HARAPAN ARUNA
"Ekhm! Oh maaf bolehkah saya pergi ke toilet Nyonya Lina?" tanya Aruna."Oh iya silakan," kata Nyonya Lina sambil meminum minuman yang ada di depannya, welcome drink.Di sisi lain Dion melirik sekilas dengan ujung matanya. Dia menangkap kepergian Aruna. Tepat seperti yang sudah di perintahkannya. Aruna memang masih seperti lima tahun lalu. Selalu cekatan dan seperti yang di inginkan oleh Dion."Apakah yang terjadi malam itu? Hingga membuatmu pergi dari sisiku, Aruna?" batin Dion dalam hati."Pak Dion," panggil Sheila melihat sekilas Dion melamun."Oh iya, Maaf Bu Sheila, saya hanya berpikir pekerjaan kantor yang belum selesai. Sepertinya Bu Sheila suka di tempat cafe resto ini? Tak ada pilihan lain?" tanya Dion mengalihkan pembicaraan."Maaf, apakah Pak Dion kurang nyaman?" tanya Seila. Dion hanya tersenyum sambil menggelengkan kepala."Ta masalah," sahut Dion."Lebih tepatnya saya suka Cafe ini karena lenngkap dengan resto dan ruangSURAT EMAIL ATAU SURAT CINTA?"Bukankah seperti yang aku katakan bahwa kerjasama ini adalah kerjasama yang singkat? Jadi aku anggap kerjasama kita selesai," kata Dion tanpa rasa bersalah.Aruna langsung mendengus dengan kesal. Dia tak tahu lagi, bagaimana menghadapi mantan atasannya ini."Baiklah kalau begitu aku sangat percaya diri dengan CV milik saya itu memenuhi kriteria dan standarisasi catering yang benar!" jelas Aruna."Kali ini saya yang akan menunggu Pak Dion menghubungiku! Bukan saya yang hubungi Pak Dion lagi," kata Aruna sambil mendengus kesal menatap tajam ke arah Dion dan berlalu untuk pergi. Dion hanya menggelengkan kepala melihat tingkah Aruna yang seperti itu. Aruna lega sekali setidaknya dia yakin Dion ada di pihaknya. Karena Aruna paham watak Dion seperti apa, dia sangat yakin kalau Dion akan menghubunginya. Dion adalah lelaki yang sangat menghargai kejujuran dan usaha seseorang.Di sisi lain, Elbara sangat marah sekali ketika mengetahui berita dari perusahaannya.
ALL YOU CAN EAT?"Kau tau tidak aku telah menerima email dari siapa?" tanya Arumi kesenangan sambil duduk dan menghampiri Aruna yang sedang makan di meja warung."Tahu, pasti dari PT Hadinata Wijaya kan?" tebak Aruna sambil menyuapkan rempeyek kacang di mulutnya."PT Hadinata Wijaya pasti sudah memutuska to, bahwa rumah sakit lisensi jantung milik mereka telah memutuskan untuk memilih CV kita di bidang catering! Tidak menggunakan PT Gold lagi begitu to maksudmu?" sambung Aruna lagi."Apakah kau tidak bisa berpura-pura terkejut sedikit saja untukku!" kata air Arumi kesal."Ahhh! Ini memang sudah aku prediksi akan terjadi! Namun aku juga tak menyangka bahwa prediksiku akan sedikit lebih cepat dari pikiranku," batin Aruna."Sungguh Ibu Aruna? Apakah CV kita menang tander pertama?" tanya seorang karyawan wanita yang kebetulan sedang membungkus sarapan juga."Sepertinya kita harus bekerja lebih giat dan ekstra lagi mengingat ini adalah proyek pertama kita! Ingat karena ini kali pertama jad
ISYARAT SAYANG TERSIRAT BUKAN TERSURATMalam ini sepulang kerja mereka pergi ke resto yang telah di booking Arumi. Aruna sangat heran pada kemampuan Arumi melobi dan menata semuanya. Mereka menuju ke salah satu hotel mewah di madiun yang di cafe nya menyediakan all you can eat. Suasana sangat hangat, senda tawa terdengar dari par karyawan. Meskipu mereka hanya ber delapan saja. Lima Karyawan di tambah Aruna, Arumi, dan Heri. Namun ternyata suasana itu berubah 360' karna kedatangan seseorang yang sangat mengejutkan."Kenapa dia bisa ada di sini?" tanya Aruna pada Arumi setengah mendelik. Dia tak mengira bahwa Arumi bisa dengan nekat dan mengatur semua ini sendiri.Makan makan kali ini di hadiri oleh Dion beserta semua dewan komisarisnya. Entah mengapa semenjak kedatangan Dion auranya sangat mencekam. Padahal sebelumnya pesta perayaan kemenangan itu berjalan sangat hangat."Kenapa kau mengajaknya kemari, sih!" keluh Aruna setengah berbisik pada Arumi sambil memandang ke arah Dion."Kau
