SEBERAPA BURUK KONDISI DION?Selly tak memperdulikan semua ucapan Rendi. Dia tetap berjalan, Rendi pun mengusap wajahnya dengan gusar."Selly," panggil Rendi. Selly tak peduli, dia terus berjalan tanpa memperdulikan panggilan Rendi. Seperti lazimnya wanita, dia memang ingin di kejar. Selly langsung bersembunyi di balik salah satu penjual batagor gerobakan. Dia berharap Rendi mencarinya dengan bingung lalu mengejarnya. Jika memang Rendi melakukan itu bisa di pastikan bahwa Rendi memang mencintainya."Selly dengarkan aku!" kata Rendi yang tiba-tiba kehilangan sosok Rendi.'Ting' 'Ting' tiba-tiba satu panggilan masuk dari pihak perawat rumah sakit. Rendi segera mengangkatnya. Karena takut itu adalah panggilan urgent."Halo ada apa, Bu Hera?" tanya Rendi pada kepala perawat yang menelponnya."Dokter! Dokter di mana? Cepat datang ke rumah sakit! CITO!" teriak kepala perawat Hera."Hah? Halo, Bu Hera, halo," panggil Rendi.Tiba-tiba telepon di matikan. Rendi menghela nafas panjang, denga
PENYAKIT BAWAAN DAN GENETIK WARISAN!"Kondisi Pak Dion memang tidak seburuk yang kau bayangkan namun juga tak sebaik yang kau kira," tegas Rendi."Apa maksudmu, Mas?" tanya Aruna."Tidak kok, tenang saja. Kau juga tidak perlu khawatir, Aruna. Mungkin dia hanya kelelahan bekerja saja. Jadi tolong awasi saja agar Pak Dion benar-benar bisa bedrest total untuk beberapa hari ini. Dia tak boleh terlalu setres untuk beberapa hari belakang ini, Aruna," ucap Rendi memberikan keterangan yang jujur."Benarkah? Tapi lihatlah. Kali ini wajahnya benar-benar pucat sekali," sanggah Aruna curiga jika Dion dan Rendi bersekongkol di belakang mereka."Kau juga tidak perlu terlalu khawatir, Aruna. Kau tahu sendiri kan bagaimana kinerjaku? Aku akan merawat Pak Dion dengan baik. Kita hanya bisa melihat sekilas saja dan aku akan memantaunya per jam nanti lewat jam nya. Kita bisa memastikan semua setelah hasil lab semua nya keluar. Tenanglah, tidak ada masalah apa-apa," kata Rendi berusaha menenangkan Aruna y
IBU KENAPA KITA PULANG?"Tenanglah, Aruna. Aku sekarang merasa jauh lebih baik. Sejak dulu aku selalu menanggungnya sendirian dan sekarang aku memiliki dirimu dengan Bima," kata Dion.Entah mengapa ucapan Dion membuat Aruna ingin menangis. Aruna langsung mendongakkan kepalanya. Dia tak ingin menangis di hadapan Dion. Dia tahu hal ini berat meskipun Dion kaya tetapi di sisi lain dia tidak mendapatkan kasih sayang kedua orang tuany sejak kecil karena kesibukan mereka bekerja. Bahkan sampai sekarang dia harus merasakan semua ini sendiri dan hanya didampingi oleh Hendi.Tiba-tiba Aruna teringat bagaimana jika suatu saat ini terjadi kepada Bima. Tentu dia tak ingin Bima merasakan hal yang dirasakan oleh Dion sekarang. Aruna langsung mengusap matanya yang benar-benar tak mampu menahan tangisnya lagi."Tenang saja, mulai sekatang kau tidak sendirian," kata Aruna. Dion pun menganggukkan kepalanya dan seulas senyum senang terbesit di wajahnya."Apa maksudnya, Aruna? Apakah aku tak salah deng
