Share

Pernikahan Adikku

Ujung jari kaki wanita di dekatku menggelitik permukaan paha. Sesekali ia menggigit puncak bahu, tapi tetap sulit rasakan. Perasaan untuknya memang sudah tumbuh, tapi keinginan melakukan itu sebenarnya hanya untuk menyenangkan dia. Cuma sekadar harus keluar, kan?

Ya. Basah dan berkeringat. Mungkin berulang kali, tapi enggak ada kepuasan. Sepanjang permainan aku hanya berpura-pura, mungkin. Seperti candu yang terus inginkan lagi.

"Masih mau?" tanyaku padanya tanpa membuka kedua mata.

Dia menggeleng, tapi masih bergerak menggoda. Kekenyalan miliknya melekat, bergoyang di punggungku. Lucu. Aku telah terpejam. Masih sadar. Mata aja yang enggak bisa toleransi.

"Mengapa harus aku yang selalu memelukmu lebih dulu?"

Aku berbalik, membuka mata untuk membalas tatapannya. Sekadar menyatukan jemari kami di udara.

"Maaf sebelumnya. Aku emosi. Aku cemburu."

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status