Beranda / Romansa / Semalam Bersama Tuan Presdir / SELAMAT DATANG DI DUNIA, ABIMANA HADINATA WIJAYA!

Share

SELAMAT DATANG DI DUNIA, ABIMANA HADINATA WIJAYA!

last update Terakhir Diperbarui: 2023-08-11 14:26:37

SELAMAT DATANG DI DUNIA, ABIMANA HADINATA WIJAYA!

"Selamat tinggal Dion Hadinata Wijaya! Aku akan membawa benih yang kau tanam semalam, semoga suatu saat kita bisa berjumpa lagi," batin Aruna dalam hati.

"ARUNA!!!!" panggil seorang pria. Aruna menolehkan kepalanya ke belakang, terlihat Hendi sedang mengejarnya, dengan nafas yang ngos-ngosan dan berdiri tepat di samping Aruna.

"Ada apa?" tanya Aruna.

"Kembali lah! Kapanpun kau mau, aku sudah mendengar semuanya dari Pak Dion! Walaupun sekarang Pak Dion marah, tetapi aku yakin suatu saat nanti Pak Dion akan memaafkanmu. Kau tahu sendiri kan bagaimana Pak Dion itu tidaklah gampang cocok dengan sekretaris dan kau adalah satu-satunya sekretarisnya selama sepuluh tahun ini! Kembalilah kapanpun kau mau," ujar Hendi. Aruna hanya menganggukkan kepalanya dan kembali berjalan dengan tenang dia menikmati waktu detik-detik terakhirnya di ibukota ini.

Sesampainya di kos- an, Aruna segera beristirahat karena kereta akan membawanya pukul sebelas pagi. Untung saja bawaannya hanya tinggal satu koper besar dan dua ransel kecil. Pagi ini Aruna menatap indahnya kota Jakarta ke untuk terakhir kali, menikmati polusi yang biasa dihirupnya selama sepuluh tahun terakhir ini.

"Selamat tinggal kota Jakarta! Semoga suatu saat kita bisa berjumpa dengan kondisi yang lebih baik dan bahagia," pamit Aruna.

Aruna segera pergi ke stasiun terdekat stasiun Gambir, dia membeli tiket langsung menuju kota tempat tinggalnya. Tak lama kereta itu pun datang, Aruna segera mencari tempat duduknya. Sengaja dia memesan kelas VIP bisnis agar kenyamanannya terjamin dia ingin tidur sepanjang perjalanan ini. Melupakan semua yang terjadi dan memulai awal lembaran baru. Walaupun dia harus memulainya di kota terpencil.

Tepat hampir tengah malam Aruna sampai di stasiun kotanya perjalanan ternyata memakan waktu lebih dari sepuluh jam, sekitar jam sepuluh malam dia baru sampai. Aruna menghubungi kedua orang tuanya yang sengaja menjemputnya di stasiun. Terlihat kedua orang tuanya melambaikan tangan kepada Aruna sesaat setelah pintu gerbong kereta dibuka. Dengan cekatan bapaknya langsung membantu Aruna membawa koper, sedangkan sang Ibu membantu membawakan satu ransel lagi.

"Akhirnya kau pulang juga, Nduk," ujar Ibu Aruna yang sedikit lega melihat kedatangan putrinya.

"Pak, Bu! Kita cari makan dulu ya, perut Aruna sangat lapar sekali," pintanya.

"Baiklah aku mau makan apa?" tanya Bapak Aruna.

"Kita makan nasi pecel saja, Bu! Apakah nasi pecel yang buka tengah malam itu masih ada?" tanya Aruna.

"Masih! Mari kita ke sana," ujar ibunya Aruna sambil menggandeng lengan putrinya.

Ketiga orang itu berjalan menuju ke arah mobil bapaknya yang sudah terparkir di parkiran stasiun. Memanglah keluarga Aruna ini bukanlah termasuk keluarga kaya raya, tetapi di desanya dia juga termasuk orang yang terpandang. Entah apa nanti yang akan dikatakan Aruna kepada orang tuanya perihal kehamilannya ini, dia tak ingin mengakhiri momen kebahagiaan yang bisa dinikmati malam ini bersama kedua orang tuanya. Dia tak ingin langsung mengatakan problematika yang dialami.

Setelah puas makan nasi pecel permintaan Aruna, mereka pun pulang. Udara dingin pedesaan bertambah dengan turunnya kabut di tengah malam. Aruna masuk ke dalam rumah tepat di kamarnya sepuluh tahun lalu sampai sekarang. Kamar itu masih tak pernah berubah, sang Ibu tetap mempertahankan semua isi di kamar dan selalu rajin membersihkannya. Seperti nostalgia saja masuk ke dalam kamar itu yang penuh memori.

