Share

Semua Demi Bunda

last update Last Updated: 2025-03-27 17:53:26

Menyetir sendiri, Rain pergi meninggalkan rumah kontrakan Lady. Perempuan itu meninggalkan begitu banyak kesan. Jika selama ini banyak wanita yang berebutan ingin tidur dengannya dan menggadaikan harga diri mereka, maka tidak dengan Lady. Malah dia terang-terangan menolak uang pemberian Rain.

“Udah susah, masih sombong,” kecam Rain kesal. Tapi Rain bersyukur karena keadaan Lady baik-baik saja setelah kejadian malam itu. Setidaknya perempuan itu masih sehat walafiat dan masih bernapas hingga saat ini.

“Lo di mana, Rain?” tanya Ale, sahabat sekaligus manajernya begitu Rain menerima telepon darinya.

“Gue on the way, mau balik. Lo ke mana aja sih, nyet? Kenapa ninggalin gue semalem?” Rain balas bertanya. Hingga saat ini ia masih kesal pada ketiga temannya, terutama pada Bobby yang sudah menjebaknya.

“Heh, lo duluan yang ngilang, malah bilang ninggalin.”

“Ck! Kampret ya lo pada. Gue nggak ninggalin tapi--”

“Udah, udah, ntar aja ceritanya. Gue mau kasih tahu, ada job buat lo, mau terima nggak?”

“Job apaan?”

“Iklan.”

“Iklan apa?”

”Iklan sabun pengilat sepeda motor.”

”Apa? Yang bener aja lo, Le. Masa gue dikasih iklan sabun. Gue nggak mau,” tolak Rain mentah-mentah.

“Hei, Man, biar kata cuma sabun tapi ini cuannya gede. Ayolah Rain, terima aja,” bujuk Ale dari seberang sana.

“Lo kayak yang baru kenal gue kemarin sore. Gue nggak peduli cuannya gede atau cuma seiprit. Gue mau iklan yang prestise.”

“Rain, tapi kan--”

“Nope, gue nggak mau. Gue ke sana sekarang,” tukas Rain mengakhiri panggilan.

Sebagai seorang idol, Rain paling tahu cara membuat kualitasnya tetap terjaga. Ia tidak akan mau membintangi iklan komersial sembarangan. Bagi Rain, prestise lebih berharga daripada uang. Rain sudah menentukan kelasnya sendiri.

***

”Rain, akhirnya lo dateng juga,” sambut Ale saat Rain tiba di camp.

“Apa lagi, Le? Gue nggak mau iklan sabun,” sahut Rain mengira Ale akan membicarakan masalah itu lagi.

”Lo suudzon banget ya sama gue, kan gue cuma nyapa lo doang.”

Rain menjatuhkan diri di sofa dan merentangkan kedua kaki ke atas meja. Ia mulai menyalakan rokok dan mengisapnya dalam-dalam. “Schedule gue apa aja?”

“Bulan ini kosong. Kompetisi kan baru mulai bulan depan. Kalau lo mau, banyak iklan yang antri, lo tinggal pilih mau yang mana.”

“Coba lo sebutin apa aja.”

”Ada iklan rokok, tapi ini gue skip, nggak bagus buat image lo. Terus ada iklan bank, baju-baju cowok, snack, sama helm SNI. Terus, ada iklan parfum juga.”

“Kalau iklan parfum gimana? Ini bukan yang kaleng-kaleng kan?” Rain tampat tertarik.

”Bukanlah. Yang ini limited edition, tapi gue nggak yakin lo bakal terima.”

”Kenapa?” Rain mengembuskan asap rokok ke udara.

”Scene-nya di ranjang sama cewek cuma ditutupin selimut doang. Lo dan dia harus naked. Gimana?” Ale menatap Rain ragu-ragu.

“Hmm…naked ya? Nggak deh. Nyokap gue bisa hipertensi kalau sampai tahu.”

Ale mencibir. “Gimana kalau nyokap lo tahu kalau lo dan Sydney living together?”