PERMINTAAN DION!"Apa kau tahu khawatirkan dengan keadaan Pak Dinn di rumah sakit? Kan kau tak perlu khawatir, Nak. Di rumah sakit ada dokter dan Bibi cantik Cindy. Sudah tenang ya, jadi kau tidak perlu khawatir," kata Aruna."Bima sekarang ayok kita mencoba mengetes detak jantung dan saturasimu. Mulai sekarang Ibu akan mengetatkan lagi jadwal mu periksa. Ibu tak mau kecolongan lagi seperti Ayah Baikmu. Bima entah mengapa Ibu mendadak trauma bagaimana jika kejadian pada Pak Dion menimpamu," kata Aruna sambil memandangi wajah putranya."Tenang saja, Ibu. BIma janji kok nanti setiap Bima merasakan sakit kan segera mengatakan pada Ibu," jelas Bima tak ingin membuat Ibu nya semakin khawatir."Janji ya, jangan tinggalkan Ibu, Bima. Kau nafas Ibu," pinta Aruna yang benar-benar takut jika Bima kenapa-kenapa. Aruna segera melihat saturasi Bima yaitu normal."Untung saja semuanya sudah normal. Ah, anakku Bima memang hebat, begini saja hari ini kita bisa tidur lebih awal, baru besok pagi Ibu ak
FAKTA YANG NYATA!"Kak ya, Please! Kak di rumah sakit sangat membosankan bukannya sembuh aku akan makin setres di sini. Padahal aku harus merasa bahagia secara konsisten dapat menurunkan kadar kortisol dalam darah. Hal ini berkaitan dengan stres yang berlebihan dapat meningkatkan kortisol (hormon stres) dan menyebabkan berbagai gangguan kesehatan, seperti gangguan tidur, penambahan berat badan, dan tekanan darah tinggi," alasan Dion."Apalagi perasaan bahagia dapat mendukung kinerja dari sistem kekebalan tubuh dalam melawan berbagai infeksi atau penyakit. Kebahagian yang diciptakan oleh diri sendiri dapat melindungi diri dari risiko terkena penyakit jantung. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa perasaan bahagia dapat meningkatkan kesehatan jantung dan menurunkan risiko terkena penyakit jantung sebesar 13-26%, Kak. Jadi izinkan aku ya, Kak," pinta Dion seperti anak kecil. Cindy hanya diam tak menjawab."Kau kan sayang padaku, Kak. Jadi apa salahnya kau menghubungi Profesor Tjahyadi, a
MENGATUR STRATEGI DAN HARGA SAHAM PASAR!"Bagaimana Pak Dion?" tanya Hendra. "Ah baiklah nanti saya akan pertimbangkan lagi Pak Hendra. Terima kasih ya, Pak Hendra atas informasinya. Maaf mengganggu malam ini," jawab Dion.Dion pun berbasa basi sebentar sebelum menutup teleponnya. Sekarang Dion baru mempercayai bahwa ucapan kakak perempuannya itu adalah kejujuran. Dion langsung menghela nafasnya panjang sambil mencoba memikirkan taktik apa yang bisa dia gunakan kali ini. "Lihatkan aku sudah bilang kan bahwa memang perusahaan itu di jual cepat," kata Kak Cindy."Kak tolong ambilkan laptopku di meja," perintah Dion.Cindy pun langsung mengambilkan dompet laptop yang berisi tablet milik Dion. Tanpa banyak bicara Dion langsung membuka nya dan dia kembali bekerja untuk menghitung harga pasaran saham itu."Dion," panggil Cindy."Hah?" sahut Dion."Kau memang rada ada gila-gila nya ya. Kau sedang sakit! Mengapa kau tak istirahat lalu bekerja seperti itu? Kau tak memikirkan kesehatanmu?"