"Tuhan aku hanya ingin tidur nyenyak malam ini! Sebelum mengakui perbuatan dosaku besok kepada kedua orang tua! Semoga mereka berdua bisa menerima, mengingat aku adalah anak tunggal! Ini memang permintaan yang tak tahu diri, tetapi aku harap Ibu dan Bapak mau memaafkanku," batin Aruna berdoa sebelum tidur.

Keesokan harinya setelah bangun tidur semua makanan sudah tersedia di meja. Berbeda saat dia mengekost di kota Jakarta, harus apa-apa sendiri. Ibunya segera menyuruh makan, mereka pun menikmati makan bersama bertiga. Karena sang Bapak sebentar lagi akan bekerja. Bapak Aruna adalah seorang tengkulak dan juragan sayur yang cukup terkenal. Dia bahkan memasok beberapa sayuran di minimarket dan Hypermart terbesar di kota mereka.

Bukan usaha yang abal-abal sebenarnya jika bisa dilanjutkan oleh tenaga yang ahli dan pemasaran yang baik sebenarnya. Aruna sudah memikirkan perkembangan usaha ayahnya tetapi karena dia fokus bekerja pada perusahaan Dion dia abai dan Aruna bertekad untuk melanjutkan usaha ayahnya ini

"Pak, Bu! Aruna ingin mengatakan sesuatu kepada Bapak dan Ibu," ujar Aruna dengan nada suara yang sudah bergetar padahal baru saja dia memulai pengakuan.

"Ada apa, Nduk?" tanya bapaknya.

"Maafkan Aruna jika memang selama ini Aruna menjadi anak tak membanggakan! Maafkan Aruna jika nanti Aruna membuat Bapak dan Ibu merasa kecewa yang amat sangat dalam," kata Aruna sambil bersimpuh dan menjatuhkan diri di kaki kedua orang tuanya yang sedang duduk di meja makan itu.

"Sudah! Bapak sudah tahu," jelas Bapak Aruna.

"Bagaimana mungkin Bapak tahu?" tanya Aruna heran padahal dia belum mengatakan apa yang terjadi.

"Nduk, namanya kedua orang tua itu pasti memiliki feeling dan insting yang kuat terhadap anaknya! Saat mulai kau menjauhi Ibu dan kau sering berkata sakit kepala, Ibu sudah tahu jika ada yang tak beres denganmu! Ditambah beberapa hari lalu Bapak memimpikan menangkap seekor burung yang sangat cantik di samping rumah dan itu kau tahu pertanda apa, Nduk? tanya ibunya.

Aruna hanya mampu menggelengkan kepalanya karena memang dia tidak tahu hal-hal yang berbau tafsir mimpi atau semacamnya. Namun pertanda mimpi, kejawen itu masih dipercaya oleh kedua orang tuanya karena mereka berasal dari suku Jawa.

"Itu artinya kami sebagai orang tua akan segera mendapatkan cucu! Karena anak kami hanya kamu, Bapak dan Ibu sudah tahu dari awal dan kau tak perlu takut! Kita akan membesarkannya sama-sama," ujar Ibu Aruna sambil menangis sesegukan sedangkan Bapak Aruna terdiam tak bisa berkata-kata lagi.

"Maafkan Aruna! Maafkan Aruna, Pak, Bu," ujar Aruna sambil terus menciumi kedua kaki orang tuanya.

"Sudah! Sudah, kita mulai semua dan kita hadapi bertiga. Bapak dan Ibu memaafkanmu asal kau berjanji tak akan mengulanginya lagi, kami juga tak akan bertanya siapa lelaki yang menghamilimu itu karena jika waktunya tiba kau akan mengatakan sendiri kepada kami atau lelaki itu datang kemari," jelas Bapak Aruna.

"Maafkan Aruna, Pak! Aruna tak bisa mengatakan siapa lelaki bejat itu," ujar Aruna lirih.

"Ya sudah, simpanlah semua itu! Jika kau rasa jujur itu akan menjadi bebanmu, Bapak tak akan memberatkanmu lagi, Nduk! Mungkin ini salah kami sebagai orang tua yang lalai menjagamu, membiarkanmu mengejar mimpi di Ibukota sampai lupa akan semuanya," ujar Bapak Aruna.

Ibu Aruna menarik tangan Aruna untuk berdiri. Aruna memeluk dan runtuh dalam pelukan ibunya mereka terduduk bersama di lantai. Begitupun dengan bapaknya, dia juga memeluk kedua wanita yang sangat dicintainya itu. Entah takdir apa yang Tuhan gariskan untuk keluarganya sampai dia harus menjalani dan memikul aib sebesar ini. Aib yang tak bisa ditutupi lagi dan akan menjadi bahan gosip seumur hidup bagi warga desa. Meskipun hal itu terjadi tapi sebagai seorang bapak,Juragan Waluyo bersikap tegas untuk tetap melindungi anaknya. Bagaimanapun bayi itu juga tak berdosa begitupun dengan anaknya yang masih sangat muda dan memiliki kesempatan untuk hidup lebih lama.

