Saat pagi hari di kota Birmingham yang sejuk dan dengan berbagai macam aktivitas yang menarik, Dayana melanjutkan perjalananannya untuk mencari alamat Khaterina. Hari ini adalah hari minggu yang menyenangkan karena taman Canon Hill Park yang sangat luas dipenuhi banyak orang yang bersantai dan bersepeda di sekeliliing taman menikmati alusnya angin taman.
Dengan mantel yang tidak terlalu tebal, Dayana mulai menjelajahi kota Birmingham sambil mencari alamat Khaterina. Dijalan ia menjumpai tarian Morris yang menarik dirinya untuk diam melihat. Sangat menarik tarian trdisional Inggris satu ini. Usai melihat, Dayana kembali pergi dengan mengenakan taksi mencari alamat, tak disangka di alun-alun kota birmingham terlihat parade besar untuk menyambut kedatangan putra mahkota di Istana Buckingham Palace yang ditempati kediaman ratu Inggris.
Dayana tidak terlalu ingin untuk melihat hal yang terbilang menarik saat melihat para putra mahkota datang berkunjung. Dayana lebih memilih mencari alamat dan beristirahat penuh agar pulih untuk mencari anaknya.
Saat ini, ia telah sampai pada daerah Khaterina, ia memilih berjalan sambil mencari nomor rumah. Sambil mencari, ia membeli beberapa roti untuk menambal perutnya yang keroncongan. Tiba-tiba, seseorang menyenggolnya keras dan membuat makanannya terjatuh.
“Aw” Dayana merasakan sakit di bahunya karena benturan keras oleh orang yang berlari tadi. Orang itu langsung memasuki toko bunga di depannya dengan cepat. Ia menghela nafas kesah saat melihat roti nya yang tinggal setengah terbuang begitu saja.
Lalu disampingnya ada orang yang ber jas sangat rapi berlari dan berhenti didepannya, ia merasa kalau orang ini tengah mengejar orang yang membuat rotinya terjatuh. Orang itu terlihat kebingungan mencari sekelilingnya, saat dirasa tak ada, ia kembali pergi. Dayana yang tidak perduli melanjutkan perjalanannya.
Ia kembali berjalan, saat ditengah perjalanan ia tertarik dengan perempuan yang tengah menari tarian flamenco yang sangat indah dibaluti dengan kain mengembang yang membuatnya lebih menarik. Dayana tersenyum melihatnya, apalagi cukup banyak orang melihatnya dan memenuhi kotak uang yang terbilang untuk donasi.
Namun sayang, di tengah tariannya si perempuan yang berperan aktif tiba-tiba terjatuh dan kakinya terkilir. Dengan rasa malu yang ada, perempuan itu mencoba berdiri namun ia terjatuh lagi dan tak bisa berdiri, kakinya terlalu sakit untuk sekedar berdiri. Wajahnya juga menunjukkan kesakitan, Dayana merasa empati. Orang-orang yang tadi berkumpul sekarang satu-persatu berlalu membuat Dayana semakin kasihan.
Alhasil, Dayana memilih untuk menawarkan bantuan dengan mengajak pasangan perempuan itu menari flamenco bersama. Dayana melepas mantelnya dan menari langsung dengan gerakan dasar Flamenco yang indah sampai gerakan senada dengan lagu beat yang diputar. Semuanya senada, gerakan tubuh dan beatnya.
Tarian yang bergairah seperti ini menarik kembali mata yang memuja untuk melihat. Mereka terpana dan tersenyum melihatnya. Kedua pasangan tadi bahkan tersenyum melihat Dayana yang kembali menarik perhatian pengunjung. Donasi pun berjalan lancar. Tak disangka dari sekian banyak menganguminya seseorang diam-diam tersenyum lebih dari sekedar mengangumi terlihat dari pandangan dan senyumnya yang terpana.
Usai menari semua orang bertepuk tangan dengan meriah memberikan aspresiasi atas tariannya yang begitu indah, jelas dimata Dayana sangat senang. Kotak donasi terkumpul banyak membuat kedua penari itu merasa senang. Ia sangat berterimaksih dengan bantuan Dayana.
“Terimakasih atas bantuannya,” ucap perempuan itu dengan aksen britania yang kental.
“Sama-sama,” jawab Dayana.
“Kamu dari mana, sepertinya kamu tidak berasal dari sini?” tanya laki-laki itu.
“Indonesia.”
“Oh wow,”
“Kaki kamu baik-baik saja?” tanya Dayana pada perempuan itu yang tengah duduk sambil memegangi kaki kirinya yang terkilir.
