MEMBUAT JATUH CINTA!
Malam ini Bima sangat senang sekali karena dia bisa bermain iron Man bersama Ayah baiknya. Dion melirik jam di dingding tembok ruang tamu, jam sudah menunjukkan pukul setengah sembilan malam. Dia ingin mengajak putranya itu tidur,."Terlalu kuat, Ayah Baik!" ujar Bima yang mengelu sakit saat Dion memeluknya."Hahaha! Baiklah, Ayah Baik akan melepaskanmu namun kau harus janji akan tidur! Sebelum Ibu Raja Singa mengamuk melihat kau jam segini belum bersiap tidur! Janji?" tanya Dion sambil melepaskan pelukannya."Baik!" sahut Bima.Dion pun melepaskan putranya itu. Dia sekarang membalik badan Bima, sehingga mereka saling bertatapan. Dion pun berjongkok di depan putranya itu."Papa! Apakah aku tampan?" tanya Bima."Tentu! Kau sangat tampan sekali, bahkan kau adalah anak paling tampan yang aku tahu," ujar Dion."Sudah! Sekarang kau harus tidur, kalau tidak Ibu akan marah. Sudah, besok kita main lagi ya," sambung Dion."Baiklah! SeAPAKAH SEMUA MALL INI MILIK AYAH BAIK?"Bagaimana kalau kau melakukan CT scan otak?" tanya Rendi."Hah?" sahut Selly bingung."Apakah kau yakin tidak kena kepalamu saat kau jatuh di lantai tadi?" tanya Rendi lagi.Mendengar ucapan Rendi itu pun, Selly langsung memegang kepalanya. Dia merasa baik- baik saja. "Kepalaku baik- baik saja kok, Dok! Kenapa harus CT scan?" tanya Selly."Kau ini aneh sekali! Mana ada orang yang begitu senang saat terluka?" tanya Rendi."Itu karena aku memang istimewa! Jadi aku berbeda dengan yang lainnya. Apakah tidak boleh?" tanya Selly."Kau yakin?" tanya Rendi khawatir justru naka profesor Tjahyadi ini mengalami gangguan mental."Yakin, Dok! Saya tahu betul apa yang terjadi dalam diri saya sendiri. Namun saya tidak mau mengatakan alasan jujur!" kata Selly yang kesenangan karena bisa di rawat oleh Rendi untuk kedua kalinya."Ya sudah! Kau boleh melakukan apapaun yang kau mau, asalkan kau baik- baik saja," ujar Rendi
PENTINGNYA SEKUFU!"Bagaimana Bima, menurutmu? Bagaimana tempat ini? Apaah kau suka?" tanya Dion."Apakah semua toko ini milik Ayah Baik?" tanya Bima.Dion mengernyitkan keningnya heran. Bagaimana mungkin pertanyaan seperti itu muncul dari mulut bocah kecil ini. Apakah sebenarnya Aruna tak sepolos yang di bayangkan Dion?"Kau tahu dari mana, Bima? Apakah Ibumu mengatakan itu padamu?" tanya Dion. "Bukan! Karena Ibu selalu menggil Ayah Baik dengan sebutan nama Bapak serta Ayah di hormati! Berarti Ayah kaya, bukankah begitu?" sahut Bima."Hahahah! Tidak, Bima! Ini semua bukan begitu," ujar Dion mengusap lembut kepala anaknya."Sudahlah tak usah di bahas lagi! Meskipun semua barang di toko ini bukanlah milik Ayah, namun hari ini kau boleh makan apapun yang kau inginkan, kau boleh main apapun yang kau sukai di time zone, dan kau bisa beli apapun yang kau inginkan," ucap Bima yang langsung di balas wajah gembira oleh Bima."Benarkah Ayah? Semuanya boleh?"
APAKAH AKU HARUS MENGIZINKANNYA TINGGAL DI RUMAHKU?"Selain itu Pak Dion sudah mengatur semuanya semau, Bapak! Apa yang Bapak inginkan? Bagaimana kalau Bapak Dion pergi tak tinggal di sini lagi?" tanya Aruna."Hah? Pergi? Tidak mungkin! Hahaha, aku tidak akan meninggalkan Bima," ucap Aruna."Aku sudah memiliki perjanjian khusus kepada Bima untuk selalu menemaninya!" sahut Dion."Apa maksud Pak Dion?" tanya Aruna."Apakah Pak Dion ingin tinggal di rumah ini selamanya?" tanya Aruna."Tidak! Ini bukan begitu Aruna! Kalau kau bersedia membiarkan Bima untuk pindah ke rumahku, maka aku bisa membawanya pergi sekarang juga," sahut Dion."Hahaha! Pak Dion ini mimpi ya? Saya beri tahu pada Pak Dion ya, semiskin- miskin nya saya, sesusah- susah nya saya hidup, itu tidak mungkin terjadi! Bima akan bersama saya sampai mati," bentak Aruna."Ibu," panggil Bima dengan wajah memelas."Kau tidak perlu ikut campur, Bima! Tidak ada gunanya kau berpura- pura bersedih
PRESIDEN DIREKTUR HADINATA WIJAYA GROUP!"Arumi!" panggil Aruna tiba -tiba."Astaga! Kau mengagetkanku saja! Kenapa? Aku tak budek, aku di sebelahmu," keluh Arumi sambil mengelus dadanya karena kaget."Aku tanya padamu sekarang, jika kau harus menelan penghinaan dan menjadi menderita selama bertahun- tahun, serta kau menghadapi orang yang sangat kau benci setiap hari di rumahmu sendiri. Apakah kau bersedia?" tanya Aruna."Hahaha! Apa kau sudah gila menanyakan pertanyaan konyol begitu?" tanya Arumi."Aku serius," ujar Aruna."Em! Baiklah, aku rasanya akan bersedia kalau itu adalah realita dengan dana seratus miliar menungguku atau jika aku bisa memikat hati para pria tampan manapun yang aku mau sebagai kompensasinya. Maka aku bisa mempertimbangkannya lagi," jawab Arumi."Tidak ada pria tampan sebagai hadiahnya," keluh Aruna."Kalau begitu jika ada seorang yang mendadak bersikap baik padamu dan memberikan apa yang kau inginkan, tapi kau harus menin