KEPEDULIAN LEWAT SEGELAS WINE!"Hentikan Arumi! Apa kau ingin membuatnya mabuk?" tegur Aruna melihat Arumi yang terus mengisi gelas wine milik Dion."Hahaha! Aruna dia sudah membuat kita menderita sebelumnya! Apakah aku tidak boleh melampiaskan emosiku?" tanya Arumi."Jangan begitu! Aku tak suka kau melakukanny! Apakah kau tahu kalau dia....""Sudah diamlah! Aku tahu batas! Jangan banyak bicara," kata Arumi memotong pembicaraan Aruna."Ah kenapa kau sangat gegabah sekali!" keluh Aruna melihat Arumi yang masih ingin terus mencekoki Dion.Aruna sangat tahu bagaimana keadaan Dion. Apalagi tentang penyakit jantung yang di deritanya. Hanya Hendi dan dia lah dulu yang tahu semuanya. Bahkan dulu diam- diam Aruna selalu menjenguk Dion pasca dia operasi. Dia dengan setia menunggu nya bergantian dengan Hendi. tanpa Dion tahu. Cinta nya pada Dion tumbuh bagaikan bibit buah yang di tanam dan di kasihi pemiliknya. Subur sekali, namun saat cinta itu menghasilkan buah
UNGKAPAN PERASAAN!"Apakah Kau tidak muak menyalahkan aku atas semua yang terjadi? Apakah kau akan selamanya hidup dalam kenangan masa lalu dan keterpurukan itu? Bukankah kau hanya memandangku sebagai sekertaris? Dan selama aku bekerja denganmu sepuluh tahun, aku hanya melakukan sebuah kesalahan saja, Pak Dion?" Cerca Aruna.Dion tertegun menatap Aruna menangis seperti itu. Air mata itu mulai berjatuhan membasahi pipi. Namun lagi sisi egoisnya tak mampu untuk sekedar menenangkan Aruna. Sedangkan Aruna bertanya tanya dalam hati, selama lima tahun ini apakah Dion belum menemukan surat terakhir yang dia sembunyikan di antara tumpukan berkas itu."Benar Aruna! Kau pintar sekali, karena mulai detik ini aku sudah memutuskan dan memang tidak berencana untuk memaafkanmu! Dengan aku tak akan memaafkanmu seumur hidup maka kau akan di naungi rasa bersalah setiap harinya, kau akan di liputi perasaan berdosa karena telah melakukan semua itu!" ujar Dion dengan tegas."Baiklah Pak Dion, memang benar
DUA WANITA YANG TERLAMBAT MENCINTA!"Aruna!" panggil Arumi yang melihat mereka dari atas."Kau tidak apa -apa?" tanya Arumi lagi"APA YANG SEBENARNYA TERJADI PAK DION?" bentak Arumi."Aruna menangis tanpa sebab! Dia bicara nglantur! Cepat antar dia pulang," perintah Dion."Ba... baik, Pak!" sahut Arumi langsung ketakutan karena tak sengaja membentak Dion.Aruna pun menangis terus-terusan di dekapan Dion. Arumi langsung mendekap Aruna. Dia mencoba menepuk pipi Aruna agar kesadaran sahabatnya itu segera pulih."Sadarlah Aruna! Sadar! Aku antarkan pulang!" kata Arumi sambil memapah Aruna."Aw! Perutku sakit sekali," ujar Aruna.Dengan sabar Arumi menuntun Aruna untuk pulang ke rumah nya. Dia tak berani membawa Aruna pulang ke rumah juragan Waluyo. Kalau sampai orang tua Aruna tahu kondisi Aruna saat ini, pasti Aruna akan menjadi bulan-bulanan kedua orang tuanya saat dia tahu bahwa sang Putri mabuk-mabukan.Disisi lain Dion membaringkan tubuhnya namun dia tak bisa memejamkan mata. Pikiran