“It’s ok, aku tidak apa, hanya sedikit nyeri saja,” jawabnya.
“Oh, kalau begitu aku harus pergi.” kata Dayana pamit.
“Ok, terima kasih untuk bantuannya, donasi ini akan kami berikan untuk beberapa panti asuhan di sini,” kata perempuan itu lagi.
“Itu bagus, goodluck.”
Dayana pun pergi meninggalkan mereka dan mencari alamat Khaterina. Tak disangka ia telah sampai saat menemukan nomor rumah yang pas. Ia mulai masuk dari pagar yang tak terkunci lalu berjalan menuju pintu dan mengetuknya. Tak lama seseorang keluar yang tidak lain adalah Khaterina seperti orang akan kondangan dengan memakai riasan yang cukup tebal.
“Khaterina?” duga Dayana memanggil perempuan didepannya.
“Yah, kamu pasti Dayana, benar?” kata Khaterina.
“Ya, saya Dayana,” ucap Dayana yang mereasa bersyukur telah menemui Khaterina.
“Ayo masuk,”
Keduanya masuk kerumah Khaterina yang cukup besar dan terlihat dalam ruangannya yang nampak bagus dan mahal. Keduanya terduduk untuk berbincang.
“Oh ya, Dayana, maaf tapi saya harus pergi,” kata Khaterina.
“Ya saya mengerti, kelihatannya anda sedang ada keperluan.”
“Benar, hari ini adalah kedatangan putra mahkota di istana ratu, jadi sebagai ketua penari atau leadsuck mereka, saya harus hadir. Maaf tidak menyambut dengan baik,” Ungkapnya.
“Wow, Leadsuck, wow, itu keren banget. It’s ok, aku nggak papa.” Dayana merasa terkagum mendengarnya.
Khaterina terkekeh ringan, “Terimakasih. Kalau gitu biar saya antarkan ke kamar kamu dan beristirahatlah, ok.” Kata Khaterina yang mengantarkan Dayana ke salah satu kamar tamu disana. Kamarnya cukup luas dan terasa nyaman ditempati apalagi bisa melihat pemandangan dari dalam.
“Semoga betah, Dayana. Bye...”
“Hati-hati, Khaterina.”
Setelah itu, Khaterina pergi meninggalkan Dayana sendiri. Langsung saja ia beristirahat dengan merebahkan badannya dan tertidur pulas. Dimalam hari, Dayana mencoba memasak dengan beberapa persediaan makanan di kulkas. Dayana menunggu Khaterina pulang dan makan malam bersama, namun sampai sekarang belum pulang. Ini sudah pukul sepuluh malam. Dayana memutuskan untuk menonton tv dan memasukkan masakan tadi dan menghangatkannya setelah Khaterina pulang.
Tok... tok...
Suara gedoran pintu yang cukup keras menarik perhatian Dayana. Ia lalu kedepan dan membukanya karena ia kira itu pasti Khaterina yang baru pulang namun ternyata ia salah saat seseorang tiba-tiba oleng di di tubuhnya. Pria dengan mantel hitam, jeans hitam, topi hitam dan masker hitam. Dayana kejut bukan main dan spontan mendorong laki-laki itu dari tubuhnya. Menilik pakaian orang ini dengan seksama, Dayana terinagat kejadian tadi pagi saat seseorang menyenggol bahunya. Mata dan muluut Dayana terbelalak kejut, ia lalu menutup pintu dengan cepat, ia menduga kalau orang ini adalah seorang penjahat yang dikejar oleh orang berjas tadi.
Tok... tok.. tok...
Gedoran pintu kembali di gedor dan keras, “Buka!” suaranya yang lemah terdengar sambil menggedor pintu.. Dayana tak ingin membukanya karena ia takut kalau duugaannya benar. Gedoran pintu dan seruan dari luar lamat-lamat mulai menghilang, tak ada suara lagi.
“Dayana!” panggil seseorang dari luar yang Dayana duga itu adalah suara Khaterina. Dayana langsung membukanya dan melihat Khaterina merangkul pria itu yang hampir hilang kesadaran. Dayana menjadi bingung. Khaterina langsung masuk dan menidurkan pria itu di sofa. Dayana hanya terdiam dan melihat apa yang terjadi sampai Khaterina melihat kebingungan Dayana dan mencoba menjelaskannya.
“Dayana, dia pangeran Arthur.”
“Ha!” mata dan mulut Dayana melebar. Ia kejut bukan main.
