“Dayana, cepat! aku harus kerja!” seru seorang wanita dengan rambut keriting mengembang yang tengah menanti dengan tak sabaran di depan pintu sambil melirik jam tangan miliknya. Tok tok… Ia semakin mengetuknya dengan cukup keras. “Iya, ya, bentar!” balas Dayana dari dalam. “Aish, ck!” decaknya kesal dipagi hari, bahkan kaki dan tangannya tak berhenti berkutik seperti orang kesemutan. Tak lama akhirnya pintu terbuka dengan menampilkan Dayana yang telah rapi dengan menggendong seorang anak kecil yang tidak lain adalah anaknya- Kelly. “Aish, kenapa lama banget, sih!” cercanya. “Sorry, An. Nih, aku titip Kelly,” Dayana langsung memberikan anaknya pada Ana. “Udah sana cepet, nanti sidang cerainya dibatalin lagi karena kamu," Kata Ana. “Huuuh” Dayana menghela nafasnya cukup panjang untuk menstabilkan deru jantungnya. “Awas, jangan sampai gagal, ok,” peringat Ana pada Dayana yang hanya mengangguk saja. “Yaudah, aku berangkat." Dayana telah siap. "Kelly sayang, mommy pergi dulu, y
Ana telah mengetuk berkali-kali pintu Dayana ditiap paginya tetapi yang ia dengar hanya gemericik air keran. Ana menduga Dayana tengah mandi atau mencuci piring. Ia juga pernah mencoba membuat Dayana keluar namun wanita itu tak pernah sekali pun keluar. Pekerjaan nya pun terbengkalai karena kejadian itu. Tetapi pada suatu hari saat dimana manager tari Dayana datang, laki-laki tambun itu berusaha membuat Dayana keluar. “Dayana!” Tok tok tok... “Dayana, ini aku Bondan!” panggilnya. “Dayana, aku tau semua masalahmu, aku tau kau bercerai dan kehilangan Kelly, tapi kami disini Dayana, Dayana, bukalah sekali saja. Mari kita bicarakan ini, ok, kamu tidak bisa terus hidup ini dan aku akan membantumu mencari Kelly,” ucap Bondan. Ceklek... Pintu akhirnya terbuka sedikit memberikan cela bagi Bondan untuk masuk. Bondan merasa begitu senang karena Dayana mendengarkannya. Ia bergegas masuk menemui Dayana. Melihat rumah yang berantakan dan tak terurus, serta dengan keadaan Dayana yang memperiha
Dalam perjalanan pulang Dayana berfikir untuk pergi sebuah tempat dan menyuruh sopir taksi memutar jalan. Tak lama ia telah sampai tempat yang ia tuju, sebuah padepokan tempat oranng belajar menari. Penari handal seperti dirinya dulu pernah belajar di padepokan ini, tempat dirinya di bina dengan berbagai macam tarian, tradisional jawa, modern, maupun tarian klasik barat. Dilihatnya banyak sekali anak kaula muda yang sedang belajar menari tradisional jawa yang khas. Dayana kembali teringat akan masa-masa dulu saat belajar keras disini, mulai dari usianya tujuh tahun sampai tujuh belas tahun baru ia keluar untuk meniti karirnya. Saat ini ia tengah berkeliling sambil melihat mereka yang belajar menari. Di suatu waktu ia terpaku dan tersenyum lebar saat melihat guru tari yang sangat ia rindukan. Guru tari itu melihatnya dan menyapanya dengan senyum. Dayana memutuskan untuk melihat dan menunggu sampai kegiatan selesai. Tak lama menunggu akhirnya sang guru mendatanginya. “Dayana,” “Sal
Akhirnya mereka pergi dari sana dan mulai besok Dayana akan bekerja tanpa henti. Pagi sampai siang, ia akan menari di alun-alun dan dari sore sampai tengah malam ia akan bekerja di Bar. Selama 2 bulan berjalan bekerja banting tulang tanpa lelah di dua tempat membuatnya sangat lelah dan nyeri akan tubuhnya namun di dalam pikiran dan hatinya ia memikirkan anaknya. Dayana sangat merindukan sosok Kelly. Selama di Bar cukup baik karena Alex kadang menjaganya apabila ada orang yang bersikap sarkas padanya tetapi untuk sekedar menemani minum ia bersedia dengan senang hati sambil bercanda. Ia tidak terlalu mempermasalahkan kerjaannya karena memang inilah cara kerjanya. Tak dirasa hampir 5 bulan ia bekerja dan mengumpulkan pundi-pundi uang yang cukup banyak dalam tabungannya. Ia sangat senang dan ingin cepat—cepat pergi ke Inggris. Kali ini di saat menari di alun-alun taman kota Dayana didatangi Bondan dan Ana. Mereka memlih berbincang di pojok taman. “Ada apa, Na, Dan?” tanya Dayana melirik