***

Sembilan bulan kemudian di ruang persalinan rumah sakit bersalin Al Hasanah, Aruna sedang mempertaruhkan hidup dan matinya di atas ranjang persalinan.Dia sedang berusaha melahirkan seorang anak yang dinanti-nantikannya selama ini.

"Ayo hati-hati, Bu! Saya beri aba-aba ya, satu, dua tarik nafas, mengejan!" perintah bidan itu.

Aruna sudah merasakan mulas yang begitu dahsyat sampai dia tak sadar ketika gunting tajam merobek jalan lahirnya. Rasa sakitnya sudah tak berasa lagi karena kontraksi melahirkan. Aruna melahirkan ditemani dengan bapak dan ibunya. Kedua tangannya memegang tangan orang tuanya meminta penguatan. Juragan Waluyo, Bapak Aruna berkali-kali menciumi kepala putrinya itu tak tahan melihat sang buah hati yang dulu dibesarkan dan dirawat sepenuh hati harus melahirkan sendiri tanpa seorang suami.

'Oeeek' Oeeeek

"Sudah lahir anaknya, Bu! Jeis kelamin Lelaki lengkap semua," ujar dokter dan bidan itu sambil mengangkat seorang bayi. Dengan sigap dokter itu segera mengeluarkan plasenta dan menjahit jalan lahir yang tadi sudah dirobek. Rasa kesakitan yang dirasakan Aruna, luruh sudah bersama tangisan sang bayi. Bapak dan Ibu Aruna langsung terharu melihat cucu mereka telah lahir.

"Saya taruh di atas tubuh Ibu ya, agar bisa menyusui sejak dini," ujar bidan itu sambil menaruh bayi Aruna.

"Siapa namanya, Nduk?" tanya ibu Aruna.

"Abimana Hadinata Wijaya," jawab Aruna dengan yakin. Itu adalah nama yang pernah dia tulis dalam kertas yang diselipkan di nakas milik Dion. Entah lelaki itu sudah membukanya atau belum tetapi dia menepati janjinya jika anak itu lelaki akan mereka beri nama Abimana Hadinata Wijaya.

***

"Bima, Bima!" Teriak Aruna.

"Iya, Bu!" sahut Bima kecil. Bima tumbuh dengan baik di usianya lima tahun, dia berkembang dan bertumbuh selayaknya anak usianya. Bahkan jauh lebih besar dan tinggi daripada usianya. Fisik Bima sama dengan Dion, sehingga setiap kali Aruna melihat putranya, dia seperti melihat Dion. Kemiripan itu di mulai dari wajah, hidung, mata, serta perilakunya mengingatkannya dia pada sosok lelaki yang pernah tidur semalam bersamanya.

"Bu, apakah kita jadi ke kota?" tanya Bima yang dibalas anggukan oleh Aruna.

"Tapi Ibu akan menghadiri meeting dulu rapat di hotel Aston untuk usaha Eyangmu! Jadi kita ke kotanya besok lusa ya," ujar Aruna.

"Yah Ibu! Kan Ibu kan sudah janji," protes Bima.

"Ibu janji kita akan ke kota untuk membeli apapun yang kau inginkan karena kau sudah menjadi anak baik, tapi besok! Bagaimana?" tawar Aruna sambil mengelus rambut putranya.

"Benarkah?" tanya Bima yang hanya dijawab anggukan kepala oleh Aruna.

"Yeyeye!" Teriak Bima sambil berloncat-loncatan di ke sana kemari.

"Nduk, undangan untuk menghadiri meeting sudah ada di WA! Masuknya nanti menggunakan barcode khusus dan Bapak sudah mengirimkannya padamu. Tolong kau hadiri saja ya, kau sekalian persiapkan bahan-bahan untuk maju berpresentasi, agar kualitas sayuran yang kita jual bisa menembus ke Hypermart dan pasar-pasar modern lainnya. Karena kualitas yang kita miliki juga tak kalah bersaing dengan barang yang impor," jelas Bapak Aruna yang bernama asli juragan Waluyo.

Aruna menganggukkan kepalanya dia kemudian mencari ponselnya yang tertinggal di dalam kamar. Kemudian membuka undangan virtual itu matanya menangkap tulisan undangan yang mengatasnamakan PT Hadinata Wijaya company tbk. Aruna terdiam beberapa saat sambil menutup mulutnya.

"Astaga! Apakah Pak Dion akan menghadirinya? Bagaimana ini?"

APAKAH ARUNA AKAN TETAP DATANG?

Bersambung

Yuk teman- teman intip ceritaku yang lain!

