawab. Lain kali bisa mengabari biar aku jemput," omel pria itu bernada perhatian. "Kamu belum tidur Mas?" tanya Ruma menaruh goodie bag besar di samping nakas. Malas sekali meladeni manusia bergelar suami ini. Ruma sepertinya harus menegaskan dan membuat batasan yang tegas. "Belum, kamu bawa apa? Malam-malam gini belanja?" tanya Rasya mendekat mengintip isinya."Iya Mas," jawab Ruma mengiyakan saja. Tidak mungkin Ruma mengatakan itu pemberian dari Raja. Bisa tantrum satu manusia ini cari gara-gara. Ruma malas berdebat. Ditambah d

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-30
  • Sentuhan Panas Dokter Dingin   Bab 35

    "Makanya punya istri halal itu jangan dianggurin, kamu ngapain aja selama setahun?" ledek Raja berbasa-basi. Diam-diam pria itu kepo akut. Lantas setahun tinggal seatap ngapain aja? Apakah wanita secantik Ruma tidak terlihat? Atau masih kurang sempurna. Sungguh Raja tidak habis pikir dengan kelakuan sahabatnya. Memang benar, setahun itu lama. Apalagi dalam rumah tangga yang tidak sama-sama menjaga alias toxic. Setiap hari harus menahan sabar. Kalau sudah begini, bukankah rugi sendiri. Harus diperbaiki dengan mental yang sudah awut-awutan, atau melepaskan padahal sudah mulai tumbuh rasa nyaman. Sungguh merugi bagi mereka yang tidak pandai bersyukur dengan apa yang sudah diberikan Tuhan. Rasya terdiam kacau, menatap sengit wajah sahabatnya yang sok memberi nasihat. Pikirannya makin pusing. Bukannya memberikan solusi, malah jadi kepikiran. "Terus, sekarang kalau sudah begini, apa yang akan kamu lakukan?" tanya Raja penasaran. Apakah Rasya ingin mempertahankan rumah tangganya, atau jus

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-01

Bab terbaru

  • Sentuhan Panas Dokter Dingin   Bab 112

    Mas Raja yang menggoda, Ruma yang tidak suka. Suaminya ini kenapa malah dicie ciein, apa dia tidak bertanya-tanya kenapa Rina dan ibunya Rasya datang ke rumah. "Rum, maaf mengagetkan kamu pagi-pagi. Kebetulan sekali kalau Dokter Raja juga ada di rumah."Iya, Ruma memang kaget, ada hal penting apa sampai Rina dan mantan ibu mertuanya datang ke rumah. Sepertinya Mas Rasya juga, tetapi kenapa pria itu tidak turun dari mobil. "Iya, silahkan masuk Rin, Tante," ucap Ruma menyambutnya dengan hangat. Yang berlalu biarlah berlalu, yang penting sekarang Ruma mempunyai keluarga yang menyayanginya penuh syukur. "Terima kasih banyak, Rum," jawab Rina dan Tante Maria masuk. Lalu mengambil duduk setelah dipersilahkan. Kedatangan kedua orang di masa lalu Ruma tentu bukan tanpa alasan. Mereka merasa perlu bersilaturahmi untuk melegakan hatinya. Tentu saja karena memang ada suatu hal yang tidak melegakan hatinya. "Sebelumnya, maaf jika kedatangan kami membuat kamu dan keluarga tidak nyaman. Sudah

  • Sentuhan Panas Dokter Dingin   Bab 111

    "Sayang, lama banget, itu MUA-nya udah datang." Raja sampai menyusul ke kamar mandi sebab istrinya tak kunjung keluar. "Suruh nunggu Mas, aku sedikit mual." Ruma keluar kamar mandi dengan wajah sedikit pucat. "Loh, kamu sakit?" Dari semalam Ruma memang kurang enak badan. Sedikit masuk angin dan kurang istirahat lebih tepatnya. Jadi, berefek paginya. Padahal hari ini ada acara aqiqahan baby Maher. Malah mendadak tidak enak badan begini. "Nggak Mas, aku cuma agak mual dikit."Semalam baby Maher banyak rewelnya, tumben sekali bayi mungil itu meminta perhatian lebih. Ruma tidak bisa tidur nyenyak gegara putranya terlihat tidak seperti biasanya. Dia takut sendiri dan sedikit trauma kalau sampai ada apa-apa dengan bayinya. "Masuk angin sih ini. Minum obat ya, aku ambilin. Udah makan kan?""Nggak Mas, nggak usah. Ini udah agak mendingan kok," tolak Ruma merasa lebih baik. Pria itu beranjak mengambilkan minum hangat. Menganjurkan istrinya rehat sejenak. Acaranya masih nanti agak siangan,