Saat pagi hari di kota Birmingham yang sejuk dan dengan berbagai macam aktivitas yang menarik, Dayana melanjutkan perjalananannya untuk mencari alamat Khaterina. Hari ini adalah hari minggu yang menyenangkan karena taman Canon Hill Park yang sangat luas dipenuhi banyak orang yang bersantai dan bersepeda di sekeliliing taman menikmati alusnya angin taman. Dengan mantel yang tidak terlalu tebal, Dayana mulai menjelajahi kota Birmingham sambil mencari alamat Khaterina. Dijalan ia menjumpai tarian Morris yang menarik dirinya untuk diam melihat. Sangat menarik tarian trdisional Inggris satu ini. Usai melihat, Dayana kembali pergi dengan mengenakan taksi mencari alamat, tak disangka di alun-alun kota birmingham terlihat parade besar untuk menyambut kedatangan putra mahkota di Istana Buckingham Palace yang ditempati kediaman ratu Inggris. Dayana tidak terlalu ingin untuk melihat hal yang terbilang menarik saat melihat para putra mahkota datang berkunjung. Dayana lebih memilih mencari alamat
Pagi hari sekali Dayana mengunjungi Istana Dentanio bersama Khaterina, kerajaan yang ditempati oleh para pangeran kerajaan dari keluarga ke dua Raja Phillipe Flandrick dengan mendiang ratu Margarette Von Flandrick. Tujuannya untuk bekerja sebagai penari adalah harapan terakhirnya untuk bisa bertemu dengan anaknya. Mereka telah berada pada area kerajaan yang begitu sangat luas dengan pemandangan halaman yang memukau mata bahkan Dayana tmelihat sekeklilingnya yang bertaburan banyak sekali berbagai bunga yang indah. “Jangan terlalu gugup, Dayana, masuk ke istana pangeran tidak terlalu sulit. Hanya kuatkan mental saja.” Ucapan Khaterina di akhir kalimat cukup membuat Dayana berfikir hal lain untuk lebih waspada karena ini adalah kerajaan para pangeran kerajaan yang dibanggakan oleh Ratu Elizabeth II. Sesampainya di tempat pendaftaran, Dayana kembali gugup pasalnya pandangan orang eropa cukup menakutkan baginya apalagi tanpa senyum. Terlihat akward sekali. “Hello, Madam Crossy!" Khateri
Khaterina dan Dayana telah masuk keruang latihan. Puluhan penari tengah bersiap untuk latihan. Khaterina pun di sapa dengan hangat. “Pagi, Mrs. Khaterina!” sapa semuanya. Dayana yang berada disampingnya hanya tersenyum kaku memandang para penari yang memandangnya. “Pagi semuanya!” sapa Khaterina balik. “Siapa itu, Mrs. Khaterina?” tanya salah satu penari. Khaterina melirik Dayana lalu menyuruhnya mengikuti langkahnya untuk kedepan. “Berkumpullah, akan aku beritahu.” Semuanya berkumpul di depan Khaterina sementara Dayana masih terlihat malu. “Kenalkan semua, namanya Dayana dari Indonesia dan akan menjadi penari disini bersama kalian!” beritahunya. Prok.... prok... Semuanya bertepuk tangan dengan meriah dan terlihat senang dengan keberadaan Dayana. Dayana pikir orang-orang barat akan terasa dingin dan angkuh, namun sambutan dan sapaan mereka kepadanya cukup membuat dirinya lega. “Wahhh, dia sangat cantik Mrs Khaterina, hai Dayana!” ungkap salah satu penari yang terlihat senang
