RENCANA!"Baguslah kita kembali ke kantor, Hendi. Kita akan bekerja dan aku akan menjadi bosmu beberapa hari hari ini beberapa hari ini," perintah Cindy sambil menggeret lengan Hendi untuk pergi meninggalkan Dion dan Aruna."Aruna kalau begitu tolong ya !!!" Pesan Cindy."Tenang saja, Kak Cindy. Aku akan menjaganya," ucap Aruna."Ah aku lega sekali meninggalkan adik kesayanganku sekarang ini di tangan orang yang tepat," kata Cindy sambil menggedipkan matanya pada Dion.Diion tersenyum senang, paling tidak kini dia sadar kakak perempuannya ini ada di pihaknya. Hari ini Cindy akan mulai menggantikan jabatan Dion sebenarnya. Dia benar-benar serius untuk membeli dan mengakuisisi PT milik keluarga Arumi, sengaja dia yang maju agar tak terlalu banyak rumor beredar di luar sana. Semalam dia dan Dion sudah sepakat untuk membiarkan Arumi saja yang maju membeli saham itu agar tak menimbulkan huru hara dalam interen kantor mereka.Bukan tanpa alasan srategi ini di pilih oleh Cindy dan Dion. Me
RENCANA MENJUAL PERUSAHAAN?"Ayo kau harus sarapan pagi dan segera minum obat," ujar Aruna"Bima, kau juga makan sekalian. Kau terlalu sibuk menyiapkan makan sampai lupa sarapabmu. Mari kita makan bersama," ajak Aruna."Baik," sahut Bima dan Dion secara bersamaan sambil menuju ke ruang makan. Nampak hidangan sudah tersaji di meja makan."Meski aku bilang akan merawatmu tapi aku juga tidak bisa menelantarkan pekerjaanku, Pak Dion. Ingat lah juga aku bekerja pada perusahaan orang dan dalam team. Jadi aku tak bisa bertindak semauku sendiri. Jadi selain minum obat jangan membuat hal khusus dan konyol. Baik-baik lah bermain dengan Bima dulu. Dan ingat jangan pernah memanggilku untuk hal-hal yang tak penting lainnya!" jelas Aruna sambil menyodorkan piring berisi bubur ayam buatannya. "Baik aku mengerti, Aruna. Mengapa kau galak sekali. Lalu bagaimana kalau aku ke toilet dan mandi?" tanya Dion sambil memasang wajahnya yang mesum itu."Omong kosong! Kau masih sangat sehat sebenarnya untuk be
APAKAH KAU AKAN MATI?"Itu tidak mungkin, Pak Dion. Kau salah informasi mungkin. Mengapa dan apa alasannya perusahaan itu di jual? Sedangkan situasi di perusahaan sangat baik saat ini. Bahkan kau tahu sendiri beberapa kali kita menghadirkan proyek yang bagus. Jadi tak mungkin jika perusahaan itu dijual, akan sangat rugi nantinya," kata Aruna yang syokBagaimana Aruna tak kaget selama ini dia mengira perusahaan itu baik-baik saja. Bahkan selama Arumi masih di Indonesia dia tak pernah membahas tentang perusahaannya, jadi dia pikir semua baik-baik saja. Bahkan ayahnya sendiri pun tidak pernah membahas masalah ini. Sedangkan ayahnya memiliki saham beberapa persen di perusahaan itu."Apakah kau tak percaya padaku, Aruna?" tanya Dion."Pemodelan jantung, rumah sakit jantung lisensi, caterng sudah di jalur yang sangat tepat dan segera menghasilkan keuntungan. Bahkan Pak Dion tahu sendiri rumah sakit akan dibuka sebentar lagi. Lalu dari mana kau bisa berkata seperti itu?" tanya Aruna."Apaka
PERASAAN CINTA YANG SESUNGGUHNYA"Siapa suruh dia berhati besi dan keras kepala. Aku sangat sehat, aku sudah berjanji untuk menemanimu dalam semua hal dan membersamaimu sampai kau dewasa nanti. Apakah kau lupa?" tanya Dion sambil memeluk Bima."Namun ada satu hal yang tidak boleh kau contoh dariku, Bima," pesan Dion."Apa itu Ayah Baik?" tanya Bima."Kau tidak boleh menakuti Ibu Aruna dengan hal-hal seperti ini saat dewasa nanti. Bagaimanapun juga dia ibumu," pesan Dion."Terang saja Ayah Baik. Aku lebih tidak tega membuatnya sedih daripada dirimu," ujar Bima."Baiklah kalau begitu, sini peluk Ayah dulu!" perintah Dion. Bima pun segera memeluk Ayah baiknya itu."Malam ini kau tidur dengan Ayah ya," pinta Dion.Bima pun menganggukkan kepalanya. Dion memeluk Bima dalam dekapan tidurnya, dia merasa hari ini benar-benar menjadi hari yang sangat spesial untuknya. Karena dia bisa merasakan kasih sayang anaknya secara full time begini. Hal yang tidak pernah dia rasakan dulu. Sedangkan di si
SALING MELENGKAPI ATAU ASISTEN PRIBADI?Di sisi lain, di Tiongkok. Arumi nampak keluar dari salah satu rumah sakit yang terkenal sebagai kiblat teknologi rumah sakit jantung lisensi. Dia keluar bersama kepala direktur Liem yang nampak ramah sekali mengantarnya."Direktur Liem seharusnya kau tidak perlu sampai mengantarku ke depan," ucap Arumi."Terima kasih kau sudah meluangkan waktu berhargamu untukku. Semoga kerja sama kita ke depannya bisa berjalan dengan lancar untuk ke depannya, Dokter. Saya sangat berharap untuk ke depannya kita bisa sering bertemu dan berkunjung," sambungnya."Xie, xie. Kami juga merasa senang dan sangat terhormat ketika kau datang ke sini, Ibu Arumi. Rumah sakit kami dalam penerapan klinis pemodelan rumah jantung dan catering paling sehat untuk kiblat teknologi dunia akan sangat senang bisa bekerja sama dengan perusahaan Hadinata WIjaya, milik Pak Dion. Siapa yang tak kenal perusahaan besar itu? Apalagi kalian hendak membuka pengembangan rumah sakit sendiri.