  • Sentuhan Panas Dokter Dingin   Bab 110

    Ruma dan Raja sepakat mencari pengasuh untuk baby Maher. Tentu saja untuk meringankan pekerjaan istrinya. Apalagi sekarang Ruma tengah masa pemulihan pasca melahirkan. Sudah pasti repot harus membagi waktu untuk dirinya dan juga bayinya."Mas, nanti aku jadwal kontrol. Sekalian ke rumah sakit ya.""Iya, nanti aku antar. Jam berapa sayang?""Siang lah, kamu hari ini berangkat?""Cutiku udah habis, siang ya, nanti aku anterin dulu kalau pagi. Aku langsung pulang beres dari rumah sakit."Waktu Raja memang sangat sibuk. Dia hanya cuti beberapa hari menemani istrinya di rumah sakit dan di rumah. Selebihnya kembali sibuk di rumah sakit. "Iya, nggak pa-pa, ada suster Anna yang bantuin." Untungnya sesama dokter, jadi lebih tahu kesibukan masing-masing. Tidak menuntut untuk dimengerti sendirian. Saling memaklumi karena kehidupannya memang bukan sepenuhnya milik pasangannya. Harus terbagi dengan banyak orang yang membutuhkan.Setiap libur, Raja selalu meluangkan waktunya full di rumah. Karena

  • Sentuhan Panas Dokter Dingin   Bab 109

    Ruma langsung mengiyakan, HPL memang masih akhir bulan, tetapi benar tanda-tandanya baby boy mau launching. "Bisa jalan?" tanya Raja khawatir. Ruma mengangguk, walau dengan wajah menahan sakit, cukup aman untuk berjalan sampai ke mobil. "Ayo sayang, hati-hati!" Abi Zayyan dan juga Ummi Marsha juga langsung ikut ke rumah sakit. Sementara Bik Sumi pulang dengan taksi membawa belanjaan mereka. "Tambah kerasa ya?" tanya Raja sembari mengemudi perjalanan ke rumah sakit. "Iya Mas, lumayan," jawab Ruma memejam. Mengatur nafas, dan sesekali merilekskan tubuhnya saat tengah nyeri. Ini bukan pertama kali bagi Ruma, tetapi sakitnya tentu sama saja satu rasa. Namanya orang mau melahirkan, di mana-mana pasti luar biasa. "Lancar-lancar ya sayang, bantu Buna," ucap Raja sembari mengelus perut istrinya. Begitu sampai di rumah sakit, Ruma langsung disambut hangat oleh tim medis. Perempuan itu langsung dibawa ke ruang bersalin. Setelah dicek ternyata memang sudah pembukaan tiga. Masih lumayan

  • Sentuhan Panas Dokter Dingin   Bab 108

    Empat purnama tak terasa berlalu dengan cepat, Ruma kini tengah menanti hari-hari kelahiran anak kedua. Perempuan itu juga sudah menyelesaikan waktu magangnya. Jadi, bisa mempunyai banyak waktu di rumah menanti launching anak kedua."Aku berangkat ya, nanti kalau ada apa-apa kabari. Jangan belanja sendirian, nanti malam saja aku temani setelah pulang," pesan Raja tak membiarkan istrinya beraktivitas di luar tanpa dirinya. "Iya Mas, tapi kalau misalnya siang berubah pikiran, terus ditemani Bik Sumi gimana? Kan nggak sendirian juga." Tidak ingin terlalu banyak merepotkan, asal Raja mengizinkan, Rumah tidak mengapa berbelanja sendirian."Duh ... bumil ngeyel ya. Ya sudah, nanti pakai supir saja. Hati-hati ya, ingat selalu berkabar di mana pun berada." Raja mode posesif, bukan apa-apa, dia khawatir mengingat istrinya hamil besar. "Siap Mas, kamu juga hati-hati berangkat kerjanya," balas Ruma mengiyakan. Ruma menyalim takzim suaminya. Raja membalasnya dengan kecupan sayang di keningnya,

