Share

Pria Arogan

last update Last Updated: 2025-03-25 06:08:54

Tiba di rumahnya, Lady membuka sosial media dari smartphone yang layarnya sudah retak.

Namaku Rain.

Lady mengetikkan nama Rain di tab pencarian. Muncullah sebuah akun centang biru dengan lebih dari lima juta pengikut.

Akun tersebut bagaikan galeri yang memamerkan foto-foto Rain. Mulai dari prestasi hingga sensasi.

Jujur saja, Lady tidak mengingkari jika Rain tampak gagah dalam kostum balapnya. Rain mengundang decak kagum banyak orang karena memenangkan berbagai kompetisi balap, tidak terkecuali Lady.

Namun kekagumannya lekas berganti dengan rasa tidak suka saat Lady melihat foto-foto mesra Rain dengan perempuan yang berbeda. Selain arogan, ternyata Rain juga suka gonta-ganti wanita, membuat pikiran Lady pada laki-laki itu hanya dipenuhi oleh pikiran negatif.

***

Setiap pagi Lady meninggalkan rumah untuk kemudian menuju rumah sakit. Ia melaksanakan tugasnya seperti biasa. Mulai dari mengepel lantai, membersihkan langit-langit, membersihkan kaca jendela, membuang sampah domestik, sampah medis dan sampah tajam, membersihkan toilet, hingga memastikan bahwa lantainya tetap kering.

Lady berpapasan dengan Kanayya tepat di depan pintu toilet. Perempuan itu agaknya juga akan menggunakan tempat itu.

“Selamat pagi, Dok,” sapa Lady sopan.

”Pagi.” Sang dokter tersenyum hangat. “Dy, klappertaart yang kamu kasih ke saya kemarin itu buatan kamu ya?”

“Iya, Dok.” Kemarin saat ke rumah Kanayya Lady memang membawanya seloyang.

“Wah, kebetulan kalau begitu. Rain itu suka banget lho sama klappertaart, katanya enak. Saya bisa pesen kan buat Rain?”

Lady agak tercengang mendengar penuturan Kanayya. Masa sih? Ia hampir tidak yakin. Seingatnya, saat ia berada di sana malam itu Rain tidak menyentuh sedikit pun klappertaart tersebut.

”Bisa, Dok, tentu saja bisa.”

Kanayya merogoh saku, bermaksud mengambil uang dan memberikan pada Lady. Namun Lady menolak. “Nggak usah, Dok.”

“Tapi kamu kan butuh buat beli bahan-bahan.”

“Bahan-bahannya kebetulan masih ada. Kalau boleh tahu, Dokter pesennya untuk kapan ya?”

“Kalau untuk besok bisa?”

“Bisa banget, Dok, kebetulan besok saya off.”

Kanayya lantas tersenyum sebelum akhirnya meninggalkan Lady, masuk ke dalam toilet.

Malam itu, Rain sempat mencicipi klappertaart setelah Lady pulang. Hanya saja Kanayya tidak mengatakan jika klappertaart tersebut Lady yang membawanya.

***

Satu loyang besar klappertaart sudah siap sejak tadi. Sesuai dengan pesanan Kanayya kemarin, hari ini Lady akan mengantarnya.

”Lady, tolong kamu antar ke apartemen Rain ya, ini alamatnya.”

Selama sepersekian detik Lady termangu begitu ia datang ke rumah sakit mengantarkan klappertaart, namun Kanayya malah meminta mengantar langsung ke apartemen Rain.

Lady menggaruk leher belakang, kebingungan. Ia merasa enggan bertemu dengan Rain yang arogan. Namun di saat bersamaan ia juga tidak enak untuk menolak permintaan Kanayya. ”Dok, saya--”

”Kamu keberatan, Dy? Kamu ada kerjaan lain?” tanya Kanayya menyadari ekspresi yang ditunjukkan Lady.

“Bisa kok, Dok, saya akan antar ke sana.” Lady buru-buru menyahut. Ia belum pernah menemukan alasan yang tepat untuk menolak apa pun keinginan Kanayya. Dan lagi-lagi ia tidak mau menerima saat Kanayya memberikan uang untuk pembelian makanan tersebut darinya.

***

Sudah sejak tadi bel di depan sana terus berdenting. Suaranya menggema memenuhi setiap sudut apartemen. Awalnya Rain membiarkan saja. Namun karena lama kelamaan terasa kian mengganggu, Rain terpaksa harus beranjak dari ranjang setelah mengumpat kesal.

