MENGUNDURKAN DIRI?
"Ah kucing paling pintar! Paling aku sayang," kata Elizabeth. Tiba-tiba HP Elbara berdering berkali-kali, pesan masuk berentet dari Elizabeth. Otomatis dia bingung, Elizabeth di depannya namun bisa mengirim pesan. Dia membuka pesan itu dan langsung menganga."Sayang! Tunggu!" teriak Elbara. Namun Elizabeth tak peduli. Dia tetap berjalan ke depan tanpa peduli panggilan suaminya. Elbara pun membuka pesan itu. Ternyata isi itu adalah pesan yang dikirim oleh Elizabeth itu adalah foto dirinya dan Sheila. Ya, Elizabeth mengirim semua foto itu, entah di mana dia mendapatkannya. Padahal Elbara sangat yakin sekali jika foto itu hanya ada di HP Sheila, dia juga bingung bagaimana Elizabeth bisa mendapatkan foto itu lalu mengirimkan berbagai pose nakal ke HP milik Elbara padaal mereka edang berhadapan bersama. Sontak Elbara langsung panik apalagi membaca pesan terakhir dari Sheila.[Jangan main-main denganku]"Sialan! Dari mana dia mendapatkan sSHEILA DAN SELLY!"Kau mau memecatku?" tanya Sheila. Elbara menggelengkan kepalanya."Bukan aku yang memecatmu, Sayang. Tapi lebih tepatnya kau yang mengundurkan dirimu sendiri. Sebenarnya sekarang Elizabeth mengetahui tentang hubungan kita. Namun demi segera mendapatkan jabata CEO perusahaan PT. Gold, aku terpaksa begini, Sayang," kata Elbara berdiri memeluk Sheila dari belakang yang sedang duduk di meja makan sambil memegang surat itu. Elbara langsung Barat dari belakang sambil menciumi kepalanya berkali-kali ini dilakukan untuk menenangkan Sheila. Elbara berlaku demikian karena dia tahu wanita ini jika marah sangat membahayakan dia bisa saja mengirim semua rekaman video-video mereka bersama saat telanjang dan melakukan hal yang tidak senonoh kepada Elizabeth atau bisa jadi Elizabeth akan mencarinya dan membayarnya dengan harga mahal lalu meminta semua rekaman itu. Jadi sebisia mungkin Elbara memilih kata yang tepat dan sangat berhati-hati dalam menghadapi Sheila
SELLY DAN SEMUA SANDIWARANYA!"Aku sungguh tidak tahu, memang ada apa sekarang? Gosip apa? Berita apa?" tanya Rendi."Apakah kau masih berhubungan dengan anak Profesor Tjahyadi?' tanyanya lagi tanpa peduli akan pertanyaan Rendi tadi."Maksudmu Selly?" tanya Rendi."Ya. Apakah kau masih berhubungan dengannya?" tanya kepala perawat dengan tatapan berharap."Masih. Cuma aku memang tak bisa menghubunginya saja sejak berberapa hari lalu. Kenapa memangnya?" tanya Rendi."Dokterrrrr Rendiii...." pangil beberapa perawat."Sebenarnya kenapa kalian memandangku seperti itu?" tanya Rendi heran. Semua orang memandang Rendi dengan tatapan harap dan berbinar-binar. Membuat dia bingung sendiri sekarang. Apa ada yang salah dengan dirinya."Kita harus memanfaatkannya kali ini, dokter Rendi," kata kepala perawat."Ya ini tak bisa dilakukan jika bukan orang-orang khusus," kata para perawat wanita satunya."Dokter Rendi kami berharap padamu dan Selly," kata k
KAU DIMANA? Hari ini adalah weeked namun Aruna memiliki beberapa pekerjaan yang memang tak bisa di tinggalkan. Jadi dia pun terpaksa karena mengajak Bima ke kantor karena ada beberapa hal yang harus dikerjakan, sedang sekolahnya libur tak bisa menitipkan Bima ke sana."Bima, kau tidak boleh bermain-main seperti itu! Ibu kaget," tegur Aruna karana Bima sedang memainkan mobil remote kontrol miliknya."Ibu aku sangat bosan sekali. Bisakah Ibu menemaniku bermain keluar sebentar?" tanya Bima. "Tidak bisa, Sayang. Sekarang masih tidak bisa Bima. Pekerjaan ini harus segera selesai, jadi sementara kau bisa bermain sendiri dulu ya. Ibu nanti janji setelah semua pekerjaan ini selesai maka Ibu akan mengajakmu ke ply gorund," ujar Aruna."Huh! Kalian para orang dewasa selalu sibuk bekerja sepanjang hari," keluh Bima."Bahkan saat akhir pekan Ibu masih lembur sendiri di kantor. Aku sangat bosan di kantor, mengapa semua orang sibuk sekali? Ibu harus lembur di kantor, aya
DION KAMBUH?"Bima," panggil Aruna."Apakah kamu merasa ini sedikit aneh? Dimana Ayah Baikmu sebenarnya," gumam Aruna. Bima menganggukkan kepalanya."Sepertiny ada sesuatu yang tak beres dan di sembunyikan oleh Pak Dion. Apa itu? Latar belakang gambar tadi..." gumam Aruna."Ahhh benar! Pantas saja aku seperti pernah melihatnya, wall paper laptop," ucap Aruna.Aruna pun segera mengambil Hp nya untuk mencoba menghubung Dion. Entah mengapa instingnya mengatakan jika ada sesuatu hal buruk sedang menimpa Dion. Sedangkan Dion sebenarnya memang ada di rumah sakit untuk menjalani tahapan dan rangkaian tes kesehatan lengkap lagi. Bukan tanpa alasan Dion merasa akhir-akhir ini kesehatannya menurun. Dia takut dan cemas jika ada sesuatu yang terjadi padanya nanti."Hendi kemarilah!" perintah Dion. Hendi hanya menyengir saja."Bukankah aku tadi menyuruhmu untuk mencari latar belakang hotel tau perkantoran. Kenapa kau menyarikan latar belakang seperti ini? Ini adalah wallpaper laptop yang jelas se