Rain mengibaskan tangan. Membuang jauh-jauh pikiran buruk dari kepalanya. Selama ini yang bundanya tahu adalah bahwa ia dan Sydney memang berpacaran, tapi tidak tahu sama sekali seperti apa persisnya gaya pacaran mereka.

‘Pokoknya Bunda nggak boleh tahu seperti apa gaya hidup aku sebenarnya,’ batin Rain. Selama ini ia cukup beruntung karena Kanayya selalu percaya padanya. Setiap kali Kanayya datang ke apartemennya kebetulan tidak ada Sydney di sana.

Rain kemudian mengembuskan napas berat yang membuat Ale jadi bertanya.

“Kenapa lagi? Ada masalah?”

”Lo percaya nggak kalau zaman sekarang masih ada yang namanya perjodohan?”

”Percaya aja sih, malah makin marak kalau menurut gue. Lo dijodohin?”

“Hmmm.”

”Serius?” Ale menatap Rain lebih lekat.

”Iya. Gue nggak ngerti sama Bunda, bisa-bisanya menjodohkan gue sama cleaning service? Dipikir gue OB apa!”

“Apa?” Ale yang terkejut kemudian tertawa.

”Jangan ngakak lo, nyet. Ini gue lagi curhat.”

”Oke, oke, gimana ceritanya?” Lelaki dengan nama lengkap Alexander Lee itu menyimpan tawa dalam-dalam.

“Jadi di rumah sakit tempat kerja Bunda tuh ada cewek yang kerja jadi cleaning service. Bunda bilang dia baik banget, beda sama cewek-cewek di sekitar gue yang katanya cuma manfaatin gue doang.”

”Terus lo mau?”

Rain menggeleng kuat-kuat. Sampai kapan pun dia tidak akan rela berjodoh sama perempuan itu.

“Ya udah, lo tinggal bilang ke nyokap, clear kan?”

“Nggak segampang itu, Le.”

“Nggak gampang gimana?”

“Gue nggak mau bikin Bunda sedih dan kecewa. Dari zaman gue masih dalam kandungan gue cuma punya Bunda. Bahkan Bunda rela nggak nikah lagi demi membesarkan gue. Padahal gue nggak masalah andai pun Bunda mau nikah lagi. Dari dulu tuh banyak banget yang pengen ngelamar Bunda, tapi ditolak semua. Jadi bisa lo bayangin kan gimana sayangnya gue ke Bunda? Gue nggak mau bikin Bunda kecewa. Gue cuma mau Bunda bahagia. Cuma itu.”

”I see…” Ale merasa ikut prihatin. “Tapi tuh cewek penampakannya gimana?”

“Lo inget nggak pelayan yang anter minuman waktu kita lagi di Romantic?”

”Hmmm… yang 36B?”

”Yup.”

“Jadi dia?” Ale terkejut. “Kok bisa?”

Lalu meluncurlah cerita panjang dari bibir Rain mengenai sepenggal kisah Lady dan kehidupannya. Tapi tidak ada solusi apa-apa yang bisa diberikan sang manajer karena semuanya tergantung pada Rain.

***

Sudah beberapa hari ini yang dilakukan Rain hanya tidur-tiduran. Selain jadwalnya kosong, Sydney juga lagi liburan dengan keluarganya ke luar negeri.

Rain terkejut ketika siang itu bundanya datang. Tidak hanya sendiri, tapi berdua dengan perempuan menyebalkan itu lagi. Rain langsung menunjukkan muka tidak suka saat melihat Lady.

“Astaga, Rain, ini kamar atau kandang kambing?” Kanayya geleng-geleng kepala melihat kamar Rain yang berantakan.

Rain menyeringai sambil garuk-garuk kepala. ”Maklum, Nda, namanya juga bujangan,” ia beralasan.

”Biar saya yang bersihin, Dok.” Dengan inisiatif sendiri, Lady langsung mengambil sapu dan mulai membersihkan ruangan itu.

”Nggak usah, Dy, kamu bukan pembantu di sini,” larang Kanayya.

Lady tidak peduli dan tersenyum singkat. “Nggak apa-apa, Dok.” Ia melanjutkan kegiatannya.