TIM HORE PENDUKUNG DION"Pak Dion, Dokter bilang kau harus menginap beberapa hari lagi. Mengapa kau membujuk Kak Cindy untuk mengizinkanmu pulang hari ini juga? Kenapa sih kau itu susah sekali untuk dirawat di rumah sakit dan sekedar beristirahat. Kenapa kau selalu menginginkan pulang? Setidaknya di rumah sakit ada tenaga medis dan dokter yang bisa merawatmu kapan saja," keluh Hendi."Sudahlah Hendi, kau tahu kan pepatah lama mengatakan bahwa tempat yang lebih nyaman hanya di rumah. Berada di rumah mampu membuat suasana hatinya menjadi bagus dan hatinya membaik juga. Benar kan? Jadi biarkan saja Presiden direktur mu ini beristirahat dengan tenang di rumah, aku akan meminta dokter khusus memantaunya datang setiap hari," kata Cindy."Ah ya sudahlah kalau memang Bos wanita yang mengatakannya, maka aku akan percaya. Benar juga bahwa Pak Dion ini emmang sedikit kolot, karena dia lebih suka di rumah saja, tenang saja aku pasti merawatmu dengan baik, lebih rajin merawatmu daripada ibumu. Apa
RENCANA!"Baguslah kita kembali ke kantor, Hendi. Kita akan bekerja dan aku akan menjadi bosmu beberapa hari hari ini beberapa hari ini," perintah Cindy sambil menggeret lengan Hendi untuk pergi meninggalkan Dion dan Aruna."Aruna kalau begitu tolong ya !!!" Pesan Cindy."Tenang saja, Kak Cindy. Aku akan menjaganya," ucap Aruna."Ah aku lega sekali meninggalkan adik kesayanganku sekarang ini di tangan orang yang tepat," kata Cindy sambil menggedipkan matanya pada Dion.Diion tersenyum senang, paling tidak kini dia sadar kakak perempuannya ini ada di pihaknya. Hari ini Cindy akan mulai menggantikan jabatan Dion sebenarnya. Dia benar-benar serius untuk membeli dan mengakuisisi PT milik keluarga Arumi, sengaja dia yang maju agar tak terlalu banyak rumor beredar di luar sana. Semalam dia dan Dion sudah sepakat untuk membiarkan Arumi saja yang maju membeli saham itu agar tak menimbulkan huru hara dalam interen kantor mereka.Bukan tanpa alasan srategi ini di pilih oleh Cindy dan Dion. Me
KEPUTUSAN ARUNA"Ibu, ayok kita temui Eyang," pinta Bima."Ayo Aruna kita harus segera menemui Juragan Waluyo, Ayahmu. Kita harus meyakinkannya bahwa kita bisa bersama dan semua akan baik-baik saja," bujuk Dion.Aruna memandangi wajah Dion dan putranya bergantian. Dia menghela nafas panjang, kedua lelaki ini memiliki sifat yang sama ketika sudah menginginkan sesuatu maka mau tak mau harus terpenuhi saat itu juga. Namun Aruna memiliki pemikiran lain, dia harus mempertimbangkan semua baik buruknya sebelum mengambil keputusan itu."Pak Dion, maaf. Bima maafkan Ibu ya, jika keputusan Ibu kali akan mengecewakanmu. Bima, tidak semua keinginanmu harus dipenuhi kan? Ada beberapa hal yang kau tidak bisa memaksakan kehendakm karena ada kehendak lain yang Ibu inginkan," kata Aruna."Kau tak boleh egois menginginkan semuanya harus sesuai dengan maumu," sambungnya.Dion pun langsung menoleh menatap ke arah Aruna. Dia menggeleng tak percaya jika Aruna akan menolak ajakannya. Dion menatap Aruna de
MEYAKINKAN ARUNA MEMBUKA LEMBARAN BARU "Aku tak ingin kau kenapa-kenapa, kemarin badanmu sangat demam sekali," kata Dion. "Tenanglah Pak Dion, aku Lebih tahu bagaimana dengan badanku. Apalagi semenjak aku menjadi seorang ibu maka aku harus bisa menghindari semuanya serta harus mengerjakan semua hal secara sendiri dalam kondisi apapun. Hebat bukan? Dan lagi, aku tak terbiasa tidur terlalu lama," kata Elena. "Apakah yakin sudah benar-benar baik?" tanya Dion mencoba memastikan karena khawatir bibir Aruna masih sangat pucat pasi. "Tentu," sahut Aruna. "Aruna aku ingin bicara serius dengaanmu," ucap Dion lagi. "Apakah benar kau dari rumah bapakku, PakDion?" tanya Aruna. Dion pun menganggukkan kepalanya. "Ya aku dari sana," jawab Dion memangku Bima dan duduk di lantai menghadap ke arah Aruna. Aruna tersenyum kecut, dia benar-benar tak mengira jika Dion akan berbuat senekat ini. Bukan tak senang dirinya diperjuangkan hanya saja dia takut Dion menghadapi kerasnya sifar Juragan Waluyo