Halo Kakak baca novelku yang lain juga ya dengan judul "JADI MISKIN DI HADAPAN MERTUA". Novel seru tentang perdebatan mertua menantu tetap mengandung nilai mental healt dan menghadapi mertua kolot serta suami yang terus- terusan membela Ibunya daripada istrinya! Happy reading ❤️

Cerita tentang perjuangan wanita mempertahankan rumah tangganya di tengah pilihan poligami yang di tawarkan suami pendiam nya! Sosok suami yang pendiam dan sholeh serta sempurna memiliki kegilaan di ranjang bersama seorang gadis lain bernama Gendhis! Bagaimana kisahnya? Intip di Novel SELIR KESAYANGAN SUAMIKU!

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Ajis Andi
mantap ceritane
goodnovel comment avatar
Chamim Robi
bagus banget mbaknya ceritanya
goodnovel comment avatar
Amzad
ini novel siapa ko bisa bikin aku mewek saat baca nya??🫰🫰
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Semalam Bersama Tuan Presdir   Pertemuan Kembali Setelah Lima Tahun!

    PERTEMUAN SETELAH LIMA TAHUN!Mau tidak mau, Aruna harus datang ke acara itu, mengingat bapaknya tidak dapat menghadirinya. Sedangkan ini adalah kesempatan emasnya untuk mengembangkan bisnis keluarga sekaligus untuk mencari uang sebanyak- banyaknya demi anaknya. Seagai seorang Ibu, Aruna harus mau untuk mengesampingkan ego nya sendiri. Toh, selama ini secara pribadi dia tak memiliki masalah dengan Dion. Rasanya kemungkinan kecil juga, Dion mau menghadiri acara tersebut. Karena Madiun adalah kota yang kecil bukanlah sebuah kota yang besar, jadi selama ini peluang Dion untuk datang sangat minim."Kau naik mobil sendiri, Nduk?" tanya juragan Waluyo."Iya tak masalah, Pak! Toh dekat sini saja, paling hanya satu jam menggunakan mobil. Aruna janji tidak akan pulang malam, titip Bima ya, Pak," ujar Aruna sambil berpamitan."Bima," panggil Aruna."Ya, Bu!" teriak Bima sambil mendatangi Ibunya."Ingat jangan nakal di rumah dengan Eyang, jangan lari- lari an," pesan Aruna yang di balas anggukan

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-11
  • Semalam Bersama Tuan Presdir   Panggilan dari IGD!

    PANGGILAN DARI IGD"Kenapa kau hanya diam saja, Aruna? Apakah semua ucapanku benar?" tanya Dion."Saya kira waktu lima tahun ini sudah membuat Bapak melupakan tentang masa lalu saya sebagai sekretaris, Bapak! Ternyata tidak....""Itu tidak akan mudah saya lupakan! Karena kau telah merendahkanku. Aku memang ingin melupakannya, tapi Tuhan tidak mengizinkanku untuk lupa atas perlakuanmu itu! Kau satu-satunya karyawan yang berani bersikap lancang padaku," ujar Dion sambil meninggalkan Aruna.Aruna hanya terdiam menatap kepergian Dion dengan menatap punggungnya. Dia bingung dan mengernyitkan keningnya heran dengan sikap Dion."Apakah Dion sudah menemukan surat tersembunyi di nakas? Apakah dia sadar?" batin Aruna dalam hati. Aruna segera berjalan dan menyingkir turun dari hotel. Entah mengapa air matanya menetes tak tertahankan, dia merasa rindu sekali dengan Dion. Namun tak bisa berbuat apapun, dia tak menyangka bisa bertemu mantan atasannya dalam situasi seperti ini. Aruna segera mengeluar

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-12
  • Semalam Bersama Tuan Presdir   PERTEMUAN DION DAN BIMA KARENA PENYAKIT JANTUNG IDENTIK!

    PERTEMUAN DION DAN BIMA KARENA PENYAKIT JANTUNG IDENTIK!Dion kembali ke kamar hotel setelah meninggalkan Aruna di kolam renang. Dia kemudian menyalakan shower dan mandi. Air hangat yang membasahinya nyatanya tak mampu menghapus ingatan Dion pada gadis itu. Dia masih teringat bagaimana gadis itu memandangnya tatapan sendu selama sepuluh tahun ini menemaninya selama menjadi sekertaris. Sampai dia tiba- tiba mengundurkan diri tanpa alasan."Ternyata kau memang Aruna! Aruna sekretarisku dulu, tapi kau mengapa merendahkan harga dirimu seperti ini? Padahal dulu kau sangat menjunjung kredibilitas dan branding dirimu sendiri, bahkan kau rela meninggalkan perusahaan demi pergi kembali ke kota kecil ini! Tapi kau mengapa seperti ini sekarang? Merendahkan harga dirimu sendiri, mengapa kau tak kembali ke perusahaanku?" batin Dion dalam hati. Setelah mandi dan memakai kimono handuknya, Dion segera keluar. Ternyata di luar sudah ada Hendi personal asistennya."Aku telah memeriksa dat

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-12
  • Semalam Bersama Tuan Presdir   MENJADI TRENDING TOPIK SOSIAL MEDIA, LAMBE DOWER!