BERONDONG YANG MENGGODA!Mendapat perlakuan seperti itu Arumi hanya tersenyum. Jujur saja, dia merasa tersanjung dengan perbuatan Steven yang sangat memikirkan dan perhatian pada wanita."Oh kau cukup perhatian juga ya," kata Arumi memuji."Baiklah biar aku yang memapahmu saja. Boleh kan?" tanya Arumi hendak menggandeng lengan tangan Steven."Mari kita berjalan," ajak Arumi. Steven pun langsung tersenyum menganggukkan kepalanya. Arumi mengganndeng lengan Steven. Lelaki itu pun tak menolaknya, dia justru tersenyum sendiri."Pelan-pelan ya," kata Arumi lagi."Kau yakin kuat? Pelu ku ambilkan kursi roda?" tanya Arumi sedikit khawatir.Steven menggelengkan kepalanya lemah. Dengan telaten Arumi menuntun Steven. Arumi pun mengantarkan Steven pulang menuju rumah studio miliknya. Dengan perlahan mereka menaiki tangga, Arumi membuka pintunya dan menuntun Steven duduk di sofa bed pojok ruangan."Kau yakin bisa sendiri?" tanya Arumi lagi."Bisa kok, Kak," kata Steven sambil duduk di kursi pelan
KEUSILAN DION!"Aku sudah terpisah dari kakakku sejak kecil, Kak! Aku selalu mencari dimana dia, aku sangat pensaran sampai terus berkelana dan mencari inforasi tentang keberadaannya selama ini. Namun, dua tahun yang lalu aku baru tahu bahwa dia meninggal," jelas Steven.Arumi menganggukkan kepalanya mencoba merespon semua ucaan Steven. "Lalu bagaimana dengan keluargamu yang lain? Ayahmu dan Ibumu? Mengapa aku tak pernah menemuinya saat di rumah sakit?" tanya Arumi mulai ingin tahu lebih dalam kehidupan Steven."Aku sudah tidak punya orang tua, Kak!" jawab Steven."Maaf," sahut Aruna dengan rasa bersalah."Aku sudah pernah bilang padamu, aku hanya seorang diri di dunia ini!" jelas Steven."Maaf ya, aku tak bermaksud begitu," ucap Aruna merasa tak enak lagi."Tidak apa- apa, Kak! Aku sudah biasa kok hidup sendiri," sahut Steven."Bukankah kau sekarang sudah bertemu denganku? Kau jelas tak sendiri lagi," kata Arumi mencoba menghibur brondong muda di hadapannya itu sambiil duduk di sampi
KEPUTUSAN ARUNA"Ibu, ayok kita temui Eyang," pinta Bima."Ayo Aruna kita harus segera menemui Juragan Waluyo, Ayahmu. Kita harus meyakinkannya bahwa kita bisa bersama dan semua akan baik-baik saja," bujuk Dion.Aruna memandangi wajah Dion dan putranya bergantian. Dia menghela nafas panjang, kedua lelaki ini memiliki sifat yang sama ketika sudah menginginkan sesuatu maka mau tak mau harus terpenuhi saat itu juga. Namun Aruna memiliki pemikiran lain, dia harus mempertimbangkan semua baik buruknya sebelum mengambil keputusan itu."Pak Dion, maaf. Bima maafkan Ibu ya, jika keputusan Ibu kali akan mengecewakanmu. Bima, tidak semua keinginanmu harus dipenuhi kan? Ada beberapa hal yang kau tidak bisa memaksakan kehendakm karena ada kehendak lain yang Ibu inginkan," kata Aruna."Kau tak boleh egois menginginkan semuanya harus sesuai dengan maumu," sambungnya.Dion pun langsung menoleh menatap ke arah Aruna. Dia menggeleng tak percaya jika Aruna akan menolak ajakannya. Dion menatap Aruna de
MEYAKINKAN ARUNA MEMBUKA LEMBARAN BARU "Aku tak ingin kau kenapa-kenapa, kemarin badanmu sangat demam sekali," kata Dion. "Tenanglah Pak Dion, aku Lebih tahu bagaimana dengan badanku. Apalagi semenjak aku menjadi seorang ibu maka aku harus bisa menghindari semuanya serta harus mengerjakan semua hal secara sendiri dalam kondisi apapun. Hebat bukan? Dan lagi, aku tak terbiasa tidur terlalu lama," kata Elena. "Apakah yakin sudah benar-benar baik?" tanya Dion mencoba memastikan karena khawatir bibir Aruna masih sangat pucat pasi. "Tentu," sahut Aruna. "Aruna aku ingin bicara serius dengaanmu," ucap Dion lagi. "Apakah benar kau dari rumah bapakku, PakDion?" tanya Aruna. Dion pun menganggukkan kepalanya. "Ya aku dari sana," jawab Dion memangku Bima dan duduk di lantai menghadap ke arah Aruna. Aruna tersenyum kecut, dia benar-benar tak mengira jika Dion akan berbuat senekat ini. Bukan tak senang dirinya diperjuangkan hanya saja dia takut Dion menghadapi kerasnya sifar Juragan Waluyo