Mengingat perbincangannya dengan teman-teman barunya di Istana, Dayana menjadi khawatir perihal memuaskan nafsu dan beberapa peraturan lainnya. Sejak pulang dan sampai tengah malam ia tidak bisa tidur sekalipun. Ia terus saja menatap dirinya di cermin sambil memperhatikan wajah dan badannya yang ia rasa harus di jaga.Dan keesokan harinya di dapur, Khaterina yang menyiapkan sarapan memanggil Dayana untuk sarapan Bersama.“Dayana! Apa kau sudah bangun! Keluarlah sarapan!” panggilnya sambil menyiapkan makanan di meja persegi itu.Tidak ada jawaban dan Khaterina lagi-lagi memanggil.“Dayana, cepatlah! Hari ini latihan terakhir menari jadi turunlah sarapan!” panggil Khaterina lagi.Huh…Khaterina sudah siap dengan makanannya. Namun Dayana belum kunjung keluar. Khaterina menjadi bingung dan memilih untuk menghampiri Dayana ke kamarnya.Namun niatnya terhenti saat Dayana muncul dan membuat Khaterina yang melihat penampilan Wanita itu menjadi aneh. Tubuh dan wajah Dayana terlihat kusam dan t
Khaterina dan Dayana telah masuk keruang latihan. Puluhan penari tengah bersiap untuk latihan. Khaterina pun di sapa dengan hangat. “Pagi, Mrs. Khaterina!” sapa semuanya. Dayana yang berada disampingnya hanya tersenyum kaku memandang para penari yang memandangnya. “Pagi semuanya!” sapa Khaterina balik. “Siapa itu, Mrs. Khaterina?” tanya salah satu penari. Khaterina melirik Dayana lalu menyuruhnya mengikuti langkahnya untuk kedepan. “Berkumpullah, akan aku beritahu.” Semuanya berkumpul di depan Khaterina sementara Dayana masih terlihat malu. “Kenalkan semua, namanya Dayana dari Indonesia dan akan menjadi penari disini bersama kalian!” beritahunya. Prok.... prok... Semuanya bertepuk tangan dengan meriah dan terlihat senang dengan keberadaan Dayana. Dayana pikir orang-orang barat akan terasa dingin dan angkuh, namun sambutan dan sapaan mereka kepadanya cukup membuat dirinya lega. “Wahhh, dia sangat cantik Mrs Khaterina, hai Dayana!” ungkap salah satu penari yang terlihat senang
Pagi hari sekali Dayana mengunjungi Istana Dentanio bersama Khaterina, kerajaan yang ditempati oleh para pangeran kerajaan dari keluarga ke dua Raja Phillipe Flandrick dengan mendiang ratu Margarette Von Flandrick. Tujuannya untuk bekerja sebagai penari adalah harapan terakhirnya untuk bisa bertemu dengan anaknya. Mereka telah berada pada area kerajaan yang begitu sangat luas dengan pemandangan halaman yang memukau mata bahkan Dayana tmelihat sekeklilingnya yang bertaburan banyak sekali berbagai bunga yang indah. “Jangan terlalu gugup, Dayana, masuk ke istana pangeran tidak terlalu sulit. Hanya kuatkan mental saja.” Ucapan Khaterina di akhir kalimat cukup membuat Dayana berfikir hal lain untuk lebih waspada karena ini adalah kerajaan para pangeran kerajaan yang dibanggakan oleh Ratu Elizabeth II. Sesampainya di tempat pendaftaran, Dayana kembali gugup pasalnya pandangan orang eropa cukup menakutkan baginya apalagi tanpa senyum. Terlihat akward sekali. “Hello, Madam Crossy!" Khateri
Saat pagi hari di kota Birmingham yang sejuk dan dengan berbagai macam aktivitas yang menarik, Dayana melanjutkan perjalananannya untuk mencari alamat Khaterina. Hari ini adalah hari minggu yang menyenangkan karena taman Canon Hill Park yang sangat luas dipenuhi banyak orang yang bersantai dan bersepeda di sekeliliing taman menikmati alusnya angin taman. Dengan mantel yang tidak terlalu tebal, Dayana mulai menjelajahi kota Birmingham sambil mencari alamat Khaterina. Dijalan ia menjumpai tarian Morris yang menarik dirinya untuk diam melihat. Sangat menarik tarian trdisional Inggris satu ini. Usai melihat, Dayana kembali pergi dengan mengenakan taksi mencari alamat, tak disangka di alun-alun kota birmingham terlihat parade besar untuk menyambut kedatangan putra mahkota di Istana Buckingham Palace yang ditempati kediaman ratu Inggris. Dayana tidak terlalu ingin untuk melihat hal yang terbilang menarik saat melihat para putra mahkota datang berkunjung. Dayana lebih memilih mencari alamat
