AKAL BULUS DION VS RENDI
Dion pun memandang Aruna untuk berpamitan masuk ke dalam sana. Dion menghela nafasnya panjang. Aruna mencegah saat Dion membalikkan badannya. Aruna memegang tangan Dion dengan erat. Melihat perlakuan Aruna itu, Dion cukup kaget. Aruna menatapnya dalam- dalam."Pak Dion! Jangan banyak pikiran sebelum melakukan pemeriksaan. Bima selalu menarik tanganku agar aku memberinya energi an menenangkan jantungnya yang selalu berdetak keras dan grogi saat melakukan pemeriksaan ini. Anggap saja aku membagikannya padamu," ujar Aruna dan menggenggam tangan Dion dengan erat."Terima kasih," jawab Dion sambil menggenggam tangan Aruna kembali dan mengelusnya. Dion lalu tersenyum dan dia pun berbaring ke dalam alat CT Scan dengan perasaan yang damai. Sebelum alat itu masuk dalam tabung, Aruna mendekati Dion. Dia menatap nanar Dion, seperti melihat Bima versi dewasa. Dalam hati dia memanjatkan doa agar kedua lelaki yang di cintai dan di sayangi nya itu sBERLINDUNG DI BALIK DINDING RUMAH SAKIT Melihat tingkah mesra Aruna tadi, Dion pun tak kehabisan akal. Dia ingin mengusir Rendi dari dalam ruangannya namun dengan cara elegan. Akhirnya Dion menemukan triknya. Dia pun langsung berpura- pura sakit kepala."Aruna," panggil Dion."Ada apa, Pak Dion?" tanya Aruna melihat Dion yang memegangi kepalanya."Pemeriksaan ini membuatku pusing," keluh Dion."Hah? Bagaimana bisa? Kenapa bisa pusing?" tanya Aruna."Apakah perlu aku panggil dokter untuk memeriksa kondisimu, Pak Dion?" tanya Aruna khawatir."Tidak, aku rasa kau tidak perlu sampai memanggil dokter. Aku hanya ingin istirahat dengan tenang," ucap Dion melirik Rendi. Aruna hanya mencebik, dia paham maksud Dion ingin mengusir Rendi secara halus. Rendi pun langsung sadar jika Dion merasa tak nyaman. Akhirnya Rendi pun berpamitan."Kalau begitu aku pamit dulu ya, Aruna. Kalau kau tetap di sini saja dan menjaga Pak Dion yang terhormat itu, aku akan
APAKAH KAU TAHU ARUNA TAK MENYUKAIMU?"Dia bilang mau menemaniku lembur, tapi mengapa justru dia menghabiskan waktunya dengan mengobrol begitu lama bersama dokter itu," gerutu Dion sambil berjalan ke taman."Tungu dokter Rendi! Tunggu," teriak Selly. Dari jauh Dion mendengar teriakan Selly. Dia mendekat, Dion kaget karena dia melihat Rendi tak bersama Aruna. Justru sekarang Dion melihat Rendi sedang berbicara dengan wanita lainnya. Karena penasaran akhirnya Dion berlindung di balik dinding dan menyimak pembicaraan Selly dan Dion."Kenaapa lagi?" tanya Rendi. Dia sebenarnya malas meladeni Selly namun sekali lagi, dia menghormati Ayahnya Selly."Aku benar -benar merasa tidak nyaman begini. Tak enak jika ada yang melihat kita sedang berdua," sambungnya."Baik, aku hanya ingin menanyakan hal yang aku pendam selama ini padamu," ucap Selly."Ada apa?" tanya Rendi."Aku ingin bertanya tentang sepatu itu," jawab Selly."Sepatu? Sepatu apa yang kau m
PENGAKUAN!"Lalu kenapa kau tidak pernah mengatakannya atau sekedar memberitahunya tentang perasaanmu pada dia?" tanya Dion. Mendengar ucapan Dion itu, Rendi langsung terdiam tak bisa menyahut. Rendi menghela nafasnya panjang. Bukannya dia tak pernah mengatakan atau sekedar mengungkapkan semua perasaannya pada Aruna. Dia sering kali memberikan kode itu, namun Aruna tak pernah menganggapnya serius. Aruna tak pernah menyadarinya, atau mungkin lebih tepatnya Aruna tak memiliki perasaan padanya."Haha. Dari diam mu itu sepertinya aku tahu satu hal. Itu karena kau tahu bukan, kalau dia tidak menyukaimu kan?" ucap Dion."Apa pedulimu? Menurutku selama aku bisa selalu berada di sisinya, Aruna pasti akan melihat kebaikan yang selalu aku lakukan untuknya. Suatu saat nanti dia tersenyum dan membuka hatinya untukku. Bukankah selama ini aku yang selalu ada untuknya? Mulai dari kehamilannya sampai dengan menangani kasus Bima. Aku tahu kau tak lupa, bahkan Bima selalu menga
ALASAN MENGHILANGNYA DION SELAMA INI Dion tersenyum dan mendekatkan wajahnya pada Aruna karena wanita itu mencoba untuk mengintip lagi. Sebenarnya Dion tahu Aruna hanya berpura- pura saja, namun dia tetap membiarkannya sambil makan coklat lagi. Dion tetap tersenyum sambil menyindir Aruna."Haha, sampai kapan kau akan berpura- pura tidur seperti itu? Actingmu sangat payah sekali! Benar juga ternyata ucapan Bima! Kau memang tidak ahli pura -pura tidur," ucap Dion. Aruna pun berpura- pura menguap dan menutup mulutnya. Dia masih terus berpura- pura untuk bangun tidur. Dion hanya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya melihat tingkah Aruna. Aruna pun duduk di sofa, berhadapan dengan Dion. Dia tersenyum memandang lelaki di hadapannya sambil terus memakan coklat yang di beli oleh Aruna tadi."Memang ya ikatan darah anak dan Bapak tak bisa di pisahkan. Bima sangat suka dengan coklat itu, sama sepertimu, Pak Dion," kata Aruna."Memang salah satu genetik yang di t
