Aku berdosa besar ke timku. Rencana kami kacau.
Namun, aku tidak bisa meninggalkan garis pertahanan hutan. Kalau hutan tidak bergerak dan kabut tidak muncul, hutan hanya menguntungkan Lavi. Tempat ini bekas tempat latihannya saat markas lama di hutan. Sayangnya, hutan bergerak, jadi aku tidak yakin tempat ini sama seperti ingatannya.
Aku juga mulai bisa merasakan seberapa luas hutan ini, bahkan sampai ke kegelapan hutan yang terasa begitu mengancam. Kuputuskan tidak menggerakkan hutan di belakang area teritorial kami. Tempat itu terasa mengancamku.
Namun, Haswin benar. Hutan tersambung ke area gerha.
Aku terdiam, duduk bersila di kedalaman hutan, dilindungi sulur-sulur dan tumbuhan. Lavi masih terdiam, tergeletak begitu saja. Aku berani sumpah Lavi juga sedang mengawasi pergerakanku. Saat aku terdiam, dia juga memutuskan tetap di tempat. Rencananya sulit ditebak. Untuk apa dia tetap berdiam di sana?
Sayangnya, kali ini rencananya benar-benar tidak
Pertempuran masih berlangsung sangat lama, tetapi setidaknya, Reila sudah tidak ada lagi di arena permainan.Aku meledakkan angin ribut yang melempar mereka.Reila terlempar ke udara, meski berhasil menghentikan diri di udara.Hanya saja, aku juga sudah melompat, menapak berulang kali dengan angin hingga di ketinggian yang sama sepertinya—Reila tidak sempat bereaksi, jadi aku menangkap tubuhnya, langsung meluncur ke luar hutan. Kurang lebih, aku berhasil membawanya sampai gerha meski kemelut terjadi di udara. Kami terguling berkali-kali ketika akhirnya mendarat di permukaan tanah.Reila masih mengedarkan pandangan, berusaha mengerti di mana dia, tetapi aku sudah menyerangnya lagi dengan sulur. Reila menghindar, terus mundur, tiba-tiba tidak sadar dirinya tersandung sesuatu: tangga Joglo.“Jangan-jangan—”Sekali lagi aku menghempaskan angin ribut. Reila berhasil tetap di tempat.Namun, ketika dia mengerjapkan ma
Lavi meringis ketika aku memeluknya. Dia tidak mampu bergerak beberapa lama. Di detik pertama kami bersentuhan antar kulit, aku merasakan sensasi seperti disetrum. Tentu saja aku langsung menarik diri, tetapi Lavi meringis.“Jangan lari. Peluk aku lagi. Tubuhku kaku.”Aku yakin itu efek samping menyalakan listrik dalam tubuhnya.Jadi, kami bahu membahu kembali ke padang rumput. Kondisi kami benar-benar kacau. Dokter Gelda dan Kara berhasil menyusul ke tempat kami. Elton bisa terbangun lagi setelah Dokter Gelda memicu kesadarannya. Tidak ada yang paham bagian mana yang membuatnya pingsan: kelelahan kemampuan, seranganku, atau serangan Lavi. Setidaknya, komentar pertama Kara adalah, “Ini melebihi apa pun.”“Ya,” komentar Nuel, masih terguncang cukup kuat. Sorotnya syok.“Mana Reila?” tanya Dokter Gelda.Aku sedang mendekap Lavi ketika menyadarinya, “Ah, benar. Kara.”Kara langs
Pelindung mengizinkan pemiliknya mengetahui keseluruhan isi pelindung.Itu artinya, aku pasti tahu semua celah tersembunyi yang ada di Joglo—aku tahu ada lorong-lorong tersembunyi di bawah tanah Joglo yang terhubung ke suatu tempat. Aku tahu ruangan tersembunyi di Joglo sebenarnya tidak hanya Anggara. Itu tersebar begitu banyak di lantai atas, tempat buku-buku tua berjajar. Aku tahu ada ruangan-ruangan senjata tempat penyimpanan peninggalan para pejuang yang telah gugur. Aku tahu semua tempat yang ada di Joglo.Namun, ruangan tempat Aza bisa mewujud—itu tidak pernah kutahu.Aku tidak tahu bagaimana prosesnya—sepertinya karena Reila mengalami itu di Joglo yang, secara teknis, wilayah kekuasaanku—tetapi ketika mulai terlelap, aku bermimpi melihat Reila memasuki bagian terdalam Joglo di balik relief.Reila berulang kali membuka tutup semua ruangan di Joglo. Setahuku, Reila memang punya rasa ingin tahu tinggi pada hal-hal aneh yang han
Kalau diingat lagi, semuanya memang masuk akal.Dalton hilang di alam liar. Reila hilang masuk sarang monster. Lalu urutan misi penyelidikan tersampaikan ke musuh dengan cepat, informan harus paham dan ikut di Rapat Dewan. Masalahnya, tidak ada yang tahu sejak kapan Troy menjadi Kenzie. Kalau Troy menjadi Kenzie sejak misi penyelidikan, itu tidak menjawab semua keanehan yang terjadi sebelumnya.Itu artinya, pengkhianat harus sudah ada di Rapat Dewan sejak awal.Dan bukankah itu memang benar? Padang Anushka mengharamkan semua penghuni menyebut nama-nama terlarang. Jadi, mengapa sebelum misi pertamaku Profesor Neil bisa menyebut nama pemimpin musuh dengan sangat ringan?Dan, siapa sebenarnya yang meminta Aaron menunjukkan foto Lavi dengan Erick padaku agar fokusku kacau sebelum misi pertama?Sayangnya, obrolan serius Aza belum berakhir di sana.Reila terlalu terkejut sampai trans.“Tidak percaya?” tanya Aza.“Pe
