Share

152. PEDANG #4

Jembatan hanya tinggal beberapa langkah, tetapi Mister membantingku.

Pertempuran yang harusnya sengit itu berakhir sangat singkat karena tidak ada lagi hal jernih yang bisa kulihat. Area pandangku dipenuhi air mata, benakku dipenuhi amarah, kesadaranku dipenuhi perasan tak berdaya. Aku tahu harus segera pergi. Aku tahu harus segera menemukan Lavi ketika batu miliknya tidak berwarna pekat lagi. Perlahan, semakin aku memandanginya, warna itu semakin pudar. Titik ini harusnya menjadi pertempuran sengit ketika aku harus lolos dari Mister. Pedang perunggu di tanganku, Mister tangan kosong—aku harusnya bisa melewatinya.

Jadi, ketika Mister di depanku, seolah mengerti sepenuhnya bahwa aku akan melompat keluar Padang Anushka—bahkan meski Kara ada di gelanggang, melatih kandidat baru, dan curiga dengan gerak-gerikku—bahkan meski Fal menyapa dan pastinya ingin mengajakku bermain—bahkan meski semua orang melewatiku yang penuh air mata—menatap dengan

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status