SEPASANG SAHABAT YANG SAMA- SAMA JATUH CINTA! Pagi ini, Arumi datang menyusul Steven di kolam renang. Semalam lelaki itu sudah memintanya untuk datang ke kolam sejak jam delapan pagi. Arumi pun menurutinya, dia meluangkan waktu beberapa jam sebelum masuk ke kantor. Saat memasuki kolam, terlihat suasana sepi. Tak ada satupun orang di sana. Arumi celingak celinguk ke kanan kiri mencari lelaki itu."Kau di mana Steven? Steven!" teriak Arumi datang di kolam renang. Hening tak ada jawaban."Sialan! Apa dia mengerjaiku?" gerutu Arumi. Arumi pun mulai berjaan meninggalkan kolam renang dengan hati yang dongkol. Sebelum benar- benar pergi dia ingin mengambil Hp untuk menghubungi Steven. Baru saja Hp itu di pegangnya, tiba -tiba ada seorang lelaki memanggilnya."Arumi!" teriak lelaki itu. 'Byurrrr' seseorang masuk ke dalam kolam renang secara tiba- tiba. Arumi langsung menoleh, melihat ke arah kolam renang. Nampak seorang lelaki yaang amat sangat di kenalnya be
BAJU KEMEJA BERCAP BIBIR MERAH ITU DI MANA? Tanpa menjawab, Arumi menoleh menatap wajah Steven dengan tajam. Lalu tiba- tiba Arumi makin mendekat. Namun Aruni langsung mengecup bibir Steven. Mendapat perlakuan seperti itu tentu membuat Steven langsung terkejut dengan perlakuannya. Mengingat ini juga pengalaman pertama kali bagi Steven berpacaran."Sudah jelas kan sekarang? Bagaimana menurutmu hubungan kita?" tanya Arumi. Steven tersenyum."Kalau begitu coba cium lagi! Mungkin aku akan paham," goda Steven dengan usil. Baru saja, Arumi hendak mendekatkan wajahnya pada Arumi. Tiba- tiba saja HP Arumi berbunyi. Arumi pun langsung mengambil HP dalam tasnya membatalkan acara ciuman kedua kali itu."Tunggu sebentar ya, Hp aku berbunyi!," kata Arumi sambil mengangkat telponnya dengan menggeser layar HP."Halo Aruna! Ada apa?" sapa Arumi."Arumi dengar, program kita di setujui!" pekik suara di sebrang."Benarkah?" sahut Arumi lagi."Benar, aku baru
PELECEHAN SEKSUAL DALAM LIFT! Entah mengapa dia sengaja menaruhnya begitu saja untuk di tanya oada Dion namun lupa dan tak sempat sampai sekarang. Hendi ingat jika kemarin menaruhnya di tumpukan baju kotor. Hendi pun mencoba mencarinya."Ck! Di mana ya kemeja itu?" batin Hendi sambil berusaha mencari baju kemeja dengan cap lipstik merah di bahu depannya. Setelah cukup lama mengubrek ruang wadrobe itu, akhirnya Hendi menemukan kemeja itu menyempil di antara tumpukan kemeja yang memang sudah di sortir oleh dirinya. Dengan senyum sumringah, Hendi pun berbalik badan. Dia melihat presiden direkturnya itu masih asik bercermin."Sepertinya presiden direktur ini benar- benar sedang jatuh cinta di puber keduanya," ledek Hendi dalam hati."Untung saja tidak aku laundry kau kemarin," kata Hendi pada baju itu dan menyerahkannya pada Dion."Lagi kali ini aku memuji kinerjamu, Hendi!" puji Dion. Dia pun segera mengambil kemeja itu dan pergi ke pusat perbelanjaa
TATAPAN DINGIN WANITA ITU!"Lihat lah, Dik! Lelaki seperti itu benar -benar manusia sampah! Adikku, beritahu ya! Kalau lain kali kau bertemu dengan suatu situasi seperti di lift tadi maka aku pesan padamu, kau jangan takut lagi! Kau punya harga diri! Maka berteriak lah," perintah Aruna."Karena semakin kau ketakutan dan diam, pelaku pelecehan seperti itu akan semakin senang dan makin gencar mengganggumu," kata Aruna menasehati gadis kecil itu. Ada berbagai macam pelecehan seksual yang masuk kategori ini, seperti catcalling, menggesek-gesekkan anggota tubuh, meraba-raba, hingga menatap dengan mata genit. Beberapa kasus lainnya mungkin juga terjadi di ruang publik, bahkan saat banyak orang di sekitar. Namun, tidak banyak orang yang tahu harus melakukan apa saat melihat seseorang mendapatkan perlakuan ini karena banyaknya pertimbangan tentang dampaknya bagi diri sendiri. Saat kita melihat seseorang mengalami pelecehan seksual, cobalah untuk mengalihkan perhatian korba