NEGOSIASI DENGAN BIMA!Dia ingin segera memberikan kabar gembira itu pada Aruna dan tak mau menunda lagi. Takut jika kedua orang tua Aruna berubah pemikiran. Dia harus sesegera mungkin mengajak Aruna ke sana lagi.Dion pun segera melajukan mobilnya menuju ke apartemen milik Aruna. Dia segera menuju ke kamar milik Aruna yang memang sedang tertidur karena badannya belum sembuh benar. Untung saja Aruna sudah memberikan kode akses masuk ke dalam rumahnya. 'Ting' pintu pun terbuka, dia melihat sekelilingnya mencari anaknya."Bima! Bima!" teriak Dion memanggil Sang putra."Ya Ayah Baik," sahut Bima dari dalam kamarnya. Dion pun segera masuk ke dalam kamar. Da melihat putranya sedang asyik bermain Lego sendiri.Dia tak melihat Aruna di sana."Dimana ibumu, Sayang?" tanya Dion. Bima menole dan tersenyum ke arah Ayah Baiknya."Em, Ibu ya? Dia sedang tidur Ayah Baik. Katanya badannya masih tidak enak, tapi aku sudah menjaganya dengan baik. Aku sudah memastikan ibu untuk meminum obatnya sama
MERESTUI DENGAN SYARAT?"Semua saya lakukan demi Aruna dan demi Bima semuanya. Seperti yang Bapak tahu sendiri, sampai saat ini pun Aruna juga belum memiliki sosok lelaki lain. Apakah Bapak berpikir jika Aruna tidak lak? Tentu dengan tegas dan jawabannya bisa kita ketahui semua tidak itu alasannya. Aruna sangat cantik dengan segala potensi yang dia miliki. Bukankah masih menjadi tanda tanya mengapa dia tak pernah menikah atau menjalankan hubungan baru dengan lelaki lain kan, Pak? Mengapa Aruna melakukan ini semua dan sebagai seorang laki-laki tentu Bapak tahu apa jawabannya kan?" jelas Dion.Juragan Waluyo terdiam mendnegar semua penjelasan Dion panjang lebar itu. Pun dengan Nyi Waluyo, ya mereka semua tidak bisa memunafikkan semua yang dikatakan oleh Dion benar. Selama ini Aruna bukannya tak laku tetapi dia memang menutup diri dan dia tahu alasan anaknya itu apa, yaitu Aruna susah sekali jatuh cinta dan mungkin cintanya telah habis bersama Dion. Apalagi sekarang dia memili
PERJUANGAN DION DI MULAI! PART 1 "Sudahlah Pak apalagi yang mau ditutupi? Toh ini kenyataan semalam aku yakin juga Aruna juga sakit. Tapi pertanyaannya apakah ada yang merawat atau tidak. Apakah kau merawatnya, Nak?" tanya Nyi Waluyo. Dion menganggukkan kepalanya. "Ya, Bu. Saya merawatnya dengan baik dan memang benar semalam Aruna sakit. Tenang saja, saya sudah memberinya pereda panas dan membuat bubur," jelas Dion. "Syukurlah kalau kau memang memiliki sedikit perhatian kepada Aruna. Sebenarnya bapaknya dari semalam juga sangat khawatir padanya, namun kau paham kan kadang seorang lelaki tidak bisa mengungkapkan rasa sayangnya. Tapi dia tak mau menunjukkan kekhawatirannya itu pada Aruna," ucap Nyi Waluyo. "Kau tahu sendirilah kadang lelaki itu memang memiliki titik egois dan rasa cemburu kepada anak perempuannya yang sedikit berlebihan" ujarnya. Baru setelah mendengar pernyataan dari Nyi Waluyo itu sekarang dia mengerti ke mana arah
