PENYAKIT BAWAAN DAN GENETIK WARISAN!"Kondisi Pak Dion memang tidak seburuk yang kau bayangkan namun juga tak sebaik yang kau kira," tegas Rendi."Apa maksudmu, Mas?" tanya Aruna."Tidak kok, tenang saja. Kau juga tidak perlu khawatir, Aruna. Mungkin dia hanya kelelahan bekerja saja. Jadi tolong awasi saja agar Pak Dion benar-benar bisa bedrest total untuk beberapa hari ini. Dia tak boleh terlalu setres untuk beberapa hari belakang ini, Aruna," ucap Rendi memberikan keterangan yang jujur."Benarkah? Tapi lihatlah. Kali ini wajahnya benar-benar pucat sekali," sanggah Aruna curiga jika Dion dan Rendi bersekongkol di belakang mereka."Kau juga tidak perlu terlalu khawatir, Aruna. Kau tahu sendiri kan bagaimana kinerjaku? Aku akan merawat Pak Dion dengan baik. Kita hanya bisa melihat sekilas saja dan aku akan memantaunya per jam nanti lewat jam nya. Kita bisa memastikan semua setelah hasil lab semua nya keluar. Tenanglah, tidak ada masalah apa-apa," kata Rendi berusaha menenangkan Aruna y
IBU KENAPA KITA PULANG?"Tenanglah, Aruna. Aku sekarang merasa jauh lebih baik. Sejak dulu aku selalu menanggungnya sendirian dan sekarang aku memiliki dirimu dengan Bima," kata Dion.Entah mengapa ucapan Dion membuat Aruna ingin menangis. Aruna langsung mendongakkan kepalanya. Dia tak ingin menangis di hadapan Dion. Dia tahu hal ini berat meskipun Dion kaya tetapi di sisi lain dia tidak mendapatkan kasih sayang kedua orang tuany sejak kecil karena kesibukan mereka bekerja. Bahkan sampai sekarang dia harus merasakan semua ini sendiri dan hanya didampingi oleh Hendi.Tiba-tiba Aruna teringat bagaimana jika suatu saat ini terjadi kepada Bima. Tentu dia tak ingin Bima merasakan hal yang dirasakan oleh Dion sekarang. Aruna langsung mengusap matanya yang benar-benar tak mampu menahan tangisnya lagi."Tenang saja, mulai sekatang kau tidak sendirian," kata Aruna. Dion pun menganggukkan kepalanya dan seulas senyum senang terbesit di wajahnya."Apa maksudnya, Aruna? Apakah aku tak salah deng
PERMINTAAN DION!"Apa kau tahu khawatirkan dengan keadaan Pak Dinn di rumah sakit? Kan kau tak perlu khawatir, Nak. Di rumah sakit ada dokter dan Bibi cantik Cindy. Sudah tenang ya, jadi kau tidak perlu khawatir," kata Aruna."Bima sekarang ayok kita mencoba mengetes detak jantung dan saturasimu. Mulai sekarang Ibu akan mengetatkan lagi jadwal mu periksa. Ibu tak mau kecolongan lagi seperti Ayah Baikmu. Bima entah mengapa Ibu mendadak trauma bagaimana jika kejadian pada Pak Dion menimpamu," kata Aruna sambil memandangi wajah putranya."Tenang saja, Ibu. BIma janji kok nanti setiap Bima merasakan sakit kan segera mengatakan pada Ibu," jelas Bima tak ingin membuat Ibu nya semakin khawatir."Janji ya, jangan tinggalkan Ibu, Bima. Kau nafas Ibu," pinta Aruna yang benar-benar takut jika Bima kenapa-kenapa. Aruna segera melihat saturasi Bima yaitu normal."Untung saja semuanya sudah normal. Ah, anakku Bima memang hebat, begini saja hari ini kita bisa tidur lebih awal, baru besok pagi Ibu ak
FAKTA YANG NYATA!"Kak ya, Please! Kak di rumah sakit sangat membosankan bukannya sembuh aku akan makin setres di sini. Padahal aku harus merasa bahagia secara konsisten dapat menurunkan kadar kortisol dalam darah. Hal ini berkaitan dengan stres yang berlebihan dapat meningkatkan kortisol (hormon stres) dan menyebabkan berbagai gangguan kesehatan, seperti gangguan tidur, penambahan berat badan, dan tekanan darah tinggi," alasan Dion."Apalagi perasaan bahagia dapat mendukung kinerja dari sistem kekebalan tubuh dalam melawan berbagai infeksi atau penyakit. Kebahagian yang diciptakan oleh diri sendiri dapat melindungi diri dari risiko terkena penyakit jantung. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa perasaan bahagia dapat meningkatkan kesehatan jantung dan menurunkan risiko terkena penyakit jantung sebesar 13-26%, Kak. Jadi izinkan aku ya, Kak," pinta Dion seperti anak kecil. Cindy hanya diam tak menjawab."Kau kan sayang padaku, Kak. Jadi apa salahnya kau menghubungi Profesor Tjahyadi, a
MENGATUR STRATEGI DAN HARGA SAHAM PASAR!"Bagaimana Pak Dion?" tanya Hendra. "Ah baiklah nanti saya akan pertimbangkan lagi Pak Hendra. Terima kasih ya, Pak Hendra atas informasinya. Maaf mengganggu malam ini," jawab Dion.Dion pun berbasa basi sebentar sebelum menutup teleponnya. Sekarang Dion baru mempercayai bahwa ucapan kakak perempuannya itu adalah kejujuran. Dion langsung menghela nafasnya panjang sambil mencoba memikirkan taktik apa yang bisa dia gunakan kali ini. "Lihatkan aku sudah bilang kan bahwa memang perusahaan itu di jual cepat," kata Kak Cindy."Kak tolong ambilkan laptopku di meja," perintah Dion.Cindy pun langsung mengambilkan dompet laptop yang berisi tablet milik Dion. Tanpa banyak bicara Dion langsung membuka nya dan dia kembali bekerja untuk menghitung harga pasaran saham itu."Dion," panggil Cindy."Hah?" sahut Dion."Kau memang rada ada gila-gila nya ya. Kau sedang sakit! Mengapa kau tak istirahat lalu bekerja seperti itu? Kau tak memikirkan kesehatanmu?"