Membuka pintu apartemennya, Rain tidak bisa untuk tidak terkejut saat menyaksikan sendiri siapa sosok pengganggunya siang itu. Lady kini berdiri tepat di hadapannya dengan sebelah tangan menjinjing kantong plastik yang entah apa isinya.

“Ngapain lo ke sini?” tanya Rain galak. Matanya memancarkan sorot tidak suka pada Lady.

“Maaf mengganggu, tapi saya hanya mengantar pesanan ibu anda.” Lady menjawab seraya menyodorkan kantong di tentengannya pada Rain.

Alih-alih akan menerima, Rain malah memandang sinis dengan sebelah mata. “Apa itu?”

“Ini isinya klappertaart. Dokter Kanayya bilang kalau anda sangat suka klappertaart. Dokter Kanayya pesan sama saya dan minta buat antar ke sini.”

“Jadi ini lo yang bikin?”

Lady menganggukkan pelan kepalanya.

Rain dengan angkuh bersedekap dan bicara dengan ketus pada perempuan menyebalkan di hadapannya. “Oh, jadi lo tukang kue? Gue emang suka klappy, tapi bukan klappy kaleng-kaleng kayak punya lo gini. Bawa lagi pulang!”

“Terserah anda mau suka apa tidak, tapi saya hanya melaksanakan pesan dari ibu anda agar mengantar ke sini. Itu saja.”

“Gue kan udah bilang nggak mau. Kalo gue mau, gue bisa beli di Delicious,” sengit Rain sembari menyebut nama sebuah toko kue ternama langganannya. Ia mengucapkan kata-kata tersebut sambil menjatuhkan kotak kue ke lantai.

Lady terkesiap. Terbayang betapa susahnya ia membuat seloyang klappertaart. Ia bahkan rela membeli bahan-bahan kue premium hanya karena mengingat makanan tersebut adalah pesanan Kanayya. Padahal biasanya ia hanya menggunakan tepung kiloan.

Rasa sedih, kecewa dan sakit hati atas sikap Rain berbaur menjadi satu.

“Saya tahu kalau anda memang arogan. Tapi saya tidak menyangka kalau ternyata anda tidak hanya sekadar angkuh, tapi anda juga tidak bisa menghargai orang lain.” Lalu Lady memutar tubuh, ia ingin lenyap dari tempat orang sombong itu sesegera mungkin. Sebelum ia benar-benar menarik langkah, suara lantang Rain terdengar mencegahnya.

“Dengerin gue! Jangan sekali-kali lo menjilat dan mendekati Bunda. Gue tahu lo itu nggak tulus. Lo cuma mau harta gue doang. Iya kan? Gue udah biasa ngadepin drama murahan kayak lo gini. Tapi gue bakal pastiin kalau rencana busuk lo nggak bakal berhasil.” Rain tersenyum asimetris di ujung kalimatnya.

Telinga Lady memanas mendengar tudingan Rain padanya. Ia telan semua penghinaan tersebut. Lady memutar tubuh mengarah pada Rain. Ia menemukan tatapan angkuh laki-laki itu.

“Jangan menuduh sembarangan. Saya sama sekali tidak mau uang atau harta anda. Kalau anda memang tidak setuju dengan perjodohan ini kenapa tidak bilang saja langsung pada orang tua anda? Kenapa tidak menolak?”

Rain terdiam dan merasa kalah telak. Ia sudah menolak, namun nyatanya ia tetap harus menerima perjodohan itu. Semua demi bundanya.

”Lo sendiri kenapa nggak menolak? Kenapa iya-iya aja dijodohin sama gue?” balas Rain pada Lady yang menantangnya.

”Saya punya alasan untuk itu. Dan alasannya bukan seperti yang ada di pikiran picik anda.”

Lady membungkukkan badan, mengambil kantong berisi klappertaart dari lantai dan memberikan pada Rain. Sebelum pergi ia masih sempat berkata, “Ini dari ibu anda, bukan saya, jadi terimalah.”