    MENJADI HOT TOPIK LAMBE NDOWER!"Bye- bye Om!" kata anak kecil itu sambil berlari keluar rumah sakit toilet."Hey!" teriak Dion ingin bertanya siapa nama anak kecil itu.Namun saat Dion hendak mengejar anak itu ternyata dia kalah gesit. Anak lelaki itu sudah pergi entah mengambil jalan ke kanan atau ke kiri. Karena kamar mandi itu berada di pertigaan sudut rumah sakit, kemudian Dion pun segera berjalan sambil mengecek beberapa berkas yang telah dikirimkan oleh klien ke hp-nya. Dia sekalian mengecek serta membenarkan earphone yang di telinganya. Di sisi lain pertigaan itu Aruna tampak tergesa-gesa datang untuk kembali ke rumah sakit memastikan Bima dalam kondisi baik-baik. Sampai di pertigaan pas tak sengaja matanya menangkap bayangan Dion, dia terlonjak kaget. "Astaga mengapa dia ke sini? Apakah masalah jantung yang diderita oleh Pak Dion belum berakhir? Apakah ini juga yang menyebabkan Bima menderita penyakit itu? Karena faktor genetik?" batin batin Aruna dalam hat

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-13
  • Semalam Bersama Tuan Presdir   PT. HADINATA WIJAYA COMPANY Tbk,

    PT. HADINATA WIJAYA COMPANY Tbk, "Apa maksud semua ini?" tanya Niken.Aruna menengguk ludahnya kasar. Dia tak menyangka perbuatannya semalam sudah menyebar di media sosial. Bahkan sampai masuk beberapa akun gosip, Aruna pun mencari hp-nya sendiri, karena dia dari pagi sudah sibuk dengan pengiriman barang dan kargo re- packing sayuran yang dia miliki. Sampai tak menyadari bahwa dirinya menjadi hot topik di Instagram. Aruna mencoba men- scroll beberapa alamat Instagram dan terduduk lemas.Dia baru menyadari bahwa istri Elbara adalah seorang pengusaha sekaligus selebritas di negeri ini. Pantas saja dia seperti pernah melihatnya, Aruna menghela napasnya perlahan dan menghembuskan perlahan. Dia tak menyangka jika semua akan terjadi seperti ini. Apakah ini yang menyebabkan Dion marah, tapi rasanya tidak mungkin juga. Karena Aruna juga tidak memiliki hubungan apa-apa dengan Dion."Nduk, Ibu kan sudah bilang seberapa besarnya kota kita ini, semua akan mudah terekspos apalag

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-13
  • Semalam Bersama Tuan Presdir   BERTEKAD MENEMUI DION!

    BERTEKAD MENEMUI DION!"Aruna! Hey Aruna! Mengapa kau diam saja?" tanya Rendy yang melihat Aruna melamun dengan melambaikan tangannya."Eh tidak kok, Mas! Aku cuma sedang memikirkan bagaimana cara agar Bima tetap bisa di operasi. Berapa lagi Bima bisa bertahan, Mas? Apakah Bima tidak bisa menunggu waktu setahun lagi, Mas? Barangkali jika memang bisa...""Tidak bisa! Karena Bima harus segera dioperasi secepatnya! Aku pun juga sangat bingung memikirkan hal ini. Mengingat beberapa pasienku memang memerlukan emergency penanganan jantung dan itu hanya bisa dilakukan di rumah sakit Surabaya itu! Bahkan profesor Tjahyadi sendiri kemarin sempat turun tangan! Tapi, dia tak bisa berbuat apa-apa juga, mengingat dia juga tak punya kuasa dan tak punya modal juga untuk bisa membeli lisensinya," jelas Rendi."Menurutmu apa yang bisa aku lakukan, Mas? Apakah aku harus menemui pemilik perusahaan itu dan mengatakan untuk tetap membukanya?" tanya Aruna."Hahaha! Itu sebenarnya hal

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-14
  • Semalam Bersama Tuan Presdir   PAK, PLEASE LIMA MENIT!