’Susah emang kalau jiwa babu, nggak bisa ngeliat berantakan dikit langsung ngerasa terpanggil,’ cibir Rain di dalam hati.

“Rain, Bunda mau ajak kamu nyekar ke makam Ayah. Kamu bisa ikut?” ujar Kanayya.

”Sekarang, Bund?”

Kanayya menganggukkan kepala. Puluhan tahun berlalu. Tapi ia masih rutin mengunjungi pusara mendiang suaminya. Cintanya memang tidak pernah mati pada laki-laki itu meskipun sang pemilik jiwa sudah lama berpulang.

“Aku ikut kalau gitu, kebetulan aku nggak lagi ngapa-ngapain.”

“Kita tunggu Lady dulu kalau begitu.”

Rain melirik pada Lady yang masih sibuk bersih-bersih. “Dia ikut juga?” tanyanya kurang senang.

”Iya.”

“Tapi untuk apa, Nda?”

“Apa salahnya, Rain? Suatu saat Lady kan bakal jadi istri kamu.”

Istri? Perempuan itu? Hiii… Rain bergidik jijik.

Meninggalkan Kanayya sendiri, Rain berjalan ke belakang. Dilihatnya Lady sedang memasukkan pakaian kotor ke dalam keranjang. Perempuan itu menoleh padanya saat mendapati sebuah bra.

”Ini punya anda?”

”Gila lo ya! Lo pikir gue cowok setengah mateng pake bra segala,” desis Rain separuh berbisik sambil merebut pakaian dalam tersebut dari tangan Lady. Jangan sampai Kanayya melihatnya.

“Jadi punya siapa?” Lady keheranan.

“Bukan urusan lo. Paham?” Rain bergegas pergi ke kamar mandi membawa bra tersebut.

Lady tinggal sendiri. Ia masih sangat marah pada Rain atas kejadian malam itu. Tapi sungkan menunjukkannya pada Kanayya. Kalau saja tadi Kanayya tidak mengajaknya ke sini, ia tidak akan mau.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Pura-Pura

    Tempat itu masih sama seperti biasanya. Sunyi dan menguarkan kesedihan. Meskipun begitu terawat, rapi dan bersih, tapi tetap saja auranya tidak akan pernah berubah.Rain melangkah di samping Kanayya sambil merangkul perempuan itu. Sementara Lady berjalan sendiri di belakang. Sejak awal ia sudah diberitahu kalau mereka akan ke tempat ini. Mengunjungi pusara ayahnya Rain yang meninggal di usia muda.Sekilas yang Lady dengar dari Kanayya, ayahnya itu tidak pernah tahu jika istrinya sedang mengandung anaknya. Menyedihkan. Rain dan Kanayya duduk bersisian menghadap makam. Sedangkan Lady di seberang mereka. Tidak ada suara yang terdengar, termasuk irama napas sekalipun. Ketiganya tampak khusyu’ berdoa.Hingga sesaat kemudian ketika Lady mengangkat muka ia mendapati muka Kanayya yang basah. Perempuan baik yang sangat diseganinya itu menangis.”Nis, aku datang sama anak kita. Sekarang Rain sudah besar. Dia beneran udah jadi pembalap meneruskan cita-cita kamu yang dulu,” isak Kanayya.“Nda, u

    Last Updated : 2025-03-27
  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Jelmaan Cleopatra

    Rain menunggu di depan fitting room, sedangkan Lady masih berada di dalam ruangan itu. "Ngapain aja sih dia di dalam sampai selama itu?" gerutu Rain sendiri.Kehabisan rasa sabar, Rain mengetuk pintu fitting room."Hei, lo ngapain aja?" Tidak ada sahutan dari Lady yang membuat Rain bertambah kesal. Ia mengetuk pintu sekali lagi. Sebelum tangannya sempat beradu dengan daun pintu, pintu berwarna putih itu dibuka dari dalam. Sosok Lady kini berdiri tegak di hadapannya."Saya nggak cocok ya pakai baju ini?" tanya perempuan itu pada Rain. Terlihat jelas kalau dia tidak percaya diri.Rain terkesima hingga untuk detik-detik yang lama kehilangan kemampuan mengerjapkan mata."Gimana menurut anda?""Cantik banget, Dy." Suara itu berasal dari seseorang di belakang Rain. Kanayya. "Iya kan, Rain?""B aja," sahut Rain datar. "Ya udah, Nda, aku tunggu di mobil. Sumpek di sini." Lelaki itu lalu pergi meninggalkan keduanya."Dia memang begitu orangnya. Kamu nggak usah ambil hati." Kanayya tersenyum

