HADINATA WIJAYA!
"Aruna apakah aku harus menyatakan semua perasaan ini padamu? Aku sadar, kepala perusahaan Pak Dion itu juga menaruh hati padamu! Meski kau sekarang menolak kehadirannya, aku takut kehilanganmu! Cukup lama rasa ini terpendam untukmu Aruna," ujar Rendi dalam hati.Dion pergi ke toserba sebelah dan membeli beberapa barang. Dion kemudian kembali ke taman dan langsung menemui Bima lagi yang terlihat sedang asyik mengobrol bersama Hendi."Ayo! Sini, Om tunjukkan bagaimana membuat senjata rahasia Iron man!" perintah Dion.Dengan senang hati Bima langsung berlri ke arah Dion. Dia langsung naik ke atas kursi taman meihat Dion yang terlihat sedang mengeluarkan cat mintak dan mangkok plastik bening pipih. Dion tampak asik melukis sesuatu. Dion dengan telaten melukiskan lambang iron Man dengan bentuk hati di sebuah mangkok plantik yang sudah di potongnya separuh agar tak terlalu tinggi.Bima pun melihatnya dengan seksama, mencoba menerka apa yang sedang diIKATAN BATIN BAPAK DAN ANAK!Dion terhenyak dan dia terdiam beberapa saat. Hadinata Wijaya itu adalah namanya, nama keluarga besarnya. Tapi mengapa Aruna sampai menamakan nama itu untuk anaknya."Apakah ini adalah anakku saat di malam itu atau apa arti semua ini?" batin Dion dalam hati.Bima melihat Dion hanya terdiam dan melamun sekilas. Begitupun dengan Hendi. Bima menghela nafasnya panjang."Memang orang dewasa itu aneh sekali," gumam Bima."Apakah aku sudah bisa kembali, Om Baik? Aku sudah terlalu lama pergi dari ruang rawat Inap! Tentu Ibu akan mencariku, dia itu galak sekali seperti monster jika marah," keluh Bima berpamitan."Ibu bisa panik jika tidak menemukanku lagi nanti," sambung Bima lagi sambil berdiri hndak pergi. Dion pun hanya bisa menganggukkan kepala."Naiklah ke atas bangku lagi, biar Om Baik menggendongmu!" perintah Dion."Hah?" sahut Hendi langsung terbengong melihat perlakuan Dion pada Bima.Hendi merasa ganjil sekali dengan tingkah Dion. Bagaimana bisa sosok din
BEKAL SARAPAN PENUH CINTA DARI ARUNA UNTUK DION!"Terima kasih Om Baik! Telah membuatkan Bima senjata Iron Man yang bagus sekali," ujar Bima yang melompat kesenangan."Baiklah kalau begitu kau harus segera kembali ke Ibumu sana, Bima! Oh iya Aruna, karena aku sudah mengantar Bima kemari dan sudah puas menengok dan brmain bersamanya maka aku langsung pamit dulu ya," kata Dion sambil tersenyum sinis memandang ke arah Rendi.Dion langsung membenahi jasnya sambil berlalu pergi."Om Baik," teriak Bima memanggil Dion. Dion pun spontan membalik badanya."Sampai jumpa lagi! Muah! Muah," kata Bima melambaikan tangannya dan memberikan ciuman jauh pada Dion.Dion membalas lambaian tangan itu dan mencium jauhnya juga. Bima nampak senang sekali, sedangkan Rendi melihat pemandangan itu dengan hati yang cukup panas. Dia cemburu melihat kedekatan Bima dan Dion. Hendi pun segera mendekati Aruna dan menyerahkan bingkisan berisi parcel buah serta coklat kesukaan Aruna. Isian pacel itu cukup banyak seka
BERDAMAI DENGAN KEADAAN"Aruna!" panggil Dion."Ya?" sahut Aruna sambil berbalik arah memandang ke arah Dion."Kalau kau tak ada yang ingin kau bicarakan lagi, maka aku yang ingin berbicara denganmu! Apakah kau memiliki waktu luang?" tanya Dion.Aruna hanya menganggukkan kepalanya. Dion berdiri memundurkan kursinya, mengajak Aruna menuju loby balkon. Di luar suasana sangat sejuk karena di penuhi pepohonan dan tanaman hias. Tak lupa terdengar gemercik air di kolam ikan koi."Mengenai kejadian malam itu! Aku telah lama memikirkannya, namun maaf aku sama sekali tak mengingat kejadiannya," kata Dion.Aruna hanya tersenyum kecut mendengar ucapan Dion itu. Rupanya Dion benar- benar tak mengingatnya. Aruna menghela nafasnya dalam. Dia tak bisa memaksa Dion untuk percaya semua ucapannya apalagi tak ada bukti."Maaf ya, Arun! Mungkin kali ini kau benar, masa lalu biarkan saja berlalu! Kita sudah menyia-nyiakan lima tahun karena kesalahan pahaman kita masing- masing. Bukankah seharusnya kita ti
KETERTARIKAN HATI!Rendi baru saja keluar dari ruang pemeriksaan pasien. Ini adalah jadwalnya memeriksa dan kunjungan pasien. Asisten dokter selalu berada di samping Rendi mencatat semua pesan Rendi terkait dengan pasin."Hipertrofi jantung! Itu bisa saja terjadi karena penyakit jantung rematik. Lakukan pindai CT Scan," jelas Rendi memberi catatan.Hipertrofi adalah pembesaran jantung. Jadi, hipertrofi ventrikel kiri merupakan kondisi ketika bilik atau ventrikel sebelah kiri organ jantung mengalami pembesaran atau pembengkakan. Biasanya, masalah kesehatan ini sering terjadi karena tekanan darah tinggi. "Lalu, kapan waktu terbaik untuk memeriksakan kondisi tersebut ke dokter?" tanya asisten dokter itu pada Rendi."Hipertrofi ventrikel kiri adalah salah satu komplikasi yang paling sering terjadi karena peningkatan tekanan darah atau hipertensi. Mulanya, kedua masalah kesehatan tersebut tidak menunjukkan adanya gejala, sehingga sering kali tidak terdeteksi hingga akhirnya terjadi pemben