    PAK, PLEASE LIMA MENIT!"Saya sudah berkata padamu, Betari Aruna Waluyo! Saya tidak akan membuka rumah sakit itu dalam waktu yang dekat. Kau mengerti?" hardik Dion."Tapi Pak..."Dion langsung mengangkat tangannya tanda tak ingin lagi mendengar ucapan Aruna lagi. Dia segera berlalu masuk ke dalam lift. Tak menyerah Aruna pun mengejar dia sampai masuk ke dalam. Dia mensejajari Dion dengan berdiri di sampingnya."Tapi Pak rumah sakit itu sangat saya perlukan," bujuk Aruna."Justru semakin kau perlukan saya tidak akan membukanya," sahut Dion sambil bersedekap setelah memencet tombol satu lantai di bawahnya."Tapi Pak, rumah sakit itu menyangkut nyawa hidup orang banyak! Jika Bapak tak membukanya bulan depan dan tetap egois seperti ini berapa banyak nyawa yang akan hilang, Bapak? Pak Dion, sedikit saja nuarani dan belas kasihan, Bapak! Apakah Bapak tidak mengerti betapa berartinya rumah sakit itu bagi orang-orang yang membutuhkannya?" tanya Aruna."Kenapa kau

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-14
  • Semalam Bersama Tuan Presdir   BU, BOLEHKAN BIMA MEMINTA HADIAH UNTUK MEMILIKI SOSOK AYAH?

    BU, BOLEHKAN BIMA MEMINTA HADIAH UNTUK MEMILIKI SOSOK AYAH?"Dion siapakah dia? Siapa wanita itu? Apa benar seleramu seperti ini?" tanya wanita itu."Dia adalah kekasihku," ucap Dion."Ya! Dia adalah kekasihku," sambungnya. Lagi wanita itu mengeryitkan keningnya heran. Seakan dia tak percaya jika wanita cabe- cabean itu adalah kekasih Dion. Menyadari hal itu, Dion segera memepetkan tubuhnya dan berdiri di samping Aruna bahkan dengan sigap merangkul lengan Aruna sehingga mereka sekarang terlihat seperti pasangan mesra yang saling berdempetan."Dia adalah Bethari Aruna Waluyo, kekasihku!" jelas Dion lagi.Aruna kemudian menatap Dion dengan pandangan yang melongo. Dia cukup terkejut kenapa mantan atasannya itu mengatakan dia adalah pasangannya. Padahal mereka selama ini tidak ada hubungan apa-apa bahkan selama sepuluh tahun Dion terkesan sangat dingin kepadanya. Jantung Aruna sekarang berdetak keras sekarang dengan ucapan Dion."Jika memang benar dia pacarm

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-15

Bab terbaru

  • Semalam Bersama Tuan Presdir   KEPUTUSAN ARUNA

    KEPUTUSAN ARUNA"Ibu, ayok kita temui Eyang," pinta Bima."Ayo Aruna kita harus segera menemui Juragan Waluyo, Ayahmu. Kita harus meyakinkannya bahwa kita bisa bersama dan semua akan baik-baik saja," bujuk Dion.Aruna memandangi wajah Dion dan putranya bergantian. Dia menghela nafas panjang, kedua lelaki ini memiliki sifat yang sama ketika sudah menginginkan sesuatu maka mau tak mau harus terpenuhi saat itu juga. Namun Aruna memiliki pemikiran lain, dia harus mempertimbangkan semua baik buruknya sebelum mengambil keputusan itu."Pak Dion, maaf. Bima maafkan Ibu ya, jika keputusan Ibu kali akan mengecewakanmu. Bima, tidak semua keinginanmu harus dipenuhi kan? Ada beberapa hal yang kau tidak bisa memaksakan kehendakm karena ada kehendak lain yang Ibu inginkan," kata Aruna."Kau tak boleh egois menginginkan semuanya harus sesuai dengan maumu," sambungnya.Dion pun langsung menoleh menatap ke arah Aruna. Dia menggeleng tak percaya jika Aruna akan menolak ajakannya. Dion menatap Aruna de

  • Semalam Bersama Tuan Presdir   MEYAKINKAN ARUNA MEMBUKA LEMBARAN BARU

    MEYAKINKAN ARUNA MEMBUKA LEMBARAN BARU "Aku tak ingin kau kenapa-kenapa, kemarin badanmu sangat demam sekali," kata Dion. "Tenanglah Pak Dion, aku Lebih tahu bagaimana dengan badanku. Apalagi semenjak aku menjadi seorang ibu maka aku harus bisa menghindari semuanya serta harus mengerjakan semua hal secara sendiri dalam kondisi apapun. Hebat bukan? Dan lagi, aku tak terbiasa tidur terlalu lama," kata Elena. "Apakah yakin sudah benar-benar baik?" tanya Dion mencoba memastikan karena khawatir bibir Aruna masih sangat pucat pasi. "Tentu," sahut Aruna. "Aruna aku ingin bicara serius dengaanmu," ucap Dion lagi. "Apakah benar kau dari rumah bapakku, PakDion?" tanya Aruna. Dion pun menganggukkan kepalanya. "Ya aku dari sana," jawab Dion memangku Bima dan duduk di lantai menghadap ke arah Aruna. Aruna tersenyum kecut, dia benar-benar tak mengira jika Dion akan berbuat senekat ini. Bukan tak senang dirinya diperjuangkan hanya saja dia takut Dion menghadapi kerasnya sifar Juragan Waluyo

  • Semalam Bersama Tuan Presdir   NEGOSIASI DENGAN BIMA!