    Last Updated : 2025-03-27
  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   She's Not My Tipe

    “Rain, akhirnya kamu datang juga. Tadi Bunda kamu bilang ke Tante kalau nggak bisa datang. Jadinya kamu yang mewakili.”“Iya, Tante, Bunda yang minta aku datang ke sini,” jawab Rain pada Tiwi, teman sang bunda. Keduanya kemudian saling mendekap hangat.Tiwi kemudian mengamati perempuan yang berdiri di sebelah Rain. “Ini pacar baru kamu, Rain?”“Bukan, Tante, ini temenku.”“Temennya cantik banget,” komentar Tiwi saat melihat Lady yang berdiri kaku di sebelah Rain. Lady tersenyum tipis merespon sanjungan yang ditujukan padanya. Masa sih dirinya secantik itu? Ia merasa biasa-biasa saja. Dan selama ini belum pernah ada yang menyanjungnya dengan berlebihan.“Pembalap kita akhirnya datang juga. Tumben nih, lagi nggak sibuk?” River datang ke tengah-tengah mereka.”Nggak, Om, jadwalku kebetulan lagi kosong, makanya bisa ke sini.” Rain beralasan.River kemudian menepuk pelan pundak Rain. “Om bangga sama kamu, Rain. Nggak nyangka di umur semuda ini tapi prestasi kamu udah nggak kehitung lagi.

    Last Updated : 2025-03-27
  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Rumor

    Rain dan Lady pulang sebelum acara pesta berakhir. Nyaris di sepanjang acara Rain tidak memedulikan dan membiarkan Lady sendirian. Sementara ia sibuk dengan teman-teman yang ditemuinya di tempat itu."Biar aku naik taksi aja," putus Lady saat Rain berniat mengantarnya pulang."Nggak, gue anter lo sampe rumah." Rain menolak ide Lady. Ia tidak mungkin membiarkan perempuan itu pulang sendirian malam-malam begini."Nggak usah kalau nggak ikhlas. Aku lebih baik naik taksi aja.""Lo tuh nggak tau terima kasih banget. Tinggal duduk diam apa salahnya? Masuk!" perintah Rain setelah membuka pintu mobil.Terpaksa Lady mengikuti kemauan laki-laki itu setelah tidak punya alasan lagi untuk menolak. Dengan cepat Rain beralih ke bangku pengemudi dan menyalakan mesin. Dalam diam, Lady mencuri pandang ke arah Rain. Lelaki itu gagah, juga terlihat angkuh di saat bersamaan. Hidungnya yang tinggi semakin menambah kesan arogan apalagi jika dilihat dari samping begini."Lo kenapa ngeliat gue kayak gitu?"

    Last Updated : 2025-03-28
  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Curiga

    “Rain, kamu kan nggak lagi ngapa-ngapain. Jemput aku nanti siang di bandara. Aku sama Zee balik duluan. Mami sama Papi masih di Sydney.”Rain menghela napas setelah membaca pesan singkat dari Sydney. Sudah seminggu ini Sydney dan keluarganya berlibur ke Sydney. Sesuai dengan namanya, perempuan itu memang lahir di Sydney saat dulu orang tuanya bermukim di sana."Oke, Han, nanti aku jemput kamu." Rain membalas pesan tersebut.Meletakkan ponsel, Rain cepat-cepat mandi. Selama tidak ada kegiatan, hidupnya memang tidak teratur. Tidak ada yang dilakukannya selain tidur-tiduran, ngerokok, minum dan main ponsel.***Wajah cemberut Sydney adalah hal pertama yang dilihat Rain ketika ia sampai di bandara."Kangen banget sama kamu, hidup aku sepi nggak ada kamu," bisik Rain di telinga Sydney ketika ia memeluk erat perempuan itu."Bohong," tuding Sydney mengurai pelukan Rain dari tubuhnya."Bohong gimana?" Kerutan kecil tercipta di dahi Rain.Sydney mengambil ponsel dari dalam tas dan menunjukkan