NEGOSIASI DENGAN BIMA!Dia ingin segera memberikan kabar gembira itu pada Aruna dan tak mau menunda lagi. Takut jika kedua orang tua Aruna berubah pemikiran. Dia harus sesegera mungkin mengajak Aruna ke sana lagi.Dion pun segera melajukan mobilnya menuju ke apartemen milik Aruna. Dia segera menuju ke kamar milik Aruna yang memang sedang tertidur karena badannya belum sembuh benar. Untung saja Aruna sudah memberikan kode akses masuk ke dalam rumahnya. 'Ting' pintu pun terbuka, dia melihat sekelilingnya mencari anaknya."Bima! Bima!" teriak Dion memanggil Sang putra."Ya Ayah Baik," sahut Bima dari dalam kamarnya. Dion pun segera masuk ke dalam kamar. Da melihat putranya sedang asyik bermain Lego sendiri.Dia tak melihat Aruna di sana."Dimana ibumu, Sayang?" tanya Dion. Bima menole dan tersenyum ke arah Ayah Baiknya."Em, Ibu ya? Dia sedang tidur Ayah Baik. Katanya badannya masih tidak enak, tapi aku sudah menjaganya dengan baik. Aku sudah memastikan ibu untuk meminum obatnya sama
MERESTUI DENGAN SYARAT?"Semua saya lakukan demi Aruna dan demi Bima semuanya. Seperti yang Bapak tahu sendiri, sampai saat ini pun Aruna juga belum memiliki sosok lelaki lain. Apakah Bapak berpikir jika Aruna tidak lak? Tentu dengan tegas dan jawabannya bisa kita ketahui semua tidak itu alasannya. Aruna sangat cantik dengan segala potensi yang dia miliki. Bukankah masih menjadi tanda tanya mengapa dia tak pernah menikah atau menjalankan hubungan baru dengan lelaki lain kan, Pak? Mengapa Aruna melakukan ini semua dan sebagai seorang laki-laki tentu Bapak tahu apa jawabannya kan?" jelas Dion.Juragan Waluyo terdiam mendnegar semua penjelasan Dion panjang lebar itu. Pun dengan Nyi Waluyo, ya mereka semua tidak bisa memunafikkan semua yang dikatakan oleh Dion benar. Selama ini Aruna bukannya tak laku tetapi dia memang menutup diri dan dia tahu alasan anaknya itu apa, yaitu Aruna susah sekali jatuh cinta dan mungkin cintanya telah habis bersama Dion. Apalagi sekarang dia memili
PERJUANGAN DION DI MULAI! PART 1 "Sudahlah Pak apalagi yang mau ditutupi? Toh ini kenyataan semalam aku yakin juga Aruna juga sakit. Tapi pertanyaannya apakah ada yang merawat atau tidak. Apakah kau merawatnya, Nak?" tanya Nyi Waluyo. Dion menganggukkan kepalanya. "Ya, Bu. Saya merawatnya dengan baik dan memang benar semalam Aruna sakit. Tenang saja, saya sudah memberinya pereda panas dan membuat bubur," jelas Dion. "Syukurlah kalau kau memang memiliki sedikit perhatian kepada Aruna. Sebenarnya bapaknya dari semalam juga sangat khawatir padanya, namun kau paham kan kadang seorang lelaki tidak bisa mengungkapkan rasa sayangnya. Tapi dia tak mau menunjukkan kekhawatirannya itu pada Aruna," ucap Nyi Waluyo. "Kau tahu sendirilah kadang lelaki itu memang memiliki titik egois dan rasa cemburu kepada anak perempuannya yang sedikit berlebihan" ujarnya. Baru setelah mendengar pernyataan dari Nyi Waluyo itu sekarang dia mengerti ke mana arah
