Share

557. MAYAT AIR TERJUN #5

Di hari keberangkatan misi, Lavi begitu heran padaku karena terlelap seperti orang yang tidak pernah tidur seribu tahun. Aku baru bangun di siang hari, sekitar empat jam sebelum keberangkatan. Dia begitu khawatir mendapati mataku sembab seolah dalam tidurku, aku menangis sepanjang waktu. Kubilang aku tidak masalah dan siap berangkat misi. “Ini bukan sembap. Ini efek bangun siang.”

Secara teknis, aku memeluk Bibi di Perbatasan sangat lama dan rasa kantuk menyerangku begitu saja setelah menangis di kehangatan pundak Bibi. Andai saja Bibi tidak sadar aku hampir tertidur, mungkin aku sudah terjebak di sana dan tidak pernah bisa kembali kemari lagi. Perlahan, aku semakin benci meninggalkan Bibi di Perbatasan. Aku benci melihatnya sedih, dan melebihi itu, aku benci mendapati diriku sendiri harus meninggalkannya yang sedang bersedih. Aku tidak sanggup melihat Bibi melambaikan tangan dengan senyum dan bekas air mata. Ketika Bibi berdiri di kejauhan—di momen ketika p

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status