CINDY SANG CEO WANITA YANG KEMBALI BERJAYA!"Lalu mengapa sekarang tiba-tiba saja Mama mu sangat antusiasnya sekarang? Bahkan beberapa bulan lalu aku mendengar dia juga menggelontorkan sejumlah dana yang lumayan besar kan untuk proyek catering sehat untuk rumah sakit jantung lisensi ini. Bahkan beberapa cheft adalah kenalan Ibumu. Bukan kah ini malah menandakan sebuah sinyal..." kata Aruna menggantung ucapannya karena takut Arumi tersinggung."Ucapanmu benar, Aruna. Aku kira sikapnya berubah mendukungku selama ini. Karena sudah paham akan diriku yang memang mau memulai semua usaha sendiri. Jika melihat situasinya sekarang, dia seharusnya sudah lama tahu hal ini. Apalagi dia Ibuku. Harusnya dia tahu kan? Perusaan ini adalah impianku. Itu sebabnya dia berusaha keras menerapkan catering ini," kata Arumi dengan nada suara bergetar."Dia ingin menaikkan nilai pasar agar bisa dijual dengan harga yang tinggi. Sungguh aku tidak menyangka hal ini terjadi, Aruna," sambungnya."Sudahlah! Aku ti
SIAPA DALANG SEBENARNYA?"Cindy seorang CEO wanita yang memiliki karier gemilang. Hampir sepuluh tahun lalu yang pernah hancur karena masa lalu. Orang yang sangat kompeten dan cerdas, bahkan hanya tergeser gara-gara cinta. Itu tak akan terulang lagi sekarang, Dion. Aku akan membantumu dan kau akan menjadi penguasa terhebat perusahaan di negeri kita!" kata Cindy meyakinkan."Lalu rencana apa yang sudah kau lakukan, Kak?" tanya Dion."Aku sudah mengutus seseorang untuk menyelidiki lebih lanjut tentang perusahaan milik Aruna. Aku mulai mencari tahu tentang keseimbangan elektabiitas keuangan mereka, aku juga sudah memberitahu dewan direksi termasuk Eyang dan Papa. Kau tahu sendiri kan meskipun mereka cukup tua namun tak cukup pikun untuk langsung meng ACC semua permintaan anak-anak atau cucunya. Namun menurut prediksiku dan melihat apa yang terjadi sekarang, sepertinya mereka masih meragukan kredibilitasmu untuk mengelola itu, Dion," jawab Cindy."Kenapa? Kok kau mengatakan begitu?" tanya
TERNYATA!"Bagaimana bisa kami berhubungan dengan Mama Arumi, Pak Hendra. Sedangkan Arumi saja sudah menghubungi Mama nya berkali-kali tetapi tidak diangkat. Persekongkolan ap ini? Siapa dalang di balik semua ini?" cerca Aruna."Sungguh aku tidak tahu masalah ini," jawab Pak Hendra."Katakan!" perintah Arumi."Oke aku akan mengatakan hal jujur yang aku tahu. Aku hanya tahu sebenarnya ada seorang lagi yang menjadi investor utama. Dan itu bukan Mamamu, Arumi," jelas Hendra"Apa maksudmu, Om?" tanya Arumi sambil mengeryitkan keningnya dengan heran."Ini juga salahmu, Arumi," tegas Hendra."Mengapa aku kau bawa-bawa, Om! Ishhh! Tak ada kaitannya sama sekali," protes Arumi."Aku tidak tahu apa-apa lo. Bahkan aku baru mendengar bahwa perusahaan ini dijual dari Aruna. Saat aku berada di Tiongkok. Bagaimana mungkin Ini semua salahku?" sanggah Arumi.Pak Hendro nampak menghela nafas panjang. Dia melihat ke arah keponakannya itu, ya dia sangat tahu apa yang dirasakan oleh Kakak wanitanya, Mama