  • Sentuhan Panas Dokter Dingin   Bab 107

    "Ya Allah ... capek Mas, izin ke kamar ya," pamit Ruma setelah membantu membereskan sisa acara tadi. Padahal cuma bantuin dikit, tapi berada sekali punggungnya. "Kamu sih, dibilangin nggak usah masih suka maksa. Udah istirahat saja."Kalau Ruma sudah mengeluh, Raja yang khawatir. Istrinya itu kadang bandel, tapi ya namanya juga perempuan aktif, mana bisa diem. "Hem ... tadi nggak berasa Mas, sekarang baru terasa," ucap Ruma beranjak. Raja ikut mengekor istrinya ke dalam. Suasana rumah juga sudah sepi, semua tamu dan keluarga dekat sudah pulang sejak tadi. "Sayang, aku pijitin ya," kata pria itu perhatian. Bukan satu dua kali, Raja memang sering melakukan hal semacamnya saat istrinya mengeluh lelah. Ya walaupun ujung-ujungnya tetap bonus adegan panas. "Hmm ... beneran pijat atau minta bonus." Ruma sadar, wanita itu kemarin menundanya. Dia bahkan berjanji sendiri setelah acara bakalan nyenengin suaminya. Tapi, terkadang ekspektasi tak sesuai realita. Ruma terlihat kelelahan malam

  • Sentuhan Panas Dokter Dingin   Bab 106

    "Tidur sayang, aku tahu kamu capek. Aku nggak akan ganggu," kata Raja pengertian. "Baiknya suami aku. Terima kasih Mas," ucap Ruma merasa merdeka. Dia benar-benar tengah lelah. Beruntung punya Mas suami yang super pengertian, jadi tidak ada drama yang berkepanjangan."Ini beneran kan? Nggak ada mode dendam?" tanya Ruma menatap serius. "Astaghfirullah ... kamu capek kan? Tidur sayang, sebelum aku berubah pikiran," jawab Ruma gemas sendiri. "Oke sayang, besok dobel deh karena malam ini udah baik. I love you," kata wanita itu tersenyum lega. Mengecup pipi suaminya lalu menarik selimut rapat-rapat."Love you more," balas Raja tersenyum sembari mengelus kepalanya lembut. Dia benar-benar meloloskan Ruma malam ini. Tak perlu menunggu lama, wanita itu lelap menemukan kenyamanannya. "Bobok yang nyenyak," ucap pria itu menarik selimut, lalu menciumnya dengan sayang. Raja mana tega eksekusi istrinya mode maksa. Apalagi fisik Ruma tengah mode lelah plus hamil muda. Jadi, menyala sabarnya.Sem

  • Sentuhan Panas Dokter Dingin   Bab 105

    Berita kehamilan Ruma begitu menggembirakan untuk keduanya. Namun, Ruma dan Raja sepakat tidak membagi kabar bahagia ini dulu dengan keluarga besar. Namanya juga baru trimester pertama dan masih rentan, jadi sabar menahan diri untuk berbagi kabar menyenangkan ini. Raja juga khawatir kalau di luar sana ada saja orang yang mungkin tidak berkenan dengan hubungan mereka.Setelah berjalan empat bulan, Ruma baru berani speak up, tepatnya saat hendak menjalani acara empat bulanan. Kedua orang tua Raja dan juga kedua orang tua Ruma sampai terheran-heran ketika diberi tahu kabar bahagia ini."Kapan acaranya, Ja? Kok baru ngabarin?" Ummi Marsha jelas kaget sekaligus senang mengetahui menantunya tengah hamil. Raja sengaja menemui ibunya setelah dinas hari ini. Sebenarnya dia sudah tidak sabar membagi moment ini. Alhamdulillah sampai juga di acara empat bulanan. "Besok Ummi, Ruma juga sekarang masih dinas. Memang rencananya meminta libur sehari saja untuk acara besok.""Masya Allah alhamdulillah

  • Sentuhan Panas Dokter Dingin   Bab 104

    "Sayang, kalau mau ada yang dibeli pesan dari rumah aja. Misal butuhnya sekarang, atau udah mau butuh banget buat besok.""Iya Mas, santai aja. Sekarang kan serba mudah. Orang belanja sayuran segar aja bisa dari rumah. Cuma ya itu, yang mahal kan waktunya. Aku pingin jalan berduanya.""Duh ... kapan ya, besok sore gimana? Nggak mau janji juga, semoga nggak ada pasien mendadak.""Aamiin ... ngabarin aja Mas, tapi semoga bisa ya. Eh gimana kalau malam sabtu.""Kalau malam sabtu malah sudah berencana bad minton sama temen-temen. Boleh kan yank.""Duh ... aku ditinggal gitu sendirian di rumah." Rumah merengut, nggak enak banget malam-malam sendirian di rumah."Boleh ikut kok, ada banyak teman-teman juga. Mungkin pada bawa pasangannya juga.""Beneran boleh ikut?""Iya boleh."Waktu berdua itu sangat berharga bagi mereka. Semenjak kepergian Sama, Rumah memang anti kesepian. Dia juga terlihat lebih manja dengan suaminya. Beruntung mempunyai suami yang pengertian, sama-sama bucin, jadi tidak

DMCA.com Protection Status