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Masih Perawan

    Lady memasukkan dua potong pakaian ke dalam tas. Blouse berbelahan dada rendah serta rok mini sepaha. Nanti setelah pulang kuliah ia akan langsung ke Romantic—kelab malam tempatnya bekerja sebagai pelayan.Setelah kuliah berakhir biasanya Lady akan mengganti bajunya di toilet dulu, tak lupa melapisinya dengan jaket. Teman-temannya sesama mahasiswa sudah tahu pekerjaan sampingan Lady. Berbagai respon ia terima. Ada yang memandangnya dengan rendah, dan ada pula yang biasa-biasa saja. Tapi Lady tidak ambil pusing. Ia hanya mencoba menjalani pekerjaan yang menurutnya halal untuk tetap bertahan hidup.Lady memasuki Romantic melalui pintu khusus para karyawan. Membuka jaket dan meletakkannya di loker, Lady berkaca sesaat, memulas ulang sapuan bedak di pipinya, kemudian membubuhkan blush on dengan sedikit tebal. Sebenarnya ia tidak suka dengan riasannya ini. Menurut Lady, dandanannya terlalu menor. Namun atasannya mewajibkan berpenampilan begitu dengan alasan agar indah dipandang dan menarik

    Last Updated : 2025-03-25
  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Feeling Guilty

    Terbangun pagi itu, Rain menemukan dirinya di sebuah ruang asing. Ia merasa belum pernah berada di sana sebelumnya. Rain juga tahu persis bahwa ini bukanlah kamar di apartemennya, apalagi kamar di rumah bundanya.Sembari memegang kepalanya yang terasa berat, Rain mencoba mengingat-ingat apa yang telah terjadi sehingga ia berada di tempat itu. Begitu nyawanya terkumpul, Rain segera terduduk.”Oh, shit! Gue ngapain semalam?”Pelan tapi pasti Rain berhasil mengumpulkan serpihan ingatannya. Sial. Ternyata tadi malam ia hampir saja meniduri seorang perempuan. Rain tidak ingat siapa perempuan itu karena blackout. Yang jelas bukan Sydney. Karena perempuan yang akan ditidurinya masih virgin. Rain batal menidurinya. Bagi Rain, ia tidak akan pernah meniduri perempuan yang masih perawan. Perempuan perawan adalah wanita yang akan dijadikannya istri suatu saat nanti. Bukan untuk teman tidur.Bobby. Nama itu adalah orang kedua yang melintas di benaknya. Di sela-sela ingatannya yang samar, Rain ber

    Last Updated : 2025-03-25
  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Lebih Baik Menikah Dengan Buaya

    Lady baru saja menyadari sesuatu. Dompet serta segenap isinya termasuk kartu identitas diri miliknya raib tanpa ia sadari. ‘Astaga! Di mana dia? Di mana dompetku?’Dalam keadaan badannya yang tidak nyaman Lady yang panik berusaha keras mencari dompet tersebut. Ia membongkar apa pun yang berada di kamarnya, namun tetap tidak menemukan apa-apa.Lady semakin cemas. Uang yang berada di dalam dompet tersebut mungkin tidak seberapa. Namun ia tidak akan bisa apa-apa tanpa kartu tanda pengenal yang turut hilang.Lama mencari dan mulai putus asa, Lady merebahkan tubuhnya ke pembaringan. Seakan deritanya belum cukup, kini ia harus diberi ujian lain. Kenapa cobaan bertubi-tubi datang menimpanya? Seolah hidupnya memang ditakdirkan untuk menderita.Air matanya hampir menetes lagi ketika ia mendengar suara ketukan di pintu rumah. Ada seseorang di depan sana. Tapi siapa? Nia sudah berangkat kerja sejak tadi setelah membelikan obat sakit kepala untuknya. Apa mungkin teman serumahnya itu balik lagi?

    Last Updated : 2025-03-25
  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Semua Demi Bunda

    Menyetir sendiri, Rain pergi meninggalkan rumah kontrakan Lady. Perempuan itu meninggalkan begitu banyak kesan. Jika selama ini banyak wanita yang berebutan ingin tidur dengannya dan menggadaikan harga diri mereka, maka tidak dengan Lady. Malah dia terang-terangan menolak uang pemberian Rain.“Udah susah, masih sombong,” kecam Rain kesal. Tapi Rain bersyukur karena keadaan Lady baik-baik saja setelah kejadian malam itu. Setidaknya perempuan itu masih sehat walafiat dan masih bernapas hingga saat ini.“Lo di mana, Rain?” tanya Ale, sahabat sekaligus manajernya begitu Rain menerima telepon darinya.“Gue on the way, mau balik. Lo ke mana aja sih, nyet? Kenapa ninggalin gue semalem?” Rain balas bertanya. Hingga saat ini ia masih kesal pada ketiga temannya, terutama pada Bobby yang sudah menjebaknya.“Heh, lo duluan yang ngilang, malah bilang ninggalin.”“Ck! Kampret ya lo pada. Gue nggak ninggalin tapi--”“Udah, udah, ntar aja ceritanya. Gue mau kasih tahu, ada job buat lo, mau terima ngg