    Last Updated : 2025-03-28
  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Let's Make Love

    “Jawab aku, Rain, ini punya siapa?”Rain bangkit dari ranjang, berjalan ke arah sofa mendekati Sydney. “Oh itu. Kemarin aku nemenin Bunda ke butik, terus Bunda mampir ke sini." Rain memamerkan senyum maut yang biasanya selalu berhasil membuat Sydney luluh."Tumben banget Bunda kamu belanja baju. Udah gitu kamu juga mau nemenin." Sydney masih tak percaya pada alasan yang disampaikan Rain."Nggak ada yang aneh kok, Han. Kadang-kadang Bunda emang suka belanja baju. Karena aku lagi nggak ada kegiatan makanya Bunda minta aku buat nemenin. Udah ah, masa kayak gitu aja ngebahasnya sampe satu jam. Aku kangen nih. Ke sana yuk!" Rain mengedipkan sebelah mata menggoda Sydney seraya melirik ranjang."Aku juga mau ditemenin beli baju." Sydney merengek manja."Iya... nanti aku temenin tapi sekarang sayang-sayangan dulu dong, udah penuh nih," janji Rain sembari menarik pelan tangan Sydney menuju ranjang.Desahan halus mencuri keluar dari bibir Sydney kala Rain mengecup leher jenjangnya."Jangan kasi

    Last Updated : 2025-03-28
  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Diam-Diam Perhatian

    Rain melangkah cepat mengejar Lady. Begitu satu langkah berada di belakang perempuan itu ia berhasil mencekal lengannya.Lady tersentak dan sontak menoleh ke belakang. "Sakit, lepasin tanganku!""Ikut gue sekarang!" Rain menyeret paksa Lady agar mengikutinya. Laki-laki itu membawa ke arah toilet. "Duh, sakit... lepasin!" Lady tidak bohong. Cekalan Rain di tangannya terlalu kuat dan membuatnya kesakitan.Rain tidak peduli. Ia menyandarkan perempuan itu di dinding lorong toilet. "Gue kan udah bilang jangan kerja di sini lagi, kenapa lo masih ngeyel?"Lady mengernyit. Tatapan mata Rain yang menusuk terasa begitu mengintimidasinya."Bukan urusanmu aku mau kerja di mana. Kok jadi kamu yang ngatur?" Lady menarik tangannya yang dicekal Rain sejak tadi."Jelas jadi urusan gue karena--""Karena apa?"Rain terdiam, kehilangan kata-kata untuk bicara."Pokoknya gue nggak mau lo kerja di sini lagi. Gue nggak suka."Lady tersenyum awkward menyaksikan lelaki di hadapannya. Tidak mengerti pada sik

    Last Updated : 2025-03-29
  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Hangover

    'Rasanya kok aneh gini?' Lady berhenti menyesap ketika minuman tersebut terasa tidak bersahabat di lidahnya."Kenapa?" tanya Rain yang terlihat santai mengepulkan asap rokok."Aku nggak suka, nggak enak. Sudah ya, aku ke belakang dulu, nanti bos marah." Lady mengangkat tubuh dari kursi dan bersiap-siap untuk pergi, namun tangan Rain lebih sigap menahannya agar tetap berada di tempat itu."Di sini dulu temenin gue.""Sorry, aku nggak bisa.""Lima menit lagi nggak bisa juga?" tatap Rain tajam.Lady melihat jam di pergelangan tangannya dengan resah. "Nggak bisa.""Lo pulangnya jam berapa?""Tiga puluh menit lagi.""Ya sudah, sana! Gue tungguin." Rain mengibaskan tangannya seolah sedang mengusir seekor anak ayam."Menunggu? Kamu mau menungguku?""Iya, lo budek apa?"Ekspresi wajah Lady seketika berubah mendengar kalimat Rain yang kasar. "Justru karena aku mendengar kata-kata kamu dengan jelas makanya aku tanya lagi."Rain menghela napas sedikit keras, kesal pada Lady yang menurutnya lemot

