MENGAPA KAU HARUS MELAHIRKANNYA, ARUNA?
"Begitulah cerita Sangkuriang," ujar Aruna sambil membacakan dongeng tidur untuk Bima.Dia melirik ke arah Bima yang nampak tertidur pulas. Aruna mengelus kepala putranya itu perlahan dengan penuh kasih sayang. Terbesit perasaan bersalah di hati Aruna."Apa yang sebenarnya Pak Dion lakukan di sini? Jika dia seperti ini maka aku yang makin takut tidak jatuh cinta padanya! Sadar diri Aruna! Sadar diri!" batin Aruna dalam hati."Ah, tidak bisa! Aku harus bertanya padanya," batin Aruna dalam hati.Dia pun segera menyibak selimutnya dan keluar dari kamar. Meninggalkan Bima yang tidur pulas. Aruna mengendap- ngendap mencari keberadaan Dion. Dia pun lamat - lamat mendengarkan Dion berbicara pada seseorang."Aku tahu ini sangat sulit untuk perusahaan kalian! Namun, di sinilah aku menarik perbedaan yang jelas, jika kita tidak dapat mencapai kesepakatan, maka lebih baik aku membatalkan kesepakatan ini hanya saja," ujar Dion.TORAKOTOMI!Dion menghentikan aktivitasnya. Dia memandang ke arah Aruna, mendapatkan pandangan seperti itu dari Dion membuat Aruna tertegun. Dion mulai menatap Aruna dalam- dalam."Asal kau tahu saja, saat aku tahu Bima adalah anakku, jujur saja aku sempat marah! Menurutku...""Pak Dion ingin bilang kan? Tak seharusnya saya memaksakan diri melahirkan Bima? Pak Dion takut aku menuntut? Pak Dion takut nama baik pak Dion tercemar? Begitu kan?" tanya Aruna memotong pembicaraan Dion."Hah! Dengarlah, kau terlalu cepat menyimpulkan, Aruna!" tegur Dion."Lebih dari itu! Kau tahu dengan benar bukan aku memiliki riwayat sakit! Padahal kau tahu penyakitku ini kemungkinan besar menurun pada genetik anak! Lalu kenapa kau masih saja melahirkan, Bima? Aku bisa menurunkan penyakit jantung bawaanku Aruna! Kasihan Bima," kata Dion Dion.Operasi membuka rongga dada atau torakotomi adalah prosedur operasi besar yang digunakan untuk mengakses organ-organ yang ada di dalam rongga
ELBARA!"Arumi!" panggil Aruna yang melihat Arumi melamun."Arumi!" panggil Aruna sekali lagi."Hah?" tanya Arumi."Kau berpacaran ya?" tebak Aruna melihat sahabatnya hanya melamun sambil senyum- senyum."Ah tidak kok! Hanya teman manjah saja, ini tak seperti yang kau bayang kan sampai pacaran," ucap Arumi.Aruna mendekatkan dirinya pada Arumi. Dia menatap mata manik mata sahabatnya, dia setengah tak percaya. Bagaimana mungkin Arumi bisa dekat dengan lelaki desa yang dia anggap sebagai jamet dulunya. Nyatanya dia terpesona juga, maklumlah penampilan lelaki di sini tidak seperti lelaki metropolitan."Bagaimana lelaki desa jamet mana yang membuatmu terpesona?" ejek Aruna.Jamet adalah singkatan dari "jajal metal", tapi banyak orang yang menyebutnya "jawa metal". Istilah jamet digunakan untuk menyebut orang yang ingin bergaya keren seperti anggota band metal. Mereka menggunakan pakaian, aksesoris, dan gaya rambut khas anak metal, tapi malah terlihat tida
RUMAH SAKIT TRANSPLANTASI GINJAL?"Pak Elbara, kalau kehadiranmu di sini karena ingin minta maaf padaku, sebenarnya aku sudah menerimanya," sambung Dion."Kalau tidak ada urusan lain aku ingin permisi," lanjutnya."Sebentar, Pak Dion! Karena saya kemari memang berniat untuk meminta maaf dengan tulus pada Pak Dion! Selain itu sebenarnya saya ingin mengundangmu hari ini untuk membuat Pak Dion melihat ketulusanku," kata Elbara sambil menunjukkan sesuatu di ipad nya."Proyek transplantasi ginjal bagi penyakit ginjal kronis," gumam Dion."Benar sekali, Pak Dion! Seperti yang kita ketahui dalam kurun waktu beberapa tahun belakangan ini telah terjadi peningkatan jumlah penderita penyakit ginjal kronis (PGK) stadium akhir di Indonesia. Namun meningkatnya jumlah tersebut belum diimbangi dengan pelayanan yang maksimal terhadap terapi PGK stadium akhir," jelas Elbara mengambil gelas Wine nya."Jika di bandingkan dengan negara di dunia, transplantasi ginjal di Indonesia
IDING SI PEMBUAT ONAR!"Dengan semua benefit yang akan di berikan oleh PT Gold, bukankah itu artinya Pak Dion akan mendapatkan keuntungan yang lebih stabil? Pak Dion tak perlu bekerja, hanya menyalurkan semua dana yang kami butuhkan serta memfasilitasinya. Biarkan PT Gold yang bekerja. Jadi menurut saya, proposal yang saya berikan pada Pak Dion ini adalah proposal yang saling menguntungkan," bujuk Elbara mencoba mengiming imingi Dion dengan janji dan harapan yang muluk. Dia terdiam memikirkan sesuatu."Pak Dion, saya sungguh sangat tulus dengan keahlian profesional Bapak! Saya sungguh salut pada kemampuan Bapak mengelola perusahaan," puji Elbara agar Dion setuju."Terima kasih aatas pujianmu! Bukankah kau tahu sendiri juga jika aku ingin kau membuat pilihan yang terbaik untuk Hadinata Wijaya, aku akan pertimbangkan proposalmu," kata Dion sambil berdiri bersiap meninggalkan jamuan ini.Di sisi lain kantor Aruna, mereka tak dapat segera pulang karena ulang Iding kepona
