DION CEMBURU! ARUMI MENAHAN MALU!
"Tunggu Aruna, bolehkan aku bertanya lebih dulu sebelum membantu?" tanya Rendi."Tentu saja," sahut Aruna."Mengapa sekarang kau yang mengerjakan bagian pelaporan ini? Bukankah kau hanya mengerjakan bagian catering saja?" tanya Rendi."Aku membantu Pak Dion agar semua ini bisa berjalan dengan lancar. Ini kesepakatan kami dulu, kau tahu sendiri kan kami dulu bekerja satu tim dan sangat kompak," kata Aruna lagi."Ck! Kau dengar sendiri kan dari Aruna? Bagaimana kami dulu bekerja dengan kompak. Aruna ini adalah sekertarisku selama sepuluh tahun, sehingga kami ini sangat tahu pribadi masing- masing," sindir Dion tersenyum penuh arti. Rendi pun langsung mendekatkan diri pada Aruna. Dia juga tak ingin kalah dengan Dion. Dia ingin membuktikan bahwa selama ini lelaki yang paling dekat dengan Aruna adalah Dia. Aruna pun juga tak terlalu peka dengannya, dia terlalu fokus pada pekerjaannya."Aku bisa mencarikan kasus itu, ArunSEMANGKOK BUBUR MADURA TANDA CINTA!Arumi sudah menyiapkan dandananya sambil salah tingkah sendiri. Dia berharap bahwa dialah orangnya dan benar saja hari ini Steven mengatakan perasaan cintanya. "Ah, Steven kau benar- benar tidak pernah mengecewakanku!" ucap Arumi sambil memandang wajah Steven yang hanya tersenyum saja. Namun sesuatu yang tak di harapkannya terjadi. Arumi hanya bisa terdiam dan tak bisa berkata- kata lagi. Arumi pun tertawa menahan malu, ternyata bukan dia yang di maksud. Namun wanita yang ada di belakangnya. Steven pun dengan polosnya bertepuk tangan."Kau mau kemana?" tanya Steven dengan polosnya."Aku mau ke mana? Kau bisa menanyakan itu? Oh anu, itu Hp ku tadi hilang aku tak tahu di taruh mana. Aduh di mana ya? di mana aku tadi menaruhnya! Perasaan di sini," kata Arumi panik dan menahan malunya. Arumi pun langsung duduk kembali karena telah salah mengartikan semua situasi dan kondisi hari ini. Di depan nampak ada acara melamar ke
HEMBUSAN NAFAS YANG MENERPA WAJAH"Terima kasih ya, Pak Dion. Kau masih ingat dan menyediakan bubur kesukaanku saat lembur. Sebelumnya tak ada yang memperdulikan aku seperti ini. Ah, aku jadi terharu," kata Aruna lagi sambil menyuap sesondok bubur madura itu."Kau menangis tapi sambil makan! Konyol sekali," ledek Dion."Pak Dion!" panggil Aruna."Hm," sahut Dion."Mengapa Bapak perhatian padaku?" tanya Aruna menatap Dion dengan tatapan dalam dan penuh harap. Aruna tak munafik meski sepuluh tahun telah berlalu tapi perasaannya pada Dion masih sama. Dia masih menyimpan rasa dan harapan besar pada Dion. Rasanya semenjak dia jatuh cinta pertama kali, semua rasa cinta, gemuruh rindu, hanya untuk lelaki di hadapnnya ini. Mungkin dulu Aruna beranggapan karena mereka terlalu terbiasa bersama sehingga seleranya lelaki sempurna adalah Dion. Namun makin ke sini, Aruna menyadari bahwa itu semua salah. Bukan seleranya yang terlalu tinggi dengan menginginkan Dio
HAMPIR SAJA!Mereka saling bertatapan dalam jangka waktu yang cukup lama. Dion meraih dagu Aruna, dia mencoba meyakinkan rasa pada hatinya sendiri. Bahwa selama ini memang dia mencintai Aruna bukan hanya cinta sekejap saja. Mendapat perlakuan seperti itu otomatis Aruna pun memejamkan matanya. Dion makin berjalan mendekati dan melangkah memepet Aruna. Gadis itu sampai terpojok di dinding. Dion membelai pipi Aruna, hembusan nafas itu terasa hangat menerpa wajah Aruna. Bibir itu semakin mendekat. Hidung mereka sudah bersentuhan. Namun tiba- tiba sorot senter ke arah mereka. Aruna langsung menutup matanya."Astaga! Maaf Ibu Aruna, maaf! Saya tidak tahu, ternyata masih ada orang ya?" tanya Satpam itu."Maaf -maaf! Silahkan lanjutkan saja, aku akan periksa ruangan lain!" ucap Satpam itu."Pak Satpam! Pak, ini tidak seperti yang kau pikirkan. Kami tadi sedang lembur," teriak Aruna. Namun satpam itu sudah tak menghiraukan ucapan Aruna karena tak mendengarnya.