    Last Updated : 2025-03-29

Latest chapter

  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Bad Day

    Kalau ada orang paling rese', selalu membuat repot dan menyusahkan orang lain, maka Lady adalah orangnya. Setidaknya itu menurut Rain. “Kasihan dia pakai motor hujan-hujan begini, Rain, kamu antar sebentar ya…” Kalimat penuh permintaan yang disampaikan Kanayya membuat Rain tidak memiliki alasan apa-apa lagi untuk menolak.Dan saat ini perempuan itu duduk seperti anak kucing yang kedinginan di sebelahnya. Lady menyilangkan tangan, memeluk dirinya sendiri. Lebih dari lima menit yang lalu ia tidak bersuara sepatah kata pun. Hingga kemudian celetukan perempuan itu membuat Rain harus menoleh padanya.“Rain, sorry, bisa anterin aku ke rumah dulu? Baju kerjaku ketinggalan, aku nggak mungkin pake baju ini.” Lady juga baru menyadari hal tersebut. Bahkan hingga sekarang ia masih memakai baju Alana tadi.“Apa lo bilang? Mau ke rumah lo dulu? Lo pikir gue sopir yang bisa ngenterin lo ke mana-mana? Lagian udah gue bilang dari dulu jangan kerja di sana lagi, tapi lo masih nggak mau dengerin gue. A

  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Belajar Menjadi Istri

    Selama beberapa saat Rain hanya bisa termangu memandang ponsel dalam genggamannya. Ia bingung harus menjawab apa. ‘Duh, gimana nih? Nggak enak sama Bunda udah masak masakan kesukaan aku, tapi ntar kalau nggak jadi pasti Sydney bakal ngambek,’ pikir Rain.Kalau Bunda yang merajuk masih bisa diatasi. Tapi kalau Sydney? Jari-jari Rain kemudian bergerak membalas pesan dari perempuan itu.“Jadi dong, Han. Dandan yang cantik ya, nanti aku jemput kamu.”Balasan dari Sydney datang beberapa detik setelahnya. “As you wish, Bae. Love you.”“Love you more, Han…”***Di ruang belakang, Lady, Kanayya serta Bi Titi sedang masak bersama. Lady terlihat tidak canggung saat memegang benda-benda dapur karena sudah biasa melakukannya.“Dy, kamu udah tahu belum makanan kesukaan Rain?” tanya Kanayya pada Lady.”Belum, Dok,” jawab Lady yang baru saja memasukkan daging ke dalam panci presto.“Rain tuh suka sama sop daging yang mau kita masak sekarang. Nggak cuma sop, apa pun olahan daging Rain pasti suka. Ta

  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Lady Yang Selalu Merepotkan

    "Rain, keluar dulu, temenin Lady gih," suruh Kanayya pada Rain setelah memanggilnya di kamar Alana."Ck! Kenapa harus ditemenin segala, Nda? Siapa suruh dia ke sini?" "Bunda yang suruh," jawab Kanayya tegas. Bukan apa-apa, Kanayya hanya ingin mendekatkan Lady dengan Rain."Aku capek, Nda,mau istirahat." Rain masih menolak, tidak ingin bertemu dengan perempuan itu."Rain, kamu lupa janji kamu sama Bunda?""Aku nggak lupa, aku inget kok, tapi--""Rain, jangan membantah." Kanayya seperti tahu betapa putranya itu teramat menyayanginya dan tidak akan berani menolaknya."Iya, Nda, iya..." Dengan berat hati Rain bangkit dari ranjang lalu menyeret langkah terpaksa keluar dari kamar. Lady sedang melamun sendiri saat Rain muncul di depannya. Hanya dengan mengenakan kaos rumahan serta rambut yang awut-awutan, laki-laki itu sudah sedemikian menarik."Ngapain lo hujan-hujan ke sini? Kangen sama gue?" tanya Rain ketus begitu baru saja mendudukkan diri di sofa tunggal yang berada di hadapan Lady.