Akhirnya mereka pergi dari sana dan mulai besok Dayana akan bekerja tanpa henti. Pagi sampai siang, ia akan menari di alun-alun dan dari sore sampai tengah malam ia akan bekerja di Bar. Selama 2 bulan berjalan bekerja banting tulang tanpa lelah di dua tempat membuatnya sangat lelah dan nyeri akan tubuhnya namun di dalam pikiran dan hatinya ia memikirkan anaknya. Dayana sangat merindukan sosok Kelly. Selama di Bar cukup baik karena Alex kadang menjaganya apabila ada orang yang bersikap sarkas padanya tetapi untuk sekedar menemani minum ia bersedia dengan senang hati sambil bercanda. Ia tidak terlalu mempermasalahkan kerjaannya karena memang inilah cara kerjanya. Tak dirasa hampir 5 bulan ia bekerja dan mengumpulkan pundi-pundi uang yang cukup banyak dalam tabungannya. Ia sangat senang dan ingin cepat—cepat pergi ke Inggris. Kali ini di saat menari di alun-alun taman kota Dayana didatangi Bondan dan Ana. Mereka memlih berbincang di pojok taman. “Ada apa, Na, Dan?” tanya Dayana melirik
Dalam perjalanan pulang Dayana berfikir untuk pergi sebuah tempat dan menyuruh sopir taksi memutar jalan. Tak lama ia telah sampai tempat yang ia tuju, sebuah padepokan tempat oranng belajar menari. Penari handal seperti dirinya dulu pernah belajar di padepokan ini, tempat dirinya di bina dengan berbagai macam tarian, tradisional jawa, modern, maupun tarian klasik barat. Dilihatnya banyak sekali anak kaula muda yang sedang belajar menari tradisional jawa yang khas. Dayana kembali teringat akan masa-masa dulu saat belajar keras disini, mulai dari usianya tujuh tahun sampai tujuh belas tahun baru ia keluar untuk meniti karirnya. Saat ini ia tengah berkeliling sambil melihat mereka yang belajar menari. Di suatu waktu ia terpaku dan tersenyum lebar saat melihat guru tari yang sangat ia rindukan. Guru tari itu melihatnya dan menyapanya dengan senyum. Dayana memutuskan untuk melihat dan menunggu sampai kegiatan selesai. Tak lama menunggu akhirnya sang guru mendatanginya. “Dayana,” “Sal
Ana telah mengetuk berkali-kali pintu Dayana ditiap paginya tetapi yang ia dengar hanya gemericik air keran. Ana menduga Dayana tengah mandi atau mencuci piring. Ia juga pernah mencoba membuat Dayana keluar namun wanita itu tak pernah sekali pun keluar. Pekerjaan nya pun terbengkalai karena kejadian itu. Tetapi pada suatu hari saat dimana manager tari Dayana datang, laki-laki tambun itu berusaha membuat Dayana keluar. “Dayana!” Tok tok tok... “Dayana, ini aku Bondan!” panggilnya. “Dayana, aku tau semua masalahmu, aku tau kau bercerai dan kehilangan Kelly, tapi kami disini Dayana, Dayana, bukalah sekali saja. Mari kita bicarakan ini, ok, kamu tidak bisa terus hidup ini dan aku akan membantumu mencari Kelly,” ucap Bondan. Ceklek... Pintu akhirnya terbuka sedikit memberikan cela bagi Bondan untuk masuk. Bondan merasa begitu senang karena Dayana mendengarkannya. Ia bergegas masuk menemui Dayana. Melihat rumah yang berantakan dan tak terurus, serta dengan keadaan Dayana yang memperiha
“Dayana, cepat! aku harus kerja!” seru seorang wanita dengan rambut keriting mengembang yang tengah menanti dengan tak sabaran di depan pintu sambil melirik jam tangan miliknya. Tok tok… Ia semakin mengetuknya dengan cukup keras. “Iya, ya, bentar!” balas Dayana dari dalam. “Aish, ck!” decaknya kesal dipagi hari, bahkan kaki dan tangannya tak berhenti berkutik seperti orang kesemutan. Tak lama akhirnya pintu terbuka dengan menampilkan Dayana yang telah rapi dengan menggendong seorang anak kecil yang tidak lain adalah anaknya- Kelly. “Aish, kenapa lama banget, sih!” cercanya. “Sorry, An. Nih, aku titip Kelly,” Dayana langsung memberikan anaknya pada Ana. “Udah sana cepet, nanti sidang cerainya dibatalin lagi karena kamu," Kata Ana. “Huuuh” Dayana menghela nafasnya cukup panjang untuk menstabilkan deru jantungnya. “Awas, jangan sampai gagal, ok,” peringat Ana pada Dayana yang hanya mengangguk saja. “Yaudah, aku berangkat." Dayana telah siap. "Kelly sayang, mommy pergi dulu, y