    NEGOSIASI DENGAN BIMA!Dia ingin segera memberikan kabar gembira itu pada Aruna dan tak mau menunda lagi. Takut jika kedua orang tua Aruna berubah pemikiran. Dia harus sesegera mungkin mengajak Aruna ke sana lagi.Dion pun segera melajukan mobilnya menuju ke apartemen milik Aruna. Dia segera menuju ke kamar milik Aruna yang memang sedang tertidur karena badannya belum sembuh benar. Untung saja Aruna sudah memberikan kode akses masuk ke dalam rumahnya. 'Ting' pintu pun terbuka, dia melihat sekelilingnya mencari anaknya."Bima! Bima!" teriak Dion memanggil Sang putra."Ya Ayah Baik," sahut Bima dari dalam kamarnya. Dion pun segera masuk ke dalam kamar. Da melihat putranya sedang asyik bermain Lego sendiri.Dia tak melihat Aruna di sana."Dimana ibumu, Sayang?" tanya Dion. Bima menole dan tersenyum ke arah Ayah Baiknya."Em, Ibu ya? Dia sedang tidur Ayah Baik. Katanya badannya masih tidak enak, tapi aku sudah menjaganya dengan baik. Aku sudah memastikan ibu untuk meminum obatnya sama

  • Semalam Bersama Tuan Presdir   MERESTUI DENGAN SYARAT?

    MERESTUI DENGAN SYARAT?"Semua saya lakukan demi Aruna dan demi Bima semuanya. Seperti yang Bapak tahu sendiri, sampai saat ini pun Aruna juga belum memiliki sosok lelaki lain. Apakah Bapak berpikir jika Aruna tidak lak? Tentu dengan tegas dan jawabannya bisa kita ketahui semua tidak itu alasannya. Aruna sangat cantik dengan segala potensi yang dia miliki. Bukankah masih menjadi tanda tanya mengapa dia tak pernah menikah atau menjalankan hubungan baru dengan lelaki lain kan, Pak? Mengapa Aruna melakukan ini semua dan sebagai seorang laki-laki tentu Bapak tahu apa jawabannya kan?" jelas Dion.Juragan Waluyo terdiam mendnegar semua penjelasan Dion panjang lebar itu. Pun dengan Nyi Waluyo, ya mereka semua tidak bisa memunafikkan semua yang dikatakan oleh Dion benar. Selama ini Aruna bukannya tak laku tetapi dia memang menutup diri dan dia tahu alasan anaknya itu apa, yaitu Aruna susah sekali jatuh cinta dan mungkin cintanya telah habis bersama Dion. Apalagi sekarang dia memili

  • Semalam Bersama Tuan Presdir   PERJUANGAN DION DI MULAI! PART 1

    PERJUANGAN DION DI MULAI! PART 1 "Sudahlah Pak apalagi yang mau ditutupi? Toh ini kenyataan semalam aku yakin juga Aruna juga sakit. Tapi pertanyaannya apakah ada yang merawat atau tidak. Apakah kau merawatnya, Nak?" tanya Nyi Waluyo. Dion menganggukkan kepalanya. "Ya, Bu. Saya merawatnya dengan baik dan memang benar semalam Aruna sakit. Tenang saja, saya sudah memberinya pereda panas dan membuat bubur," jelas Dion. "Syukurlah kalau kau memang memiliki sedikit perhatian kepada Aruna. Sebenarnya bapaknya dari semalam juga sangat khawatir padanya, namun kau paham kan kadang seorang lelaki tidak bisa mengungkapkan rasa sayangnya. Tapi dia tak mau menunjukkan kekhawatirannya itu pada Aruna," ucap Nyi Waluyo. "Kau tahu sendirilah kadang lelaki itu memang memiliki titik egois dan rasa cemburu kepada anak perempuannya yang sedikit berlebihan" ujarnya. Baru setelah mendengar pernyataan dari Nyi Waluyo itu sekarang dia mengerti ke mana arah

  • Semalam Bersama Tuan Presdir   MEMBUKA TABIR MASA LALU DI HADAPAN ORANG TUA ARUNA

