Matari memakan kentang gorengnya sambil melamun. Suasana McD*nald tampak ramai di malam minggu. Meskipun gratis sebagai upah menemani Praja mencari kado, Matari tampak tak terlalu menikmati makanannya. Praja tahu, pemandangan beberapa menit yang lalu cukup mempengaruhi Matari. Dia bahkan tak berani mengajak Matari bercanda seperti biasanya.
“Ri, lo emangnya masih suka sama Davi ya?” tanya Praja dengan wajah serius.
Matari terdiam. Kemudian menarik napas.
“Nggak tahu juga, Ja. Emang keliatan ya?”
Praja mengangkat bahu. “Gue sih cuma pernah denger dari Ayla aja.”
“Yaaaa, lo tahu sendiri kan, dia cowok pertama gue.”
“Elo juga cewek pertama dia, Ri. Tapi dia udah move on tuh. Ayo dong, giliran lo move on.”
“Kata siapa gue cewek pertama dia?”
“Hmmm, kata Ayla juga. Ayla sih denger dari Davi.”
Matari bahkan enggan membayangkan apa saja yang sud
Ayla yang tadinya tak mau ke mana-mana malam Minggu itu, terpaksa harus berganti baju saat Davi datang ke rumahnya secara tiba-tiba. Dengan beralasan mencari kado untuk kakak perempuannya, akhirnya Ayla ikut Davi pergi ke mall bersama supir yang dia miliki. Bang Ali sudah mewanti-wanti untuk tidak membonceng siapapun yang belum memiliki SIM secara resmi. Daripada nanti Davi dicari-cari Bang Ali, mendingan cari aman saja.“Dav, emang rencananya lo mau beli apa buat kakak lo?” tanya Ayla saat mereka sampai di mall.“Nggak tahu deh. Ada ide nggak?” sahut Davi bingung.“Hmmm, gue juga bingung sih. Gue kan nggak pernah ketemu sama dia. Emang dia tipenya kaya gimana sih?”“Mau ketemu?”“Hahahaha. Malah ngajakin ketemuan. Gila lo!”“Ya siapa tahu dengan gitu lo bisa tahu dia orangnya kaya apa kan?”“Ya nggak gitu juga kali, Dav. Maksud gue, kalau lo sekarang bisa n
Meski kalau mau jujur, Ayla sebenarnya sama sekali tidak ada perasaan apa-apa untuk Davi. Tapi, sesi pertanyaan tadi, cukup banyak mengusiknya. Davi dikenalnya cukup baik. Di keluarganya tak pernah ada masalah perbedaan agama. Abang-abangnya sudah beberapa kali berganti-ganti pacar dari berbagai macam suku dan agama. Selama itu pula kedua orangtuanya tak pernah melarang sama sekali.Sejak Davi sering main ke rumahnya tiap malam Minggu, Ayla tahu, ada tujuan lain. Tapi dia sebisa mungkin menepis saat Davi mulai menyentil masalah perasaannya. Bahkan selama di mall, dia sudah berusaha agar Davi tidak menyatakan atau bahkan menunjukkan rasa suka secara terang-terangan ke dirinya. Meskipun Davi harus puas dengan kata “seandainya”.Bukan kali pertama Ayla didekati cowok. Entah sudah berapa banyak cowok datang ke rumahnya untuk sekadar PDKT tipis-tipis. Dia bisa menebaknya dengan cepat, jadi terkadang mereka sudah ditolak dengan baik-baik dari awal. Namun khusus u
Matari langsung memeluk Lisa, sahabatnya yang datang ke rumahnya Minggu sore itu. Lisa adalah salah satu sahabatnya saat SMP. Saat ini dia sedang ikut persiapan kejar paket B, untuk mengejar ketertinggalannya karena tidak lulus ujian nasional sewaktu SMP dulu. Lisa tampak sumringah. Rambut panjangnya telah berubah menjadi pendek sebahu. Tubuh kurusnya sedikit lebih berisi. Kecantikan khas Timur Tengahnya tak berubah.Meski sudah banyak mengurangi kegiatan modelling untuk fokus ke pendidikan, selera fashion Lisa yang up to date tetap dia pertahankan hingga sekarang.“Apa kabar, Ri?” sapa Lisa.“Baeeek. Lo gimana? Udah sampai mana persiapan kejar paket B-nya?” tanya Matari antusias.“Minggu depan gue tes. Doain ya!”“Wahhh, siap, gue doain. Semoga lancar!”Lisa mengangguk. Kemudian memberikan oleh-oleh pada Matari.“Biasaaaa, nyokap abis ke London. Ada cokelat sama parfum buat
Ekskul pramuka yang masih menjadi ekskul wajib bagi murid-murid kelas 1, mengharuskan mereka untuk join di acara perkemahan bersama yang diadakan hari Jumat, Sabtu dan Minggu sekitar 2 minggu lagi. Para pembina dan kakak-kakak senior sudah memberikan list barang-barang yang harus dibawa. Tentu saja, hal ini membuat Sandra antusias. Tapi, tentu tidak bagi Matari. Dia cuma ingin, setiap weekend, dia bisa melewatinya dengan menonton kartun atau membaca komik.“Kenapa sih lo, seru tahu?!” kata Sandra saat membaca ulang papan pengumuman mengenai Perjusami (Perkemahan Jumat, Sabtu dan Minggu) yang ditempel sejak hampir satu minggu yang lalu.“Elo kan yang ngerasa seru. Gue biasa aja,” sahut Matari pendek.“Yaelaaah, kitaaa ini udah nggak pakai ngediriin tenda kali ini lho! Kita tidur di dalem baraknya orang TNI. Kurang enak apa coba? Bayangin aja kalo lo harus ngediriin tenda dari 0. Waktu SMP aja lo pingsan kan?”“Gue
