Share

512. REMINISENSI #11

Bertempur bersama Profesor Merla saja sebenarnya sudah curang, tetapi ini ditambah kesadaran bertempur Reila yang luar biasa—plus, si topeng lucu.

Si topeng lucu sudah menghabisi dua monster raksasa saat kami menyerang.

Profesor Merla memutuskan menyerang satu monster raksasa. Kupikir akan lama, ternyata tidak. Hanya beberapa detik. Profesor Merla melayang, menghindari satu ayunan keras monster itu, lalu dalam sekejap memunculkan pusaran angin ke arah rongga dada monster itu. Kutinggal berkedip, rongga dada monster itu lubang, memancarkan darah monster ke segala arah. Hujan darah lagi.

Reila tidak mau kalah. Dia melayang, mengarahkan bongkahan batu begitu bertubi-tubi pada monster raksasa. Monster itu sampai tak punya kesempatan untuk balas menyerang. Begitu dia sadar, kepalanya sudah pecah karena ditabrak batu.

Hanya aku yang belum membasmi monster raksasa.

Namun, kupikirkan ucapan si topeng itu. Tak ada artinya kami membunuh monster sebanya

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status