KARENA WANITA INGIN DI MENGERTI"Kak Aruna menelpon ku! Bagaimana ini, Pak Dion?" tanya Hendi."Tutup saja!" perintah Dion."Hah?" sahut Hendi."Cepat tutup!" pinta Dion."Ah iya iya," sahut Hendi.Hendi memiliki pemikiran lain, dia berpura-pura segera menutup panggilannya dengan panik, namun sebenarnya secara diam-diam Hendi mengangkat telepon itu dan mengarahkan langsung kepada Dion. Aruna melihatnya kaget, dia melihat Dion terbaring di ranjang rumah sakit. "PAK DION ARUNA SEPERTINYA BENAR-BENAR MENYADARI JIKA ADA YANG SALAH DENGANMU," teriak Hendi."Ck! Kenapa kau teriak-teriak seperti di hutan," bentak Dion."Ah tidak, Pak Dion. Bagaimana nanti kalau dia terus menelepon?" tanya Hendi memancing sambil tetap mengarahkan kamera ke arah Dion."Sembunyikan saja selama mungkin. Jangan pernah mengatakan apapun padanya. Nanti setelah pemeriksaan dari rumah sakit ini selesai, kita harus segera pulang," perintah Dion."Tidak bisa begitu, Pak Dion. Dokter bilang belakangan ini detak jantun
SEBERAPA BURUK KONDISI DION?Selly tak memperdulikan semua ucapan Rendi. Dia tetap berjalan, Rendi pun mengusap wajahnya dengan gusar."Selly," panggil Rendi. Selly tak peduli, dia terus berjalan tanpa memperdulikan panggilan Rendi. Seperti lazimnya wanita, dia memang ingin di kejar. Selly langsung bersembunyi di balik salah satu penjual batagor gerobakan. Dia berharap Rendi mencarinya dengan bingung lalu mengejarnya. Jika memang Rendi melakukan itu bisa di pastikan bahwa Rendi memang mencintainya."Selly dengarkan aku!" kata Rendi yang tiba-tiba kehilangan sosok Rendi.'Ting' 'Ting' tiba-tiba satu panggilan masuk dari pihak perawat rumah sakit. Rendi segera mengangkatnya. Karena takut itu adalah panggilan urgent."Halo ada apa, Bu Hera?" tanya Rendi pada kepala perawat yang menelponnya."Dokter! Dokter di mana? Cepat datang ke rumah sakit! CITO!" teriak kepala perawat Hera."Hah? Halo, Bu Hera, halo," panggil Rendi.Tiba-tiba telepon di matikan. Rendi menghela nafas panjang, denga
PENYAKIT BAWAAN DAN GENETIK WARISAN!"Kondisi Pak Dion memang tidak seburuk yang kau bayangkan namun juga tak sebaik yang kau kira," tegas Rendi."Apa maksudmu, Mas?" tanya Aruna."Tidak kok, tenang saja. Kau juga tidak perlu khawatir, Aruna. Mungkin dia hanya kelelahan bekerja saja. Jadi tolong awasi saja agar Pak Dion benar-benar bisa bedrest total untuk beberapa hari ini. Dia tak boleh terlalu setres untuk beberapa hari belakang ini, Aruna," ucap Rendi memberikan keterangan yang jujur."Benarkah? Tapi lihatlah. Kali ini wajahnya benar-benar pucat sekali," sanggah Aruna curiga jika Dion dan Rendi bersekongkol di belakang mereka."Kau juga tidak perlu terlalu khawatir, Aruna. Kau tahu sendiri kan bagaimana kinerjaku? Aku akan merawat Pak Dion dengan baik. Kita hanya bisa melihat sekilas saja dan aku akan memantaunya per jam nanti lewat jam nya. Kita bisa memastikan semua setelah hasil lab semua nya keluar. Tenanglah, tidak ada masalah apa-apa," kata Rendi berusaha menenangkan Aruna y
IBU KENAPA KITA PULANG?"Tenanglah, Aruna. Aku sekarang merasa jauh lebih baik. Sejak dulu aku selalu menanggungnya sendirian dan sekarang aku memiliki dirimu dengan Bima," kata Dion.Entah mengapa ucapan Dion membuat Aruna ingin menangis. Aruna langsung mendongakkan kepalanya. Dia tak ingin menangis di hadapan Dion. Dia tahu hal ini berat meskipun Dion kaya tetapi di sisi lain dia tidak mendapatkan kasih sayang kedua orang tuany sejak kecil karena kesibukan mereka bekerja. Bahkan sampai sekarang dia harus merasakan semua ini sendiri dan hanya didampingi oleh Hendi.Tiba-tiba Aruna teringat bagaimana jika suatu saat ini terjadi kepada Bima. Tentu dia tak ingin Bima merasakan hal yang dirasakan oleh Dion sekarang. Aruna langsung mengusap matanya yang benar-benar tak mampu menahan tangisnya lagi."Tenang saja, mulai sekatang kau tidak sendirian," kata Aruna. Dion pun menganggukkan kepalanya dan seulas senyum senang terbesit di wajahnya."Apa maksudnya, Aruna? Apakah aku tak salah deng