Dinda menggebrak meja satu kali agar teman-teman satu kelasnya mau mendengarkan dia memberikan pengumuman. Kelas 1-3 langsung kompak terdiam dan mendengarkan Dinda bicara. Banyak hal yang Dinda beritahukan. Namun yang menjadi topik utama adalah pementasan kelas di acara Perjusami nanti.Beberapa anak memberi ide agar menyanyi sambil diiringi gitar saja sudah cukup. Dance tentu saja tidak mungkin, mengingat mereka semua akan memakai baju pramuka dan baju olahraga secara bergantian selama 3 hari.Baju olahraga tidak boleh dipakai saat malam tiba, yang mana saat itu adalah waktu pementasan diadakan. Tentu saja jika mau menampilkan dance, mereka harus membawa baju cadangan, tentu saja itu tidak mudah. Mengingat barang bawaan yang sudah diwajibkan untuk dibawa secara personal dan tim, sudah cukup banyak.Sayangnya, beberapa anak ekskul dancer di kelas mereka sudah sangat antusias untuk perform. Mereka adalah 6 orang cewek-cewek di kelas 1-3 yang duduk jauh dari Matar
“Eh, gue denger-denger tiap kelas diminta ngajuin performance buat malam api unggun ya?” tanya Pito pada Edo.“Emang harus ya?” tanya Edo bingung. “Sorry, pramuka kemarin gue kan nggak masuk.”“Oh iya. Lupa gue. Ketua kelas kita, si Zacky, belum ngasih pengumuman apa-apa tuh. Tapi anak-anak kelas lain banyak yang udah mulai latihan tuh,” jawab Pito.“Tumben pada peduli?” celetuk Kiwil heran.“Ya siapa tahu kita bisa nampilin akustikan bareng. Seru lagi, kaya kelasnya si Matari,” jawab Pito.“Eeh, serius?” tanya Kiwil.“Iya, tapi gue nggak tahu kelas dia nampilin apa. Cuma tadi lewat kelasnya, ada beberapa anak-anak perempuan yang lagi latihan dance gitu waktu istirahat. Terus pas gue ketemu sama salah satu temen gue di sana, dia bilang, kalo kelas 1-3 bakalan nampilin dua performance. Ambisius sih katanya. Cuma emang sengaja jaga-jaga kalo ngedance dito
Matari tampak ternganga melihat truk-truk berukuran sedang terparkir rapi di depan sekolahnya. Sandra tertawa ngakak. Tampaknya Matari benar-benar tak percaya jika mereka semua harus naik truk menuju ke barak pelatihan TNI.“Kenapa lo?” tanya Sandra penasaran.“Kita semua naek itu beneran, San?” tanya Matari.“Emang lo kaga baca pengumuman baek-baek apa? Kan emang naik truk! Bahkan guru juga naik truk kok!” sahut Sandra kesal.“Bukannya gitu, kalau hujan gimana?” tanya Matari.Sandra mengangkat bahu. “Malah asyik tahu!”“Asyik palalu! Kalo belum-belum kita malah udah sakit duluan, gimana bisa bertahan selama 2 hari kemah?” timpal Matari.“Heeeei, kembar! Lagi ngobrolin apa sih?” tanya Dinda yang tiba-tiba muncul.“Kembar gimana? Badan dia aja bongsor begini?” keluh Sandra tak terima sambil menunjuk Matari.“Hahahaha. Ngg
Barak yang dijadikan tempat berkemah tanpa kemah kali ini, bekerjasama dengan para TNI yang memiliki tempat itu. Meskipun sudah tua dan peninggalan bekas zaman Belanda, deretan barak-barak itu tampak berdiri kokoh dan bersih tanpa cela dari luar.Hamparan lapangan yang luas untuk berbagai jenis kegiatan tersebar di berbagai sudut. Ada lapangan basket, ada lapangan voli, lapangan tenis dan juga lapangan dengan bulatan kecil di tengahnya untuk menyalakan api unggun.Para ketua regu mendapatkan selebaran berisi peraturan dan peta lokasi selama di sana. Termasuk larangan-larangan untuk menjelajah daerah yang dilarang. Daerah yang dilarang sudah ditandai dengan selotip kuning berbentuk huruf X.Menurut info, daerah tersebut banyak yang kondisi bangunannya sudah lapuk dan tidak aman untuk dipakai siapapun. Selain itu, ada beberapa daerah yang masih diapakai untuk kegiatan TNI, sehingga para siswa tidak boleh menganggu kegiatan mereka sama sekali dengan masuk ke daerah