Penerangan Padang Anushka kembali tepat sebelum jam malam setelah tim gabungan antara Kara, Dalton, Nuel, Lavi, dan beberapa penghuni Mars berkutat memperbaiki jaringan listrik selama tiga jam. Mereka perlu mengganti kabel yang saling tersambung, jadi proses itu cukup lama.Ketika Dalton memperbaiki tiang utama di dekat Balai Dewan, aku menjadi bagian yang menghabiskan makanan tim tungku. Kurang lebih Dalton juga minta bantuanku, tetapi aku tidak tahu apa yang harus kulakukan, jadi aku membantu apa yang dia perintahkan, seperti, “Awasi kabel itu,” atau “Coba nyalakan tombol di dalam, jangan salah pencet lagi, aku bisa mati,” atau “Bisakah kau bawakan keripik itu padaku daripada kau menghabiskannya sendirian?”Aku tidak masalah sekali ini saja dia menyuruh-nyuruh.Ketika jaringan listrik berhasil kembali, Padang Anushka juga hidup lagi.Fal tidur bersama Reila di Gerha. Dan aku tidur sepanjang siang, jadi posisi kami bertukar. Aku terjaga sepanjang malam.“Sekarang aku patroli,” kata E
Kami bertemu lagi dengan Elka. Dia bertanya tempat kami bermalam.Kara bilang, “Aku bersama Jenderal, Nak.”Kubilang, “Klinik.”Di ruang tunggu klinik, tentu saja ada Isha dan Tara. Dokter Gelda tidak ada di mana-mana, tetapi sebagai gantinya, Mika di sana. Mereka sedang bercanda saat tiba-tiba aku membuka pintu klinik.“Loh, Forlan?” sapa Mika. “Melanggar jam malam?”“Tadi minta keringanan,” Tara yang menjawab. “Sudah selesai sama Kara?”“Sudah.”“Air mukamu kusut juga,” komentar Isha. “Mau tidur? Ada Elton.”“Ada Elton?” Aku tidak tahu mengapa terkejut. “Aku sudah tidur agak lama siang tadi. Setidaknya, sampai Fal menjerit di telingaku. Kenapa Mika di sini?”“Tidak boleh, ya?”“Cuma bertanya. Biasanya tidak di sini.”“Kabur dari Dhiena,” akunya jujur. “Aku capek buat baju. Mengobrol waktu tengah malam bisa membuatmu lebih jujur. Ayo ngobrol.”Aku duduk di dekat mereka. “Tidak capek waktu sarapan nanti?”“Tentu saja capek. Tapi sudahlah. Pikir nanti saja.”“Ada kejadian?” tanya Isha,
Aku baru tahu Lavi bisa demam.Isha bilang itu cukup wajar. Biasanya dialami karena aliran energi pemilik kemampuan tidak bekerja sempurna. Jadi, Isha cuma menyarankan, “Bawa saja ini. Empon-empon. Suruh dia istirahat. Besok pagi setelah bangun, minum lagi sebotol. Jangan paksa dia terjaga. Empon-empon cuma meredakan gejala.”“Memangnya kalau parah bisa seperti apa?”“Kejang-kejang. Mati. Masalahnya di aliran energinya.”Aku langsung melompat mencari Elka.Haswin pernah bilang kalau butuh sesuatu di jam malam, aturannya harus lapor di bukit perbatasan, jadi aku hampir beranjak ke sana, tetapi tiba-tiba bertemu Elka yang sedang berputar di jalur penghubung.“Brengsek!” umpatnya, saat aku melapor. “Kau cuma mau bercumbu!”“Kau tidak lihat aku bawa empon-empon?”“Cuma alasan!”“Bego. Sudahlah. Aku pergi sekarang. Lavi bisa kejang-kejan
Sekarang aku mengerti bagaimana citra roh alam bisa muncul.Ketika pagi tiba, aku tahu Lavi terbangun, tetapi dia tidak menghampiriku. Tampaknya dia langsung merasakan posisiku yang masih di gerhanya. Kupikirkan dia akan menuntut mengapa tidak menemukanku masih tidur di sebelahnya, tetapi ternyata tidak. Dia bergerak ke kamar mandi. Dia pasti lama membasuh diri—jadi aku tetap melanjutkan latihan pagi. Kondisi benakku lebih tenang dari malam saat di kano, jadi untuk beberapa kali percobaan, hasilnya bisa lebih baik.Lavi baru menghampiriku ketika dia memintaku makan—Lavi adalah salah satu penghuni yang jarang ambil jatah makan di dapur, kecuali dia malas masak. Jadi, dia terkejut melihat kupu-kupu mengelilingiku dan burung-burung bertengger. Dia tidak lagi bisa berkomentar apa-apa ketika aku duduk dikelilingi pendar kabut yang memperlihatkan sesuatu. Dia terpukau begitu saja saat berhasil mendekat.“Ini... apa?” tanyanya, berjongkok di seb