TIM HORE PENDUKUNG DION"Pak Dion, Dokter bilang kau harus menginap beberapa hari lagi. Mengapa kau membujuk Kak Cindy untuk mengizinkanmu pulang hari ini juga? Kenapa sih kau itu susah sekali untuk dirawat di rumah sakit dan sekedar beristirahat. Kenapa kau selalu menginginkan pulang? Setidaknya di rumah sakit ada tenaga medis dan dokter yang bisa merawatmu kapan saja," keluh Hendi."Sudahlah Hendi, kau tahu kan pepatah lama mengatakan bahwa tempat yang lebih nyaman hanya di rumah. Berada di rumah mampu membuat suasana hatinya menjadi bagus dan hatinya membaik juga. Benar kan? Jadi biarkan saja Presiden direktur mu ini beristirahat dengan tenang di rumah, aku akan meminta dokter khusus memantaunya datang setiap hari," kata Cindy."Ah ya sudahlah kalau memang Bos wanita yang mengatakannya, maka aku akan percaya. Benar juga bahwa Pak Dion ini emmang sedikit kolot, karena dia lebih suka di rumah saja, tenang saja aku pasti merawatmu dengan baik, lebih rajin merawatmu daripada ibumu. Apa
RENCANA!"Baguslah kita kembali ke kantor, Hendi. Kita akan bekerja dan aku akan menjadi bosmu beberapa hari hari ini beberapa hari ini," perintah Cindy sambil menggeret lengan Hendi untuk pergi meninggalkan Dion dan Aruna."Aruna kalau begitu tolong ya !!!" Pesan Cindy."Tenang saja, Kak Cindy. Aku akan menjaganya," ucap Aruna."Ah aku lega sekali meninggalkan adik kesayanganku sekarang ini di tangan orang yang tepat," kata Cindy sambil menggedipkan matanya pada Dion.Diion tersenyum senang, paling tidak kini dia sadar kakak perempuannya ini ada di pihaknya. Hari ini Cindy akan mulai menggantikan jabatan Dion sebenarnya. Dia benar-benar serius untuk membeli dan mengakuisisi PT milik keluarga Arumi, sengaja dia yang maju agar tak terlalu banyak rumor beredar di luar sana. Semalam dia dan Dion sudah sepakat untuk membiarkan Arumi saja yang maju membeli saham itu agar tak menimbulkan huru hara dalam interen kantor mereka.Bukan tanpa alasan srategi ini di pilih oleh Cindy dan Dion. Me
RENCANA MENJUAL PERUSAHAAN?"Ayo kau harus sarapan pagi dan segera minum obat," ujar Aruna"Bima, kau juga makan sekalian. Kau terlalu sibuk menyiapkan makan sampai lupa sarapabmu. Mari kita makan bersama," ajak Aruna."Baik," sahut Bima dan Dion secara bersamaan sambil menuju ke ruang makan. Nampak hidangan sudah tersaji di meja makan."Meski aku bilang akan merawatmu tapi aku juga tidak bisa menelantarkan pekerjaanku, Pak Dion. Ingat lah juga aku bekerja pada perusahaan orang dan dalam team. Jadi aku tak bisa bertindak semauku sendiri. Jadi selain minum obat jangan membuat hal khusus dan konyol. Baik-baik lah bermain dengan Bima dulu. Dan ingat jangan pernah memanggilku untuk hal-hal yang tak penting lainnya!" jelas Aruna sambil menyodorkan piring berisi bubur ayam buatannya. "Baik aku mengerti, Aruna. Mengapa kau galak sekali. Lalu bagaimana kalau aku ke toilet dan mandi?" tanya Dion sambil memasang wajahnya yang mesum itu."Omong kosong! Kau masih sangat sehat sebenarnya untuk be