PERASAAN CINTA YANG SESUNGGUHNYA"Siapa suruh dia berhati besi dan keras kepala. Aku sangat sehat, aku sudah berjanji untuk menemanimu dalam semua hal dan membersamaimu sampai kau dewasa nanti. Apakah kau lupa?" tanya Dion sambil memeluk Bima."Namun ada satu hal yang tidak boleh kau contoh dariku, Bima," pesan Dion."Apa itu Ayah Baik?" tanya Bima."Kau tidak boleh menakuti Ibu Aruna dengan hal-hal seperti ini saat dewasa nanti. Bagaimanapun juga dia ibumu," pesan Dion."Terang saja Ayah Baik. Aku lebih tidak tega membuatnya sedih daripada dirimu," ujar Bima."Baiklah kalau begitu, sini peluk Ayah dulu!" perintah Dion. Bima pun segera memeluk Ayah baiknya itu."Malam ini kau tidur dengan Ayah ya," pinta Dion.Bima pun menganggukkan kepalanya. Dion memeluk Bima dalam dekapan tidurnya, dia merasa hari ini benar-benar menjadi hari yang sangat spesial untuknya. Karena dia bisa merasakan kasih sayang anaknya secara full time begini. Hal yang tidak pernah dia rasakan dulu. Sedangkan di si
SALING MELENGKAPI ATAU ASISTEN PRIBADI?Di sisi lain, di Tiongkok. Arumi nampak keluar dari salah satu rumah sakit yang terkenal sebagai kiblat teknologi rumah sakit jantung lisensi. Dia keluar bersama kepala direktur Liem yang nampak ramah sekali mengantarnya."Direktur Liem seharusnya kau tidak perlu sampai mengantarku ke depan," ucap Arumi."Terima kasih kau sudah meluangkan waktu berhargamu untukku. Semoga kerja sama kita ke depannya bisa berjalan dengan lancar untuk ke depannya, Dokter. Saya sangat berharap untuk ke depannya kita bisa sering bertemu dan berkunjung," sambungnya."Xie, xie. Kami juga merasa senang dan sangat terhormat ketika kau datang ke sini, Ibu Arumi. Rumah sakit kami dalam penerapan klinis pemodelan rumah jantung dan catering paling sehat untuk kiblat teknologi dunia akan sangat senang bisa bekerja sama dengan perusahaan Hadinata WIjaya, milik Pak Dion. Siapa yang tak kenal perusahaan besar itu? Apalagi kalian hendak membuka pengembangan rumah sakit sendiri.
CINDY SANG CEO WANITA YANG KEMBALI BERJAYA!"Lalu mengapa sekarang tiba-tiba saja Mama mu sangat antusiasnya sekarang? Bahkan beberapa bulan lalu aku mendengar dia juga menggelontorkan sejumlah dana yang lumayan besar kan untuk proyek catering sehat untuk rumah sakit jantung lisensi ini. Bahkan beberapa cheft adalah kenalan Ibumu. Bukan kah ini malah menandakan sebuah sinyal..." kata Aruna menggantung ucapannya karena takut Arumi tersinggung."Ucapanmu benar, Aruna. Aku kira sikapnya berubah mendukungku selama ini. Karena sudah paham akan diriku yang memang mau memulai semua usaha sendiri. Jika melihat situasinya sekarang, dia seharusnya sudah lama tahu hal ini. Apalagi dia Ibuku. Harusnya dia tahu kan? Perusaan ini adalah impianku. Itu sebabnya dia berusaha keras menerapkan catering ini," kata Arumi dengan nada suara bergetar."Dia ingin menaikkan nilai pasar agar bisa dijual dengan harga yang tinggi. Sungguh aku tidak menyangka hal ini terjadi, Aruna," sambungnya."Sudahlah! Aku ti
SIAPA DALANG SEBENARNYA?"Cindy seorang CEO wanita yang memiliki karier gemilang. Hampir sepuluh tahun lalu yang pernah hancur karena masa lalu. Orang yang sangat kompeten dan cerdas, bahkan hanya tergeser gara-gara cinta. Itu tak akan terulang lagi sekarang, Dion. Aku akan membantumu dan kau akan menjadi penguasa terhebat perusahaan di negeri kita!" kata Cindy meyakinkan."Lalu rencana apa yang sudah kau lakukan, Kak?" tanya Dion."Aku sudah mengutus seseorang untuk menyelidiki lebih lanjut tentang perusahaan milik Aruna. Aku mulai mencari tahu tentang keseimbangan elektabiitas keuangan mereka, aku juga sudah memberitahu dewan direksi termasuk Eyang dan Papa. Kau tahu sendiri kan meskipun mereka cukup tua namun tak cukup pikun untuk langsung meng ACC semua permintaan anak-anak atau cucunya. Namun menurut prediksiku dan melihat apa yang terjadi sekarang, sepertinya mereka masih meragukan kredibilitasmu untuk mengelola itu, Dion," jawab Cindy."Kenapa? Kok kau mengatakan begitu?" tanya