    Last Updated : 2025-03-27
  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Pura-Pura

    Tempat itu masih sama seperti biasanya. Sunyi dan menguarkan kesedihan. Meskipun begitu terawat, rapi dan bersih, tapi tetap saja auranya tidak akan pernah berubah.Rain melangkah di samping Kanayya sambil merangkul perempuan itu. Sementara Lady berjalan sendiri di belakang. Sejak awal ia sudah diberitahu kalau mereka akan ke tempat ini. Mengunjungi pusara ayahnya Rain yang meninggal di usia muda.Sekilas yang Lady dengar dari Kanayya, ayahnya itu tidak pernah tahu jika istrinya sedang mengandung anaknya. Menyedihkan. Rain dan Kanayya duduk bersisian menghadap makam. Sedangkan Lady di seberang mereka. Tidak ada suara yang terdengar, termasuk irama napas sekalipun. Ketiganya tampak khusyu’ berdoa.Hingga sesaat kemudian ketika Lady mengangkat muka ia mendapati muka Kanayya yang basah. Perempuan baik yang sangat diseganinya itu menangis.”Nis, aku datang sama anak kita. Sekarang Rain sudah besar. Dia beneran udah jadi pembalap meneruskan cita-cita kamu yang dulu,” isak Kanayya.“Nda, u

    Last Updated : 2025-03-27
  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Jelmaan Cleopatra

    Rain menunggu di depan fitting room, sedangkan Lady masih berada di dalam ruangan itu. "Ngapain aja sih dia di dalam sampai selama itu?" gerutu Rain sendiri.Kehabisan rasa sabar, Rain mengetuk pintu fitting room."Hei, lo ngapain aja?" Tidak ada sahutan dari Lady yang membuat Rain bertambah kesal. Ia mengetuk pintu sekali lagi. Sebelum tangannya sempat beradu dengan daun pintu, pintu berwarna putih itu dibuka dari dalam. Sosok Lady kini berdiri tegak di hadapannya."Saya nggak cocok ya pakai baju ini?" tanya perempuan itu pada Rain. Terlihat jelas kalau dia tidak percaya diri.Rain terkesima hingga untuk detik-detik yang lama kehilangan kemampuan mengerjapkan mata."Gimana menurut anda?""Cantik banget, Dy." Suara itu berasal dari seseorang di belakang Rain. Kanayya. "Iya kan, Rain?""B aja," sahut Rain datar. "Ya udah, Nda, aku tunggu di mobil. Sumpek di sini." Lelaki itu lalu pergi meninggalkan keduanya."Dia memang begitu orangnya. Kamu nggak usah ambil hati." Kanayya tersenyum

    Last Updated : 2025-03-27
  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   She's Not My Tipe

    “Rain, akhirnya kamu datang juga. Tadi Bunda kamu bilang ke Tante kalau nggak bisa datang. Jadinya kamu yang mewakili.”“Iya, Tante, Bunda yang minta aku datang ke sini,” jawab Rain pada Tiwi, teman sang bunda. Keduanya kemudian saling mendekap hangat.Tiwi kemudian mengamati perempuan yang berdiri di sebelah Rain. “Ini pacar baru kamu, Rain?”“Bukan, Tante, ini temenku.”“Temennya cantik banget,” komentar Tiwi saat melihat Lady yang berdiri kaku di sebelah Rain. Lady tersenyum tipis merespon sanjungan yang ditujukan padanya. Masa sih dirinya secantik itu? Ia merasa biasa-biasa saja. Dan selama ini belum pernah ada yang menyanjungnya dengan berlebihan.“Pembalap kita akhirnya datang juga. Tumben nih, lagi nggak sibuk?” River datang ke tengah-tengah mereka.”Nggak, Om, jadwalku kebetulan lagi kosong, makanya bisa ke sini.” Rain beralasan.River kemudian menepuk pelan pundak Rain. “Om bangga sama kamu, Rain. Nggak nyangka di umur semuda ini tapi prestasi kamu udah nggak kehitung lagi.