Khaterina membenarkan tidur Pangeran Arthur. “Biarkan dia disini dan kamu kembalilah ke kamar,” kata Khaterina.
“Tapi, ba... bagaimana bisa seorang pangeran disini?” mulut Dayana masih terbuka dengan lebar. Ia belum mempercayai keberadaan seorang pangeran di depannya.
“Aku tidak bisa jelaskan sekarang, besok akan aku jelaskan. Sekarang kembalilah tidur.”
Dayana mengangguk ragu dan perlahan menuju kamarnya dengan fikiran yang penuh. Ia tidak mengerti bagaimana bisa seorang pangeran bisa keluar istana dan berpenampilan seperti pemabuk. Karena hal ini, ia tidak bisa tidur.
Keesokan paginya, Khaterina memanggil Dayana untuk sarapan bersama.
“Dayana!”
Tok... tok...
Engh....
Dayana menggeliat dalam tidurnya mendengar suara Khaterina. Karena memikirkan tentang pangeran dia jadi tidak bisa tidur.
“Dayana, apa kau sudah bangun?” seru Khaterina lagi.
“Iya, aku sudah bangun,” jawab Dayana.
“Baiklah. Cepatlah mandi dan turun sarapan!” beritahu Khaterina sebelum pergi.
Tidak lama menunggu, Dayana yang sudah mandi dan berpakaian rapi telah turun ke dapur. Disana ia melihat Khaterina sendiri. Tiba-tiba ia mendadak bingung, dimana pangeran itu?
“Ayo kita sarapan,” suruh Khaterina. Dayana pun mendekat dan mencoba menghilangkan kebingungannya soal pangeran itu namun Khaterina merasakan kebingungan Dayana.
“Pangeran Arthur sudah pergi dari tadi. Jangan khawatir, ayo makan,” ujar Khaterina.
Dayana mengangguk kaku karena kebingungannya sudah di tebak oleh Khaterina. Ia lalu duduk mengambil nasi dan beberapa lauk western yang tersedia. Ia mulai bersuap dengan lahap.
“Oh ya, apa kamu langsung mencari anakmu hari ini?” tanya Khaterina.
Dayana mengangguk.
“Kau tahu dimana dia?”
Dayana menggeleng. “Aku tidak tahu, tapi dia berada di kota ini,” jawabnya.
“Apa ada petunjuk lain?”
“Mmmm... yang aku tahu kalau istri baru mantan suamiku adalah anak dari perusahaan big 3 disini,” kata Dayana.
“Wow, siapa dia?”
“Kristen Hord.”
“What! Kristern Hord? Dia bukannya salah satu perusahaan terkenal disini dan dia anak perempuannya salah satu designer juga di istana,” ucap Khaterina mengingat-ingat.
“Kamu tahu mereka?” tanya Dayana begitu antusias. Ia merasa diberi peluang.
Khaterina mengangguk ragu dan mencoba mengingat-ingat sedikit mengetahui tentang keluarga mereka.
“Apa aku bisa ketemu anak perempuannya?”
Khaterina mengangguk. “Tapi kamu nggak bisa sembarangan masuk ke istana. Karena istana di jaga ketat dari orang-orang asing apalagi dengan wajah asia seperti aku dan kamu. Disana kamu harus memliki identitas atau kerjaan, entah itu pengawal atau pelayan atau nggak penari seperti aku. Jadi aku kasih pilihan sama kamu, kamu mau yang mana?” kata Khaterina menjelaskan.
Dayana kesah karena tidak ingin berurusan dengan kerajaan. Ia berniat mencari anaknya bukan mencari pekerjaan di istana. Tapi kalau ini adalah satu-satunya cara, maka ia tidak bisa berfikir cara lain.
Dayana mengangguk. “Aku ingin menjadi penari disana.”