ARTI CIUMAN BIBIR APAKAH CINTA?'Ceklek' pintu di buka. Nampak Dion dan Aruna masuk ke dalam ruang tamu. Dion tertawa melihat mukan Hendi yang sudah cemong semua. Begitupun Aruna, dia kasihan tapi lucu juga melihat Hendi seperti itu."Aduh mati aku! Pak Dion sudah pulang namun Bima belum minum obatnya. Bagaimana ini?" batin Hendi dalam hati."Bima! Apakah kau sudah minum obat?" tanya Aruna. Bima memandang ke arah Hendi. Lelaki itu meneguk ludahnya kasar. Bima menggelengkan kepalanya lemah. Percuma saja menipu Ibunya, karena jumlah obat itu sudah di hitung oleh Aruna. Hendi terdiam, bersiap untuk mendengarkan omelan Dion."Bima, ayo minum obat dulu obatnya. Kau tak tahu dalam mitologi di Tiongkok di sebut Qilin?" tanya Dion. Bima menggelengkan kepalanya. Qilin adalah makhluk mitologi Tiongkok berpenampilan seperti kuda. Dijuluki sebagai Unicorn Tiongkok, Qilin merupakan salah satu dari Empat Roh Keberuntungan dalam mitologi Tiongkok, bersama dengan na
KAU KAH ITU?"Halo Aruna! Tolong kau simak semua ucapanku! Aku belum pernah bertemu orang yang tidak pandai bicara seumur hidupku! Dia lelaki yang benar- benar bodoh! Menurutmu setelah dua orang berciuman, apakah mereka langsung jadi sepasang kekasih?" tanya Arumi."Hah?" sahut Aruna."Semua orang normal akan berpikir ciuman hanya dilakukan sepasang kekasih! Bukan kah begitu?" tanya Arumi."Benarkah?" sahut Aruna. Aruna terdiam, dia mendengarkan Arumi mengoceh terus. Dalam hatinya dia berpikir apa maksud Dion tadi. Mereka tadi padahal hampir saja berciuman. Dengan posisi sangat dekat, padahal mereka tak ada ikatan apapun. Bahkan Aruna sadar, mereka melakukannya dalam keadaan seratus persen sadar, bukan di bawah pengaruh minuman alkohol."Apakah kami tadi hanya terbawa suasana atau karena memang nafsu? Atau cinta?" batin Aruna dalam hati. Dia tak berani mengatakannya pada Arumi."Aruna! Aruna!" panggil Arumi karena Aruna terus saja diam."Hah?" s
PENGORBANAN DION UNTUK MENEBUS DOSA."Wah ini punya siapa, Pak Dion? Ini sangat cocok untuk di ajukan sebagai proyek pendukung kita. Dimana pasiennya?" tanya Aruna."Bagaimana Pak Dion bisa mencarinya dengan waktu secepat itu? Bisakah kita besok pergi untuk meminta izin darinya langsung?" sambung Aruna."Gunakan saja, tidak perlu meminta izin," jawab Dion."Maksudnya?" tanya Aruna."Baca siapa nama pasiennya," sahut Dion. Aruna melihat nama pasien itu. Dia meneguk ludah kasar dan memandang Dion. Jelas sekali nama Dion Hadinata Wijaya di sana tertulis jelas sekali. Aruna menatap nanar Dion."Apakah ini alasan Pak Dion menghilang selama lima tahun belakangan?" batin Aruna dalam hati. Bahkan di data kesehatan tersebut, Dion jelas pernah melakukan terapi Imunosupresif. Terapi imunosupresif memang dimulai segera setelah operasi. Beberapa regimen dapat digunakan, termasuk terapi induksi pratransplantasi dan terapi pemeliharaan sederhana pascaoperasi
ANGIOGRAFI!"Lalu mengapa Pak Dion khawatir proyek ini tak di setujui oleh investor?" tanya Aruna. Dion terdiam, menatap Aruna tajam. Memang wanita di hadapannya ini tak peka atau bodoh sehingga tak bisa menyadarinya. Selain karena biaya dan modal yang di perlukan sangat besar, alasan lain investor tak mau mendanai karena resikonya sangat besar meski keuntungan menjanjikan. Namun alasan lain Dion memperjuangkan ini semua adalah sebagai penebus dosa nya pada Aruna dan Bima."Pak Dion!" panggil Aruna melihat Dion melamun."Apa alasan Bapak sampai ke Beijing dan terus memeprtahankan rumah sakit ini meski di tentang banyak investor?" tanya Aruna lagi."Ck! Apakah tak bekerja selama lima tahun padaaku membuatmu tak bisa berfikir realistis, Aruna?" tanya Dion balik. Dia mencoba menutupi perasaannya sendiri. Rasa gengsi yang dia miliki masih terlalu tinggi untuk mengakui perasaan cintanya pada Aruna. Aruna pun cemberut mendengar olokan Dion, melihat hal itu l
RAYUAN HENDI DAN ARUNA!"Hendi kenapa kau seakan memanfaatkan aku? Bukankah kita hanya perlu mengambil tes angiografi dan scan jantung saja untuk menambah data di kasus penyakit itu?" tanya Dion pada Hendi."Mengapa harus rawat inap sehari?" protes Dion seperti anak kecil."Ketua dewan bilang sekalian saja, Pak Dion. Bapak kan sudah datang ke rumah sakit. Bagaimana kalau sekalian melakukan pemeriksaan rutin? Lagi pula sudah lebih setengah tahun sejak pemeriksaan medical cek up menyeluruh. Apakah ini berarti kau mengkhianatiku dan membela ketua dewan- mu itu?" ancam Dion."Pak Dion! Tenanglah," tegur Aruna yang masuk dalam ruangan."Sejak kapan kau tahu aku di sini?" sahut Dion kaget, namun dia sekarang tahu dalang di balik semua ini tak lain adalah Hendi."Pak Dion, keluargamu itu cukup perhatian padamu. Mereka khawatir terhadap kesehatamu," kata Aruna."Ck! Sok tahu," cebik Dion."Mengapa kau sangat mirip dengan Bima saat seperti ini? Dia juga s