MENGAPA KAU HARUS MELAHIRKANNYA, ARUNA?"Begitulah cerita Sangkuriang," ujar Aruna sambil membacakan dongeng tidur untuk Bima.Dia melirik ke arah Bima yang nampak tertidur pulas. Aruna mengelus kepala putranya itu perlahan dengan penuh kasih sayang. Terbesit perasaan bersalah di hati Aruna."Apa yang sebenarnya Pak Dion lakukan di sini? Jika dia seperti ini maka aku yang makin takut tidak jatuh cinta padanya! Sadar diri Aruna! Sadar diri!" batin Aruna dalam hati."Ah, tidak bisa! Aku harus bertanya padanya," batin Aruna dalam hati.Dia pun segera menyibak selimutnya dan keluar dari kamar. Meninggalkan Bima yang tidur pulas. Aruna mengendap- ngendap mencari keberadaan Dion. Dia pun lamat - lamat mendengarkan Dion berbicara pada seseorang."Aku tahu ini sangat sulit untuk perusahaan kalian! Namun, di sinilah aku menarik perbedaan yang jelas, jika kita tidak dapat mencapai kesepakatan, maka lebih baik aku membatalkan kesepakatan ini hanya saja," ujar Dion.
TORAKOTOMI!Dion menghentikan aktivitasnya. Dia memandang ke arah Aruna, mendapatkan pandangan seperti itu dari Dion membuat Aruna tertegun. Dion mulai menatap Aruna dalam- dalam."Asal kau tahu saja, saat aku tahu Bima adalah anakku, jujur saja aku sempat marah! Menurutku...""Pak Dion ingin bilang kan? Tak seharusnya saya memaksakan diri melahirkan Bima? Pak Dion takut aku menuntut? Pak Dion takut nama baik pak Dion tercemar? Begitu kan?" tanya Aruna memotong pembicaraan Dion."Hah! Dengarlah, kau terlalu cepat menyimpulkan, Aruna!" tegur Dion."Lebih dari itu! Kau tahu dengan benar bukan aku memiliki riwayat sakit! Padahal kau tahu penyakitku ini kemungkinan besar menurun pada genetik anak! Lalu kenapa kau masih saja melahirkan, Bima? Aku bisa menurunkan penyakit jantung bawaanku Aruna! Kasihan Bima," kata Dion Dion.Operasi membuka rongga dada atau torakotomi adalah prosedur operasi besar yang digunakan untuk mengakses organ-organ yang ada di dalam rongga
ELBARA!"Arumi!" panggil Aruna yang melihat Arumi melamun."Arumi!" panggil Aruna sekali lagi."Hah?" tanya Arumi."Kau berpacaran ya?" tebak Aruna melihat sahabatnya hanya melamun sambil senyum- senyum."Ah tidak kok! Hanya teman manjah saja, ini tak seperti yang kau bayang kan sampai pacaran," ucap Arumi.Aruna mendekatkan dirinya pada Arumi. Dia menatap mata manik mata sahabatnya, dia setengah tak percaya. Bagaimana mungkin Arumi bisa dekat dengan lelaki desa yang dia anggap sebagai jamet dulunya. Nyatanya dia terpesona juga, maklumlah penampilan lelaki di sini tidak seperti lelaki metropolitan."Bagaimana lelaki desa jamet mana yang membuatmu terpesona?" ejek Aruna.Jamet adalah singkatan dari "jajal metal", tapi banyak orang yang menyebutnya "jawa metal". Istilah jamet digunakan untuk menyebut orang yang ingin bergaya keren seperti anggota band metal. Mereka menggunakan pakaian, aksesoris, dan gaya rambut khas anak metal, tapi malah terlihat tida
RUMAH SAKIT TRANSPLANTASI GINJAL?"Pak Elbara, kalau kehadiranmu di sini karena ingin minta maaf padaku, sebenarnya aku sudah menerimanya," sambung Dion."Kalau tidak ada urusan lain aku ingin permisi," lanjutnya."Sebentar, Pak Dion! Karena saya kemari memang berniat untuk meminta maaf dengan tulus pada Pak Dion! Selain itu sebenarnya saya ingin mengundangmu hari ini untuk membuat Pak Dion melihat ketulusanku," kata Elbara sambil menunjukkan sesuatu di ipad nya."Proyek transplantasi ginjal bagi penyakit ginjal kronis," gumam Dion."Benar sekali, Pak Dion! Seperti yang kita ketahui dalam kurun waktu beberapa tahun belakangan ini telah terjadi peningkatan jumlah penderita penyakit ginjal kronis (PGK) stadium akhir di Indonesia. Namun meningkatnya jumlah tersebut belum diimbangi dengan pelayanan yang maksimal terhadap terapi PGK stadium akhir," jelas Elbara mengambil gelas Wine nya."Jika di bandingkan dengan negara di dunia, transplantasi ginjal di Indonesia