Pagi hari sekali Dayana mengunjungi Istana Dentanio bersama Khaterina, kerajaan yang ditempati oleh para pangeran kerajaan dari keluarga ke dua Raja Phillipe Flandrick dengan mendiang ratu Margarette Von Flandrick. Tujuannya untuk bekerja sebagai penari adalah harapan terakhirnya untuk bisa bertemu dengan anaknya. Mereka telah berada pada area kerajaan yang begitu sangat luas dengan pemandangan halaman yang memukau mata bahkan Dayana tmelihat sekeklilingnya yang bertaburan banyak sekali berbagai bunga yang indah. “Jangan terlalu gugup, Dayana, masuk ke istana pangeran tidak terlalu sulit. Hanya kuatkan mental saja.” Ucapan Khaterina di akhir kalimat cukup membuat Dayana berfikir hal lain untuk lebih waspada karena ini adalah kerajaan para pangeran kerajaan yang dibanggakan oleh Ratu Elizabeth II. Sesampainya di tempat pendaftaran, Dayana kembali gugup pasalnya pandangan orang eropa cukup menakutkan baginya apalagi tanpa senyum. Terlihat akward sekali. “Hello, Madam Crossy!" Khateri
Khaterina dan Dayana telah masuk keruang latihan. Puluhan penari tengah bersiap untuk latihan. Khaterina pun di sapa dengan hangat. “Pagi, Mrs. Khaterina!” sapa semuanya. Dayana yang berada disampingnya hanya tersenyum kaku memandang para penari yang memandangnya. “Pagi semuanya!” sapa Khaterina balik. “Siapa itu, Mrs. Khaterina?” tanya salah satu penari. Khaterina melirik Dayana lalu menyuruhnya mengikuti langkahnya untuk kedepan. “Berkumpullah, akan aku beritahu.” Semuanya berkumpul di depan Khaterina sementara Dayana masih terlihat malu. “Kenalkan semua, namanya Dayana dari Indonesia dan akan menjadi penari disini bersama kalian!” beritahunya. Prok.... prok... Semuanya bertepuk tangan dengan meriah dan terlihat senang dengan keberadaan Dayana. Dayana pikir orang-orang barat akan terasa dingin dan angkuh, namun sambutan dan sapaan mereka kepadanya cukup membuat dirinya lega. “Wahhh, dia sangat cantik Mrs Khaterina, hai Dayana!” ungkap salah satu penari yang terlihat senang
Mengingat perbincangannya dengan teman-teman barunya di Istana, Dayana menjadi khawatir perihal memuaskan nafsu dan beberapa peraturan lainnya. Sejak pulang dan sampai tengah malam ia tidak bisa tidur sekalipun. Ia terus saja menatap dirinya di cermin sambil memperhatikan wajah dan badannya yang ia rasa harus di jaga.Dan keesokan harinya di dapur, Khaterina yang menyiapkan sarapan memanggil Dayana untuk sarapan Bersama.“Dayana! Apa kau sudah bangun! Keluarlah sarapan!” panggilnya sambil menyiapkan makanan di meja persegi itu.Tidak ada jawaban dan Khaterina lagi-lagi memanggil.“Dayana, cepatlah! Hari ini latihan terakhir menari jadi turunlah sarapan!” panggil Khaterina lagi.Huh…Khaterina sudah siap dengan makanannya. Namun Dayana belum kunjung keluar. Khaterina menjadi bingung dan memilih untuk menghampiri Dayana ke kamarnya.Namun niatnya terhenti saat Dayana muncul dan membuat Khaterina yang melihat penampilan Wanita itu menjadi aneh. Tubuh dan wajah Dayana terlihat kusam dan t
“Dayana, cepat! aku harus kerja!” seru seorang wanita dengan rambut keriting mengembang yang tengah menanti dengan tak sabaran di depan pintu sambil melirik jam tangan miliknya. Tok tok… Ia semakin mengetuknya dengan cukup keras. “Iya, ya, bentar!” balas Dayana dari dalam. “Aish, ck!” decaknya kesal dipagi hari, bahkan kaki dan tangannya tak berhenti berkutik seperti orang kesemutan. Tak lama akhirnya pintu terbuka dengan menampilkan Dayana yang telah rapi dengan menggendong seorang anak kecil yang tidak lain adalah anaknya- Kelly. “Aish, kenapa lama banget, sih!” cercanya. “Sorry, An. Nih, aku titip Kelly,” Dayana langsung memberikan anaknya pada Ana. “Udah sana cepet, nanti sidang cerainya dibatalin lagi karena kamu," Kata Ana. “Huuuh” Dayana menghela nafasnya cukup panjang untuk menstabilkan deru jantungnya. “Awas, jangan sampai gagal, ok,” peringat Ana pada Dayana yang hanya mengangguk saja. “Yaudah, aku berangkat." Dayana telah siap. "Kelly sayang, mommy pergi dulu, y