MEMBUKA TABIR MASA LALU DI HADAPAN ORANG TUA ARUNA"Berani juga kau ke sini!" kata juragan Waluyo dari arah samping. Dion pun menoleh, dia melihat juragan Waluyo datang dengan menggunakan tongkatnya dan memakai pakaian hitam-hitam nampak sangat elegan dan wibawanya sangat keluar. Beda dengan tadi malam yang mungkin karena diliputi amarah yang besar sehingga tak menampakkan wibawa juragan Waluyo. Seketika jantung Dion berdetak kers, dia segera menyalami Juragan Waluyo meskipun merasa sedikit ngeri juga dengan penampilan juragan Waluya yang terkesan seperti dukun bagi Dion. Juragan Waluyo hanya menanggapi sekilas lalu duduk."Duduklah!" perintah juragan Waluyo. Dion pun duduk di berhadapan dengan juragan Waluyo."Ti! Narti! Buatkan minuman untuk tamu, Ti!" perintah Juragan Waluyo lagi."Nggeh Juragan!" sahut suara seorang wanita dari belakang."Sialan sepertinya memang Aruna bukan berasal dari keluarga sembarangan. Ini mungkin yang disebut dengan orang kaya tetapi hidup di desa, sungg
MENDATANGI JURAGAN WALUYO!Pagi harinya Aruna terbangun saat sinar matahari datang, masuk ke kamarnya melalui kelambu. Aruna langsung mengerjapkan matanya. Dia melihat ke arah bawah, ternyata Dion sedang memegangi tangannya tidur di kursi sofa yang di dekatkan pada tubuhnya. Sedangkan Bima berada di pelukannya. Aruna pun mulai beranjak untuk membuat sarapan untuk mereka, untung saja semalam Dion dengan gesit merawatnya. Kepalanya sudah tak pusing lagi."Aruna kau sudah bangun? Masih pusing? Bagaimana keadaanmu?" tanya Aruna."Aku sudah lumayan Baik, Pak Dion. Kau tak papa tidur dibawah begitu? Apa kau tak masuk angin nanti? Kau tidur di ruangan AC tanpa selimut. Kau baik-baik saja? Aku buatkan susu jahe ya," kata Aruna mulai khawatir. "Tenanglah, Aruna. Ini semua tidak sebanding dengan apa yang kau dan Bima sudah rasakan dulu. Aku tak masalah, jadi kau jangan khawatir," jawab Dion."Terima kasih ya, Pak Dion. Terima kasih kau sudah merawatku, berkat dirimu aku merasa jauh lebih ba
Aruna Sakit!"Ibu, Ibu dan Ayah baik tak apa-apa kan? Kalian akan bersama kan?" tanya Bima."Tidur yuk!" ajak Aruna pada Bima.Dion menoleh, dia melihat Aruna memperjuangkannya seperti ini, tiba-tiba perasaan bersalah dan menyesal bergelanyut di benaknya. Dulu dia meninggalkan Aruna dan salah paham kepadanya sampai bertahun-tahun akhirnya Aruna harus menyimpan semua kesakitan ini sendiri. Kerasnya hidup mengasuh Bima, hambatan yang dilakukan dan dirasakan hanya bisa dirasakan dengan juragan Waluyo. Orang yang seharusnya tak ikut bertanggung jawab dalam masalah ini. Itulah yang membuat dia menutupi kebodohannya sendiri yang sangat egois. "Apakah Eyang tak suka dengan Ayah Baik? Apakah Eyang akan melarang Ayah Baik ke sini?" tanya Bima."Tidak kok. Eyang tak marah," kata Aruna."Lalu kenapa tadi Eyang langsung pulang dan marah?" tanya Bima."Mungkin Eyang lelah. Maaf ya jika kau harus terbangun. Sekarang tidur ya, Nak," perintah Aruna sambil menggendongnya."Ayah Baik, ayok! Temani Bi
NYI WALUYO TURUN TANGAN!"Eyang, Apakah Eyang Kakung tahu jika Bima dan Ayah baik memiliki persamaan? Kami memiliki penyakit yang istimewa dan hanya diderita oleh orang-orang tertentu saja. Bukankah selama ini Eyang dan Ibu selalu panik pada perasaan yang dirasakan Bima dan kesakitan ini? Tetapi sekarang rasanya Ibu dan Eyang tidak perlu khawatir lagi, karena ada Ayah Baik yang akan menemani Bima. Kami seringkali meminum obat bersama, karena memang kami harus minum vitamin untuk menjaga dunia. Benar kan Ayah Baik?" tanya Bima sambil mengusap air mata Dion yang juga turut jatuh.Juragan Waluyo langsung terdiam mendengar pernyataan cucunya itu. Ya dia tidak bisa berbuat apa-apa lagi jika yang mengatakan hal seperti itu adalah Bima. Karena memang selama ini dia sangat mencintai Bima dan tidak ingin terjadi hal-hal mengerikan pada Bima."Eyang, kenapa Eyang harus marah-marah kepada Ayah Baik? Percayalah sungguh Ayah Baik ini adalah orang yang sangat baik sekali kepada Bima, juga pada Ibu