  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Surprise

    "Tumben banget Bunda sama Tante duduk bareng?" sapa Rain setelah turun dari mobil. Ia ikut bergabung duduk bersama kedua perempuan beda generasi itu."Kamu juga tumben ke sini?" balas Alana senada."Tiba-tiba aja aku kangen sama Tante makanya aku ke sini.""Tuh kan, panggil Tante lagi." Alana merengut.Rain tertawa renyah. Mengganggu dan menggoda Alana adalah hobinya dari dulu. Rain belum akan puas jika belum melihat perempuan itu merengut kesal. Andai saja Alana tahu betapa menggemaskan ekspresinya saat itu. Jika Alana bukan tantenya sudah Rain pacari dari dulu."Kamu ini, Rain, kapan sih nggak bikin tantemu kesal?" kata Kanayya menimpali. Rain tertawa lagi. "Lady mana?""Mana aku tahu, Nda, emangnya aku serumah sama dia?" sahut Rain ringan."Maksud Bunda, kenapa kamu nggak ajak dia ke sini sekalian?""Ngapain juga aku ajak dia, lagian bukannya dia kerja ya?”“Oh iya, Bunda lupa.” Kanayya kemudian membetulkan posisi duduknya. “Gimana hubungan kamu sama dia?”“Ya gitu deh.”“Gitu gi

  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Cari Suaka

    Rain baru saja mengantarkan Sydney ke rumahnya ketika dering ponselnya terdengar. Ia mengerutkan kening demi meyakinkan jika penglihatannya tidak salah saat melihat nama penelepon yang tertera di layar.'Ngapain Opi nelfon gue?' Hatinya bertanya-tanya. Opi adalah orang tua laki-laki ayahnya.Menyadari jika pertanyaannya tidak akan terjawab jika hanya diam, Rain segera menerima panggilan tersebut."Halo, Pi.""Rain, kamu lagi di mana?""Di jalan, Pi.""Kalau lagi nggak sibuk kamu bisa ke sini? Ini Omimu baru bikin puding kesukaanmu."Rain mengulas senyum tipis. Dari zaman masih kecil, neneknya itu selalu rajin membuatkan puding untuknya. Setiap weekend biasanya mereka akan menjemput Rain dan membawa ke rumah mereka. Di sana Rain akan dimanjakan dengan segala penganan lezat dan membelikan apa pun yang lelaki itu inginkan. Intinya, sebagai cucu satu-satunya Rain begitu dimanjakan. Apa pun keinginannya langsung terwujud saat itu juga tanpa drama panjang."Ya udah, Pi, mumpung aku lagi ng

  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Salam Jari Tengah (Part Dewasa)

    PS: Buat yang puasa bacanya setelah buka ya.***"Aku turun di sini aja," celetuk Lady tiba-tiba. Dari tadi ia diam dan hanya mendengarkan percakapan dua lelaki di depannya."Lo mau ke mana?" Rain menoleh ke belakang."Biar aku naik ojek aja," jawab Lady. Matanya berlarian gelisah ke arah jalan raya, mencoba menemukan sesuatu yang bisa membawanya pulang."Lo jangan aneh-aneh," timpal Rain, tidak ingin mengabulkan permintaan perempuan itu."Tapi aku--""Nggak ada tapi-tapian. Lo jangan nambah masalah gue lagi. Semua ini gara-gara lo, ngerti nggak?"Lady menggeleng tak percaya. Tidak mengerti kenapa orang egois ini selalu saja menyalahkannya atas kesalahan yang bahkan tidak ia lakukan.Ale yang mendengar interaksi Rain dengan Lady mengunci mulut dan memilih tidak ikut campur.Dering ponsel yang terdengar membuat Ale dan Lady sama-sama diam dan membiarkan suara Rain sebagai satu-satunya yang terdengar di antara mereka."Halo, Han?""Kamu di mana, Bae? Kenapa ninggalin aku sendirian? Kamu