TERNYATA!"Bagaimana bisa kami berhubungan dengan Mama Arumi, Pak Hendra. Sedangkan Arumi saja sudah menghubungi Mama nya berkali-kali tetapi tidak diangkat. Persekongkolan ap ini? Siapa dalang di balik semua ini?" cerca Aruna."Sungguh aku tidak tahu masalah ini," jawab Pak Hendra."Katakan!" perintah Arumi."Oke aku akan mengatakan hal jujur yang aku tahu. Aku hanya tahu sebenarnya ada seorang lagi yang menjadi investor utama. Dan itu bukan Mamamu, Arumi," jelas Hendra"Apa maksudmu, Om?" tanya Arumi sambil mengeryitkan keningnya dengan heran."Ini juga salahmu, Arumi," tegas Hendra."Mengapa aku kau bawa-bawa, Om! Ishhh! Tak ada kaitannya sama sekali," protes Arumi."Aku tidak tahu apa-apa lo. Bahkan aku baru mendengar bahwa perusahaan ini dijual dari Aruna. Saat aku berada di Tiongkok. Bagaimana mungkin Ini semua salahku?" sanggah Arumi.Pak Hendro nampak menghela nafas panjang. Dia melihat ke arah keponakannya itu, ya dia sangat tahu apa yang dirasakan oleh Kakak wanitanya, Mama
KAK CINDY KE LUAR NEGERI!"Tenang saja aku sudah memikirkan jauh-jauh hari masalah ini. Kau doakan saja semoga investor-ku kali ini benar-benar mau membeli saham ini. Mereka masih mempertimbangkan lagi," ujar Pak Hendro."Siapa itu?" tanya Aruna."Sudahlah. Kalian tak perlu tahu, kalian hanya perlu mendoakan aku agar proyek ini deal. Bagaimanapun juga aku tetap memikirkan kalian, apalagi jerih payah kalian pada perusahaan ini. Aku tetap mengusahakannya, doakan saja semoga project ini segera hadir. Jika memang semua sudah deal, aku akan memberitahukanmu siapa dewan direksi yang baru untuk perusahaan kita. Semoga saja ini bisa tercapai," tegas Pak Hendra menolak memberi tahu siapa penawar perusahaan merekaAruna dan Arumi berpandangan sambil menghela nafas panjang. Dia tak mengira masalah perusahaan akan serumit ini. Bahkan langkah yang dilakukan oleh juragan Waluyo maupun Mama Arumi sama sekali tidak bisa ditebak oleh kedua wanita itu namun langkah itu sangat mematikan. "Kalau semua
KEKHAWATIRAN TENTANG RUMAH SAKIT JANTUNG LISENSI!"Tidak perlu begitu panik, Ayah Baik," sahut Bima memainkan puzzle barunya."Aku tidak panik, Bima. Tapi aku mengkhawatirkan ibumu. Kenapa dia belum pulang," gumam Dion. 'Ceklek' suara pintu di buka. Aruna baru pulang dan melepas sepatunya. Dia langsung melihat Dion berpura-pura memegang jantungnya dan tidur di Sofa. Hal yang membuat Aruna menggelengkan kepalanya."Bima!" panggil Aruna yang baru datang."Ibu sudah pulang! Yeayyyy!" teriak Bima langsung menghambur ke arah pelukan Aruna."Akhirnya Ibu pulang juga," kata Bima sambil memeluk Aruna."Ibu merindukanmu," jawab Aruna sambilmencium pucuk kepala Bima. "Bima! Apakah kamu menjadi anak pintar hari ini? Apakah kau merepotkan Ayah Baikmu? Apakah kamu mendesaknya minum obat? Kau tak lupa memberinya obat yang sudah Ibu siapkan kan? Kau menyuruhnya makan dengan baik?" cerca Aruna."Tentu, Bu. Aku merawat Ayah Baik dengan sangat Baik. Aku mengingatkannya minum obat, makan teratur dan
MENIKAHLAH DENGANKU ARUNA! KITA LEWATI BERSAMA!"Apa itu?" tanya Dion."Rumah sakit jantung lisensi ini," tegas Aruna."Aku takut rumah sakit jantung lisensi gagal, Pak Dion. Itu yang menjadi kekhawatiranku paling besar. Ini semua bukan tentang perusahaanku," sambungnya."Mengapa demikian? Kau ini aneh sekali, Rumah sakit jantung itu kan milikku tidak ada kaitanya denganmu. Bahkan jika memang ini menjadi akhir perusahaan milikmu, maka tak akan berefek apapun kan? Semua sudah di jual oleh Bapakmu. Kau bisa membuat perusahaan baru, kan?" tanya Dion. Aruna menggelengkan kepalanya."Pak Dion, mungkin kau tak akan pernah mengerti bagaimana perasaan seorang Ibu yang memiliki anak dengan pertumbuhan khusus dan memerlukan penanganan spesial seperti Bima, aku sudah merasakannya sendiri betapa susahnya mulai awal kelahiran sampai detik ini," ujar Aruna."Apa maksudmu, Aruna?" tanya DionAruna terdiam, dia masih ingat betul bagaimana perlakuan semua orang kepadanya dulu. Bagaimana dia harus kes