MEMBUKA TABIR MASA LALU DI HADAPAN ORANG TUA ARUNA"Berani juga kau ke sini!" kata juragan Waluyo dari arah samping. Dion pun menoleh, dia melihat juragan Waluyo datang dengan menggunakan tongkatnya dan memakai pakaian hitam-hitam nampak sangat elegan dan wibawanya sangat keluar. Beda dengan tadi malam yang mungkin karena diliputi amarah yang besar sehingga tak menampakkan wibawa juragan Waluyo. Seketika jantung Dion berdetak kers, dia segera menyalami Juragan Waluyo meskipun merasa sedikit ngeri juga dengan penampilan juragan Waluya yang terkesan seperti dukun bagi Dion. Juragan Waluyo hanya menanggapi sekilas lalu duduk."Duduklah!" perintah juragan Waluyo. Dion pun duduk di berhadapan dengan juragan Waluyo."Ti! Narti! Buatkan minuman untuk tamu, Ti!" perintah Juragan Waluyo lagi."Nggeh Juragan!" sahut suara seorang wanita dari belakang."Sialan sepertinya memang Aruna bukan berasal dari keluarga sembarangan. Ini mungkin yang disebut dengan orang kaya tetapi hidup di desa, sungg
MENDATANGI JURAGAN WALUYO!Pagi harinya Aruna terbangun saat sinar matahari datang, masuk ke kamarnya melalui kelambu. Aruna langsung mengerjapkan matanya. Dia melihat ke arah bawah, ternyata Dion sedang memegangi tangannya tidur di kursi sofa yang di dekatkan pada tubuhnya. Sedangkan Bima berada di pelukannya. Aruna pun mulai beranjak untuk membuat sarapan untuk mereka, untung saja semalam Dion dengan gesit merawatnya. Kepalanya sudah tak pusing lagi."Aruna kau sudah bangun? Masih pusing? Bagaimana keadaanmu?" tanya Aruna."Aku sudah lumayan Baik, Pak Dion. Kau tak papa tidur dibawah begitu? Apa kau tak masuk angin nanti? Kau tidur di ruangan AC tanpa selimut. Kau baik-baik saja? Aku buatkan susu jahe ya," kata Aruna mulai khawatir. "Tenanglah, Aruna. Ini semua tidak sebanding dengan apa yang kau dan Bima sudah rasakan dulu. Aku tak masalah, jadi kau jangan khawatir," jawab Dion."Terima kasih ya, Pak Dion. Terima kasih kau sudah merawatku, berkat dirimu aku merasa jauh lebih ba
Aruna Sakit!"Ibu, Ibu dan Ayah baik tak apa-apa kan? Kalian akan bersama kan?" tanya Bima."Tidur yuk!" ajak Aruna pada Bima.Dion menoleh, dia melihat Aruna memperjuangkannya seperti ini, tiba-tiba perasaan bersalah dan menyesal bergelanyut di benaknya. Dulu dia meninggalkan Aruna dan salah paham kepadanya sampai bertahun-tahun akhirnya Aruna harus menyimpan semua kesakitan ini sendiri. Kerasnya hidup mengasuh Bima, hambatan yang dilakukan dan dirasakan hanya bisa dirasakan dengan juragan Waluyo. Orang yang seharusnya tak ikut bertanggung jawab dalam masalah ini. Itulah yang membuat dia menutupi kebodohannya sendiri yang sangat egois. "Apakah Eyang tak suka dengan Ayah Baik? Apakah Eyang akan melarang Ayah Baik ke sini?" tanya Bima."Tidak kok. Eyang tak marah," kata Aruna."Lalu kenapa tadi Eyang langsung pulang dan marah?" tanya Bima."Mungkin Eyang lelah. Maaf ya jika kau harus terbangun. Sekarang tidur ya, Nak," perintah Aruna sambil menggendongnya."Ayah Baik, ayok! Temani Bi
NYI WALUYO TURUN TANGAN!"Eyang, Apakah Eyang Kakung tahu jika Bima dan Ayah baik memiliki persamaan? Kami memiliki penyakit yang istimewa dan hanya diderita oleh orang-orang tertentu saja. Bukankah selama ini Eyang dan Ibu selalu panik pada perasaan yang dirasakan Bima dan kesakitan ini? Tetapi sekarang rasanya Ibu dan Eyang tidak perlu khawatir lagi, karena ada Ayah Baik yang akan menemani Bima. Kami seringkali meminum obat bersama, karena memang kami harus minum vitamin untuk menjaga dunia. Benar kan Ayah Baik?" tanya Bima sambil mengusap air mata Dion yang juga turut jatuh.Juragan Waluyo langsung terdiam mendengar pernyataan cucunya itu. Ya dia tidak bisa berbuat apa-apa lagi jika yang mengatakan hal seperti itu adalah Bima. Karena memang selama ini dia sangat mencintai Bima dan tidak ingin terjadi hal-hal mengerikan pada Bima."Eyang, kenapa Eyang harus marah-marah kepada Ayah Baik? Percayalah sungguh Ayah Baik ini adalah orang yang sangat baik sekali kepada Bima, juga pada Ibu