    Last Updated : 2025-03-27
  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Rumor

    Rain dan Lady pulang sebelum acara pesta berakhir. Nyaris di sepanjang acara Rain tidak memedulikan dan membiarkan Lady sendirian. Sementara ia sibuk dengan teman-teman yang ditemuinya di tempat itu."Biar aku naik taksi aja," putus Lady saat Rain berniat mengantarnya pulang."Nggak, gue anter lo sampe rumah." Rain menolak ide Lady. Ia tidak mungkin membiarkan perempuan itu pulang sendirian malam-malam begini."Nggak usah kalau nggak ikhlas. Aku lebih baik naik taksi aja.""Lo tuh nggak tau terima kasih banget. Tinggal duduk diam apa salahnya? Masuk!" perintah Rain setelah membuka pintu mobil.Terpaksa Lady mengikuti kemauan laki-laki itu setelah tidak punya alasan lagi untuk menolak. Dengan cepat Rain beralih ke bangku pengemudi dan menyalakan mesin. Dalam diam, Lady mencuri pandang ke arah Rain. Lelaki itu gagah, juga terlihat angkuh di saat bersamaan. Hidungnya yang tinggi semakin menambah kesan arogan apalagi jika dilihat dari samping begini."Lo kenapa ngeliat gue kayak gitu?"

    Last Updated : 2025-03-28

Latest chapter

  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Bad Day

    Kalau ada orang paling rese', selalu membuat repot dan menyusahkan orang lain, maka Lady adalah orangnya. Setidaknya itu menurut Rain. “Kasihan dia pakai motor hujan-hujan begini, Rain, kamu antar sebentar ya…” Kalimat penuh permintaan yang disampaikan Kanayya membuat Rain tidak memiliki alasan apa-apa lagi untuk menolak.Dan saat ini perempuan itu duduk seperti anak kucing yang kedinginan di sebelahnya. Lady menyilangkan tangan, memeluk dirinya sendiri. Lebih dari lima menit yang lalu ia tidak bersuara sepatah kata pun. Hingga kemudian celetukan perempuan itu membuat Rain harus menoleh padanya.“Rain, sorry, bisa anterin aku ke rumah dulu? Baju kerjaku ketinggalan, aku nggak mungkin pake baju ini.” Lady juga baru menyadari hal tersebut. Bahkan hingga sekarang ia masih memakai baju Alana tadi.“Apa lo bilang? Mau ke rumah lo dulu? Lo pikir gue sopir yang bisa ngenterin lo ke mana-mana? Lagian udah gue bilang dari dulu jangan kerja di sana lagi, tapi lo masih nggak mau dengerin gue. A

  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Belajar Menjadi Istri

    Selama beberapa saat Rain hanya bisa termangu memandang ponsel dalam genggamannya. Ia bingung harus menjawab apa. ‘Duh, gimana nih? Nggak enak sama Bunda udah masak masakan kesukaan aku, tapi ntar kalau nggak jadi pasti Sydney bakal ngambek,’ pikir Rain.Kalau Bunda yang merajuk masih bisa diatasi. Tapi kalau Sydney? Jari-jari Rain kemudian bergerak membalas pesan dari perempuan itu.“Jadi dong, Han. Dandan yang cantik ya, nanti aku jemput kamu.”Balasan dari Sydney datang beberapa detik setelahnya. “As you wish, Bae. Love you.”“Love you more, Han…”***Di ruang belakang, Lady, Kanayya serta Bi Titi sedang masak bersama. Lady terlihat tidak canggung saat memegang benda-benda dapur karena sudah biasa melakukannya.“Dy, kamu udah tahu belum makanan kesukaan Rain?” tanya Kanayya pada Lady.”Belum, Dok,” jawab Lady yang baru saja memasukkan daging ke dalam panci presto.“Rain tuh suka sama sop daging yang mau kita masak sekarang. Nggak cuma sop, apa pun olahan daging Rain pasti suka. Ta