BERPELUKAN DALAM SEMAK!"Apakah sikapmu seperti ini cerminan seorang pemimpin, Iding? Baimana dengan mudahnya kau mengancam dan mengandalkan hanya titelmu saja?" ejek Aruna mulai terpancing."Heh! Aku beritahu pada kalian semua! Bahwa direktur devisi tiga, Aruna yang terlihat kalem ini sebenarnya sangat binal dan liar! Bahkan dia terlibat skandal besar," ledeknya.Aruna menggenggam tangannya mengepal. Kesabarannya hampir habis dengan tingkah Iding pembuat onar yang sudah kelewat batas. Bahkan dia sudah masuk ke ranah pribadinya."Hentikan, Iding! Aku tak akan membiarkanmu untuk...""Hahaha! Apakah aku salah bicara, Aruna? Tidak kan? Coba sekarang kau jelaskan padaku! Kalau kau memang bukan wanita liar, lalu dari mana anak lelakimu itu? Kau tak bisa menyembunyikan fakta, Aruna? Memang kau pikir aku tidak tahu dari mana anak lelakimu berasal?" tanya Iding dengan sok tahunya."Anak itu sudah berusia empat tahun! Tapi lihatlah, dia tidak berani memberitahu siapakah ayah nya! Bahkan pada o
JAJANAN PASAR BUATAN CALON MERTUA TERCINTA!"Mari kita pulang juga, Pak Dion!" ajak Aruna."Aku masih ada beberapa pertemuan habis ini," tolak Dion."Baiklah kalau begitu, saya akan pulang dulu! Jangan lupa Pak Dion, untuk sekarang perhatikan batas waktu akses pintu! Kalau kau pulang terlambat maka saya tak akan membukakan pintu nya untukmu!" ancam Aruna."Kau mengancamku? Kau ingin pulang bersamaku?" tanya Dion.Wajah Aruna memerah. Padahal itu tadi refelk yang di katakan pada Dion. Justru menjadi boomerang bagi dirinya sendiri. Aruna tersipu malu dan langsung berbalik arah meninggalkan Dion. Setelah Aruna pergi, Dion memegang lehernya yang sakit sekali karena di piting oleh Aruna.Keesokan paginya di kantor milik CV Aruna, sontak saja Iding menjadi bulan- bulanan temannya. Wajah Iding memar di pipinya. Namun dia tak bisa melawannya karena yang menonjokknya adalah Dion. Dia merutuki kebodohannya semalam yang terlalu mabuk sampai melakukan hal memalukan."Halo Pak Iding! Kenapa mukany
TERUNGKAPNYA SEBUAH KEBOHONGAN"Apakah Bapak tidak sadar wajah Pak Dion ini sangat galak sebelumnya?" sindir Hendi."Ah kau tak mengerti! Aku sekarang sangat bahagia," ucap Dion."Karena Aruna atau Bima?" tebak Hendi langsung.Tebakan itu membuat Dion tercengang. Bagaimana mungkin Hendi bisa tahu. Dion berdehem membenahi jasnya."Tentu saja sekarang aku bisa lebih bahagia. Aku bisa melihat anakku Bima setiap hari semauku tanpa perlu sembunyi- sembunyi lagi. Bisa bebas bertemu, mengantarkan sekolah, berbagai hal bisa kami lakukan bersama. Adakah hal yang bisa membuatku lebih bahagia dari pada itu?" tanya Dion."Tuhan memberkatimu, Pak Dion! Jangan sampai kau di usir oleh Aruna!" ledek Hendi."Karena suasana hatiku sedang senang hari ini, bagaimana kalau aku mentraktir kalian. Hubungi catering jajan ini, aku akan membayarnya," perintah Dion."Pak Dion sunggu baik dan berhati malaikat! Baiklah saya akan segera membeli kue ini dan membaginya ke beberapa a
CEKREK"Ibu, apakah kita tidak bisa naik motor lagi?" tanya Bima yang merindukan naik motor bersama Ibunya."Em, setelah di pikir- pikir lagi ucapan Ayah Baik mu itu tak ada salahnya, Sayang. Memang naik motor terlalu bahaya untuk anak kecil sepertimu," jawab Aruna."Tunggu dulu, Ibu akan segera memanggil taksi untuk mengantarmu ke sekolah," sambungnya."Namun menurutku naik motor besar sangat keren, Bu! Jarang teman Bima yang naik motor bersama Ibunya, apalagi jika kita berputar putar dulu sebelum masuk ke sekolah. Bima rindu masuk gang kecil mencari jalan baru dengan Ibu," ucap Bima. Aruna memandang wajah Bima. Dia tersenyum dan mengelus rambut putranya itu."Benarkah? Kalau begitu setelah usiamu 18 tahun, Ibu akan mengajarimu untuk mengendarai motor," jawab Aruna."Apakah Ibu juga bisa mengajari Ayah Baik mengendarai motor juga? Bima ingin mengendarai motor bersama Ayah Baik," jelas Bima."Bima," panggil Aruna sambil menatap Bima dalam- dalam.Dia tak tega melihat putranya memasang