KEDATANGAN OM BAIK KE SEKOLAH!"Apakah ini namanya ketertarikan tak bersyarat? Entah mengapa aku mulai menyukai anak itu tanpa alasan," batin Dion dalam hati."Haruskah aku mencari kebenarannya? Sanggupkah aku menerima kenyataan pahit itu sendiri?" batin Dion lagi."Ah sudahlah! Sekarang antar aku ke sekolahnya," kata Dion sambil memberikan mainan itu ke Hendi.Di sisi lain TK tempat Bima belajar, Ibu guru Ling Ling menanyai Bima tentang keadaannya hari ini. Dia takut juga kalau Bima kenapa- kenapa lagi, mengingat Bima adalah salah satu murid spesialnya di sini, karena memiliki kelainan jantung sejak lahir. "Bima!" panggil Dion setengah berteriak ke arah Bima sambil melambaikan tangannya.Bu Guru Ling- Ling menoleh ke arah Dion bersamaan dengan Bima. Bu Ling- Ling mengerutkan keningnya heran. Ada orang asing yang datang mengunjungi Bima."Om Baik!" teriak Bima melambaikan tangannya."Bima kau tunggu di sini, jangan mendekat ke sana ya! Biar Miss Ling Ling yang ke sana! Kau tunggu di
KARENA BIMA ANAK KANDUNGMU!"Arumi lihat data ini sudah di periksa dan tidak bermasalah bukan?" tanya Aruna menatap layar laptopnya dan memastikan semuanya berjalan dengan lancar dan baik."Tidak ada masalah! Semuanya normal, jauh hari kan sudah kau siapkan semuanya. Mulai dari laporan uji coba kita juga sempurna! Mengapa kau terlihat sangt khawatir? Perasaan aku tidak pernah melihatmu setegang ini sebelumnya," jawab Arumi."Namun kali ini aku ingin benar- benar memastikan bahwa semua nya sempurna! Semuanya harus perfect dan tak ada cacat sedikit pun, Arumi! Mulai dari izin dan rincian nyam selain ini proyek pertama kita, ini juga gerbang utama CV kita membesar," kata Aruna."Sudah aku konfirmasi ke bagian departemen yang mengurusi per bagian! Aku bahkan menambah dua ahli gizi terbaik di kota ini melalui seleksi ketat agar rincian makanan catering kita sesuai takarannya," sahut Arumi."Bahkan aku pun sudah memastikan untuk di teliti berkali -kali oleh ahli gizi kita, dan uji lab juga
APA YANG KAU INGINKAN, PAK DION?"APA MAKSUDMU ARUNA?" tanya Dion.Aruna melengos menghindari tatapan tajam dari Dion. Sedangkan Hendi menatap ke arah Dion dengan penuh tanda tanya. Bagaimana mungkin Aruna mengatakan demikian. Dion dan Hendi saling melihat sesaat setelah Aruna mengangkat telponnya."Halo Miss Ling- Ling, bagaimana keadaan Bima? Di mana dia?" tanya Aruna saat mengangkat telepon guru kelas Bima."Halo! Bu Aruna, syukurlah luka Bima sudah di obati. Luka nya tidak parah karena benturannya tak terlalu keras. Kami menunggu Bu Aruna yang tak kunjung datang, kami sudah ada di lantai satu." kata Miss Ling Ling."Hah? Bima?" sahut Aruna terheran- heran."Iya, Bu! Kami tunggu di lantai satu ya, Bu," ucap Miss Ling Ling."Loh, bukankah Bima ada di ruang bedah jantung gawat darurat?" tanya Aruna."Hah bedah jantung? Bukan, Bu! Ini tak segawat itu kok, Bima hanya mengalami luka gores akibat bermain terlalu semangat dengan teman- temannya saja. Dia hanya jatuh saat di prosotan," jel
ANAKKU! ANAKKU! BIMA ANAKKU!"Kenapa Pak Dion sekarang terdiam? Pak Dion tak bisa menjawab pertanyaanku kan?" ejek Aruna."Saya tahu apa alasan Pak Dion diam tidak bisa menjawab semua perkataan saya! Karena Pak Dion memang tidak mau saya melahirkan anak Bapak kan?" kata Aruna lagi.Dion berjalan mendekati Aruna. Dia menatap wanita itu lekat- lekat. Terbesit rasa kasihan, gembira, sedih, senang menjadi satu. Betapa banyak penderitaan yang di lalui Aruna selama ini, namun dia bisa dan mampu menjalaninya sendiri.Dia berbeda dengan gadis di luaran sana yang berupaya menjebak Dion dengan meanfaatkan harta yang di milikinya. Sedangkan Aruna justru menolak semuanya memilih sendiri menjalani hidup dengan Bima putranya dan tak pernah menuntut apapun darinya."Ketika melahirkan Bima kenapa kau tak izin denganku, Aruna?" tanya Dion. Entah apa yang ada di pikiran Dion sampai bisa mengeluarkan kata seperti itu."Izin?" tanya Aruna heran mengernyitkan kedua keningnya."Untuk apa saya harus izin de