  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Lady Yang Selalu Merepotkan

    "Rain, keluar dulu, temenin Lady gih," suruh Kanayya pada Rain setelah memanggilnya di kamar Alana."Ck! Kenapa harus ditemenin segala, Nda? Siapa suruh dia ke sini?" "Bunda yang suruh," jawab Kanayya tegas. Bukan apa-apa, Kanayya hanya ingin mendekatkan Lady dengan Rain."Aku capek, Nda,mau istirahat." Rain masih menolak, tidak ingin bertemu dengan perempuan itu."Rain, kamu lupa janji kamu sama Bunda?""Aku nggak lupa, aku inget kok, tapi--""Rain, jangan membantah." Kanayya seperti tahu betapa putranya itu teramat menyayanginya dan tidak akan berani menolaknya."Iya, Nda, iya..." Dengan berat hati Rain bangkit dari ranjang lalu menyeret langkah terpaksa keluar dari kamar. Lady sedang melamun sendiri saat Rain muncul di depannya. Hanya dengan mengenakan kaos rumahan serta rambut yang awut-awutan, laki-laki itu sudah sedemikian menarik."Ngapain lo hujan-hujan ke sini? Kangen sama gue?" tanya Rain ketus begitu baru saja mendudukkan diri di sofa tunggal yang berada di hadapan Lady.

  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Surprise

    "Tumben banget Bunda sama Tante duduk bareng?" sapa Rain setelah turun dari mobil. Ia ikut bergabung duduk bersama kedua perempuan beda generasi itu."Kamu juga tumben ke sini?" balas Alana senada."Tiba-tiba aja aku kangen sama Tante makanya aku ke sini.""Tuh kan, panggil Tante lagi." Alana merengut.Rain tertawa renyah. Mengganggu dan menggoda Alana adalah hobinya dari dulu. Rain belum akan puas jika belum melihat perempuan itu merengut kesal. Andai saja Alana tahu betapa menggemaskan ekspresinya saat itu. Jika Alana bukan tantenya sudah Rain pacari dari dulu."Kamu ini, Rain, kapan sih nggak bikin tantemu kesal?" kata Kanayya menimpali. Rain tertawa lagi. "Lady mana?""Mana aku tahu, Nda, emangnya aku serumah sama dia?" sahut Rain ringan."Maksud Bunda, kenapa kamu nggak ajak dia ke sini sekalian?""Ngapain juga aku ajak dia, lagian bukannya dia kerja ya?”“Oh iya, Bunda lupa.” Kanayya kemudian membetulkan posisi duduknya. “Gimana hubungan kamu sama dia?”“Ya gitu deh.”“Gitu gi

  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Cari Suaka

    Rain baru saja mengantarkan Sydney ke rumahnya ketika dering ponselnya terdengar. Ia mengerutkan kening demi meyakinkan jika penglihatannya tidak salah saat melihat nama penelepon yang tertera di layar.'Ngapain Opi nelfon gue?' Hatinya bertanya-tanya. Opi adalah orang tua laki-laki ayahnya.Menyadari jika pertanyaannya tidak akan terjawab jika hanya diam, Rain segera menerima panggilan tersebut."Halo, Pi.""Rain, kamu lagi di mana?""Di jalan, Pi.""Kalau lagi nggak sibuk kamu bisa ke sini? Ini Omimu baru bikin puding kesukaanmu."Rain mengulas senyum tipis. Dari zaman masih kecil, neneknya itu selalu rajin membuatkan puding untuknya. Setiap weekend biasanya mereka akan menjemput Rain dan membawa ke rumah mereka. Di sana Rain akan dimanjakan dengan segala penganan lezat dan membelikan apa pun yang lelaki itu inginkan. Intinya, sebagai cucu satu-satunya Rain begitu dimanjakan. Apa pun keinginannya langsung terwujud saat itu juga tanpa drama panjang."Ya udah, Pi, mumpung aku lagi ng

  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Salam Jari Tengah (Part Dewasa)

    PS: Buat yang puasa bacanya setelah buka ya.***"Aku turun di sini aja," celetuk Lady tiba-tiba. Dari tadi ia diam dan hanya mendengarkan percakapan dua lelaki di depannya."Lo mau ke mana?" Rain menoleh ke belakang."Biar aku naik ojek aja," jawab Lady. Matanya berlarian gelisah ke arah jalan raya, mencoba menemukan sesuatu yang bisa membawanya pulang."Lo jangan aneh-aneh," timpal Rain, tidak ingin mengabulkan permintaan perempuan itu."Tapi aku--""Nggak ada tapi-tapian. Lo jangan nambah masalah gue lagi. Semua ini gara-gara lo, ngerti nggak?"Lady menggeleng tak percaya. Tidak mengerti kenapa orang egois ini selalu saja menyalahkannya atas kesalahan yang bahkan tidak ia lakukan.Ale yang mendengar interaksi Rain dengan Lady mengunci mulut dan memilih tidak ikut campur.Dering ponsel yang terdengar membuat Ale dan Lady sama-sama diam dan membiarkan suara Rain sebagai satu-satunya yang terdengar di antara mereka."Halo, Han?""Kamu di mana, Bae? Kenapa ninggalin aku sendirian? Kamu