  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Semua Gara-Gara Lady

    Tengah malam Sydney terbangun. Tangannya menggapai-gapai saat tidak merasakan dekapan hangat di tubuhnya. Namun ia hanya menemukan permukaan kasur yang dingin dan kosong yang membuat perempuan itu segera membuka mata."Bae...," panggilnya parau.Matanya yang tadi redup kini terbuka sempurna saat tidak menemukan Rain. "Bae!" Kali ini Sydney berseru lebih keras agar suaranya bisa didengar. Namun sama saja. Tetap tidak ada sahutan. Mungkin Rain sedang di kamar mandi, pikirnya.Sydney menunggu beberapa saat. Namun ketika selang beberapa menit kemudian Rain masih belum menampakkan diri, Sydney mulai khawatir.Perempuan itu turun dari ranjang, lalu berjalan mengitari kamar yang berakhir dengan kamar mandi."Bae, kamu ada di dalam?" Sydney memutar knop pintu kamar mandi. Ia hanya mendapati ruang kosong."Bae? Kamu ke mana?" Sydney semakin khawatir ketika ia tidak menemukan Rain tidak hanya di kamar namun juga di ruangan lain di apartemen itu.Bergegas diambilnya ponsel dan menghubungi sang

  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Seranjang Berdua, Satu Selimut Bersama

    Setelah memutuskan turun dari motor, Rain masih berpikir akan membawa Lady ke mana. Meskipun perempuan itu bilang tidak apa-apa dan baik-baik saja, tapi Rain tetap tidak tega meninggalkannya. "Kamu pulang aja, mungkin ini karena tekanan darahku agak rendah," kata Lady mengira-ngira.Rain melihat Lady sekilas kemudian merogoh saku, mengeluarkan ponsel dari sana. Ia terlihat menghubungi seseorang.Tak lama kemudian, sebuah taksi datang dan berhenti tepat di depan rumah itu."Ayo, Lad!" Rain menarik tangan Lady agar mengikutinya. "Kita mau ke mana?" "Pergi.""Tapi pergi ke mana?" Lady masih kebingungan."Lo jangan banyak tanya dulu, kalau gue bilang ikut ya ikut!"Lady akhirnya hanya bisa pasrah ketika Rain menyeretnya masuk ke dalam taksi."Hotel One Season, Pak." Rain menyebutkan tujuannya pada supir taksi."Hotel?" Lady memandang pada laki-laki di sebelahnya dengan sorot mata meminta penjelasan."Ya.""Tapi kita ngapain di sana?""Ya nginep dong, Lad, nggak mungkin juga buat shopp

  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Hangover

    'Rasanya kok aneh gini?' Lady berhenti menyesap ketika minuman tersebut terasa tidak bersahabat di lidahnya."Kenapa?" tanya Rain yang terlihat santai mengepulkan asap rokok."Aku nggak suka, nggak enak. Sudah ya, aku ke belakang dulu, nanti bos marah." Lady mengangkat tubuh dari kursi dan bersiap-siap untuk pergi, namun tangan Rain lebih sigap menahannya agar tetap berada di tempat itu."Di sini dulu temenin gue.""Sorry, aku nggak bisa.""Lima menit lagi nggak bisa juga?" tatap Rain tajam.Lady melihat jam di pergelangan tangannya dengan resah. "Nggak bisa.""Lo pulangnya jam berapa?""Tiga puluh menit lagi.""Ya sudah, sana! Gue tungguin." Rain mengibaskan tangannya seolah sedang mengusir seekor anak ayam."Menunggu? Kamu mau menungguku?""Iya, lo budek apa?"Ekspresi wajah Lady seketika berubah mendengar kalimat Rain yang kasar. "Justru karena aku mendengar kata-kata kamu dengan jelas makanya aku tanya lagi."Rain menghela napas sedikit keras, kesal pada Lady yang menurutnya lemot

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status