    MEMBUKA TABIR MASA LALU DI HADAPAN ORANG TUA ARUNA"Berani juga kau ke sini!" kata juragan Waluyo dari arah samping. Dion pun menoleh, dia melihat juragan Waluyo datang dengan menggunakan tongkatnya dan memakai pakaian hitam-hitam nampak sangat elegan dan wibawanya sangat keluar. Beda dengan tadi malam yang mungkin karena diliputi amarah yang besar sehingga tak menampakkan wibawa juragan Waluyo. Seketika jantung Dion berdetak kers, dia segera menyalami Juragan Waluyo meskipun merasa sedikit ngeri juga dengan penampilan juragan Waluya yang terkesan seperti dukun bagi Dion. Juragan Waluyo hanya menanggapi sekilas lalu duduk."Duduklah!" perintah juragan Waluyo. Dion pun duduk di berhadapan dengan juragan Waluyo."Ti! Narti! Buatkan minuman untuk tamu, Ti!" perintah Juragan Waluyo lagi."Nggeh Juragan!" sahut suara seorang wanita dari belakang."Sialan sepertinya memang Aruna bukan berasal dari keluarga sembarangan. Ini mungkin yang disebut dengan orang kaya tetapi hidup di desa, sungg

  • Semalam Bersama Tuan Presdir   MENDATANGI JURAGAN WALUYO!

    MENDATANGI JURAGAN WALUYO!Pagi harinya Aruna terbangun saat sinar matahari datang, masuk ke kamarnya melalui kelambu. Aruna langsung mengerjapkan matanya. Dia melihat ke arah bawah, ternyata Dion sedang memegangi tangannya tidur di kursi sofa yang di dekatkan pada tubuhnya. Sedangkan Bima berada di pelukannya. Aruna pun mulai beranjak untuk membuat sarapan untuk mereka, untung saja semalam Dion dengan gesit merawatnya. Kepalanya sudah tak pusing lagi."Aruna kau sudah bangun? Masih pusing? Bagaimana keadaanmu?" tanya Aruna."Aku sudah lumayan Baik, Pak Dion. Kau tak papa tidur dibawah begitu? Apa kau tak masuk angin nanti? Kau tidur di ruangan AC tanpa selimut. Kau baik-baik saja? Aku buatkan susu jahe ya," kata Aruna mulai khawatir. "Tenanglah, Aruna. Ini semua tidak sebanding dengan apa yang kau dan Bima sudah rasakan dulu. Aku tak masalah, jadi kau jangan khawatir," jawab Dion."Terima kasih ya, Pak Dion. Terima kasih kau sudah merawatku, berkat dirimu aku merasa jauh lebih ba

  • Semalam Bersama Tuan Presdir   ARUNA SAKIT!

    Aruna Sakit!"Ibu, Ibu dan Ayah baik tak apa-apa kan? Kalian akan bersama kan?" tanya Bima."Tidur yuk!" ajak Aruna pada Bima.Dion menoleh, dia melihat Aruna memperjuangkannya seperti ini, tiba-tiba perasaan bersalah dan menyesal bergelanyut di benaknya. Dulu dia meninggalkan Aruna dan salah paham kepadanya sampai bertahun-tahun akhirnya Aruna harus menyimpan semua kesakitan ini sendiri. Kerasnya hidup mengasuh Bima, hambatan yang dilakukan dan dirasakan hanya bisa dirasakan dengan juragan Waluyo. Orang yang seharusnya tak ikut bertanggung jawab dalam masalah ini. Itulah yang membuat dia menutupi kebodohannya sendiri yang sangat egois. "Apakah Eyang tak suka dengan Ayah Baik? Apakah Eyang akan melarang Ayah Baik ke sini?" tanya Bima."Tidak kok. Eyang tak marah," kata Aruna."Lalu kenapa tadi Eyang langsung pulang dan marah?" tanya Bima."Mungkin Eyang lelah. Maaf ya jika kau harus terbangun. Sekarang tidur ya, Nak," perintah Aruna sambil menggendongnya."Ayah Baik, ayok! Temani Bi

  • Semalam Bersama Tuan Presdir   NYI WALUYO TURUN TANGAN!

    NYI WALUYO TURUN TANGAN!"Eyang, Apakah Eyang Kakung tahu jika Bima dan Ayah baik memiliki persamaan? Kami memiliki penyakit yang istimewa dan hanya diderita oleh orang-orang tertentu saja. Bukankah selama ini Eyang dan Ibu selalu panik pada perasaan yang dirasakan Bima dan kesakitan ini? Tetapi sekarang rasanya Ibu dan Eyang tidak perlu khawatir lagi, karena ada Ayah Baik yang akan menemani Bima. Kami seringkali meminum obat bersama, karena memang kami harus minum vitamin untuk menjaga dunia. Benar kan Ayah Baik?" tanya Bima sambil mengusap air mata Dion yang juga turut jatuh.Juragan Waluyo langsung terdiam mendengar pernyataan cucunya itu. Ya dia tidak bisa berbuat apa-apa lagi jika yang mengatakan hal seperti itu adalah Bima. Karena memang selama ini dia sangat mencintai Bima dan tidak ingin terjadi hal-hal mengerikan pada Bima."Eyang, kenapa Eyang harus marah-marah kepada Ayah Baik? Percayalah sungguh Ayah Baik ini adalah orang yang sangat baik sekali kepada Bima, juga pada Ibu

DMCA.com Protection Status