  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Semua Gara-Gara Lady

    Tengah malam Sydney terbangun. Tangannya menggapai-gapai saat tidak merasakan dekapan hangat di tubuhnya. Namun ia hanya menemukan permukaan kasur yang dingin dan kosong yang membuat perempuan itu segera membuka mata."Bae...," panggilnya parau.Matanya yang tadi redup kini terbuka sempurna saat tidak menemukan Rain. "Bae!" Kali ini Sydney berseru lebih keras agar suaranya bisa didengar. Namun sama saja. Tetap tidak ada sahutan. Mungkin Rain sedang di kamar mandi, pikirnya.Sydney menunggu beberapa saat. Namun ketika selang beberapa menit kemudian Rain masih belum menampakkan diri, Sydney mulai khawatir.Perempuan itu turun dari ranjang, lalu berjalan mengitari kamar yang berakhir dengan kamar mandi."Bae, kamu ada di dalam?" Sydney memutar knop pintu kamar mandi. Ia hanya mendapati ruang kosong."Bae? Kamu ke mana?" Sydney semakin khawatir ketika ia tidak menemukan Rain tidak hanya di kamar namun juga di ruangan lain di apartemen itu.Bergegas diambilnya ponsel dan menghubungi sang

  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Seranjang Berdua, Satu Selimut Bersama

    Setelah memutuskan turun dari motor, Rain masih berpikir akan membawa Lady ke mana. Meskipun perempuan itu bilang tidak apa-apa dan baik-baik saja, tapi Rain tetap tidak tega meninggalkannya. "Kamu pulang aja, mungkin ini karena tekanan darahku agak rendah," kata Lady mengira-ngira.Rain melihat Lady sekilas kemudian merogoh saku, mengeluarkan ponsel dari sana. Ia terlihat menghubungi seseorang.Tak lama kemudian, sebuah taksi datang dan berhenti tepat di depan rumah itu."Ayo, Lad!" Rain menarik tangan Lady agar mengikutinya. "Kita mau ke mana?" "Pergi.""Tapi pergi ke mana?" Lady masih kebingungan."Lo jangan banyak tanya dulu, kalau gue bilang ikut ya ikut!"Lady akhirnya hanya bisa pasrah ketika Rain menyeretnya masuk ke dalam taksi."Hotel One Season, Pak." Rain menyebutkan tujuannya pada supir taksi."Hotel?" Lady memandang pada laki-laki di sebelahnya dengan sorot mata meminta penjelasan."Ya.""Tapi kita ngapain di sana?""Ya nginep dong, Lad, nggak mungkin juga buat shopp

  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Hangover

    'Rasanya kok aneh gini?' Lady berhenti menyesap ketika minuman tersebut terasa tidak bersahabat di lidahnya."Kenapa?" tanya Rain yang terlihat santai mengepulkan asap rokok."Aku nggak suka, nggak enak. Sudah ya, aku ke belakang dulu, nanti bos marah." Lady mengangkat tubuh dari kursi dan bersiap-siap untuk pergi, namun tangan Rain lebih sigap menahannya agar tetap berada di tempat itu."Di sini dulu temenin gue.""Sorry, aku nggak bisa.""Lima menit lagi nggak bisa juga?" tatap Rain tajam.Lady melihat jam di pergelangan tangannya dengan resah. "Nggak bisa.""Lo pulangnya jam berapa?""Tiga puluh menit lagi.""Ya sudah, sana! Gue tungguin." Rain mengibaskan tangannya seolah sedang mengusir seekor anak ayam."Menunggu? Kamu mau menungguku?""Iya, lo budek apa?"Ekspresi wajah Lady seketika berubah mendengar kalimat Rain yang kasar. "Justru karena aku mendengar kata-kata kamu dengan jelas makanya aku tanya lagi."Rain menghela napas sedikit keras, kesal pada Lady yang menurutnya lemot

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status