Ana telah mengetuk berkali-kali pintu Dayana ditiap paginya tetapi yang ia dengar hanya gemericik air keran. Ana menduga Dayana tengah mandi atau mencuci piring. Ia juga pernah mencoba membuat Dayana keluar namun wanita itu tak pernah sekali pun keluar. Pekerjaan nya pun terbengkalai karena kejadian itu. Tetapi pada suatu hari saat dimana manager tari Dayana datang, laki-laki tambun itu berusaha membuat Dayana keluar. “Dayana!” Tok tok tok... “Dayana, ini aku Bondan!” panggilnya. “Dayana, aku tau semua masalahmu, aku tau kau bercerai dan kehilangan Kelly, tapi kami disini Dayana, Dayana, bukalah sekali saja. Mari kita bicarakan ini, ok, kamu tidak bisa terus hidup ini dan aku akan membantumu mencari Kelly,” ucap Bondan. Ceklek... Pintu akhirnya terbuka sedikit memberikan cela bagi Bondan untuk masuk. Bondan merasa begitu senang karena Dayana mendengarkannya. Ia bergegas masuk menemui Dayana. Melihat rumah yang berantakan dan tak terurus, serta dengan keadaan Dayana yang memperiha
Dalam perjalanan pulang Dayana berfikir untuk pergi sebuah tempat dan menyuruh sopir taksi memutar jalan. Tak lama ia telah sampai tempat yang ia tuju, sebuah padepokan tempat oranng belajar menari. Penari handal seperti dirinya dulu pernah belajar di padepokan ini, tempat dirinya di bina dengan berbagai macam tarian, tradisional jawa, modern, maupun tarian klasik barat. Dilihatnya banyak sekali anak kaula muda yang sedang belajar menari tradisional jawa yang khas. Dayana kembali teringat akan masa-masa dulu saat belajar keras disini, mulai dari usianya tujuh tahun sampai tujuh belas tahun baru ia keluar untuk meniti karirnya. Saat ini ia tengah berkeliling sambil melihat mereka yang belajar menari. Di suatu waktu ia terpaku dan tersenyum lebar saat melihat guru tari yang sangat ia rindukan. Guru tari itu melihatnya dan menyapanya dengan senyum. Dayana memutuskan untuk melihat dan menunggu sampai kegiatan selesai. Tak lama menunggu akhirnya sang guru mendatanginya. “Dayana,” “Sal
Akhirnya mereka pergi dari sana dan mulai besok Dayana akan bekerja tanpa henti. Pagi sampai siang, ia akan menari di alun-alun dan dari sore sampai tengah malam ia akan bekerja di Bar. Selama 2 bulan berjalan bekerja banting tulang tanpa lelah di dua tempat membuatnya sangat lelah dan nyeri akan tubuhnya namun di dalam pikiran dan hatinya ia memikirkan anaknya. Dayana sangat merindukan sosok Kelly. Selama di Bar cukup baik karena Alex kadang menjaganya apabila ada orang yang bersikap sarkas padanya tetapi untuk sekedar menemani minum ia bersedia dengan senang hati sambil bercanda. Ia tidak terlalu mempermasalahkan kerjaannya karena memang inilah cara kerjanya. Tak dirasa hampir 5 bulan ia bekerja dan mengumpulkan pundi-pundi uang yang cukup banyak dalam tabungannya. Ia sangat senang dan ingin cepat—cepat pergi ke Inggris. Kali ini di saat menari di alun-alun taman kota Dayana didatangi Bondan dan Ana. Mereka memlih berbincang di pojok taman. “Ada apa, Na, Dan?” tanya Dayana melirik
Mengingat perbincangannya dengan teman-teman barunya di Istana, Dayana menjadi khawatir perihal memuaskan nafsu dan beberapa peraturan lainnya. Sejak pulang dan sampai tengah malam ia tidak bisa tidur sekalipun. Ia terus saja menatap dirinya di cermin sambil memperhatikan wajah dan badannya yang ia rasa harus di jaga.Dan keesokan harinya di dapur, Khaterina yang menyiapkan sarapan memanggil Dayana untuk sarapan Bersama.“Dayana! Apa kau sudah bangun! Keluarlah sarapan!” panggilnya sambil menyiapkan makanan di meja persegi itu.Tidak ada jawaban dan Khaterina lagi-lagi memanggil.“Dayana, cepatlah! Hari ini latihan terakhir menari jadi turunlah sarapan!” panggil Khaterina lagi.Huh…Khaterina sudah siap dengan makanannya. Namun Dayana belum kunjung keluar. Khaterina menjadi bingung dan memilih untuk menghampiri Dayana ke kamarnya.Namun niatnya terhenti saat Dayana muncul dan membuat Khaterina yang melihat penampilan Wanita itu menjadi aneh. Tubuh dan wajah Dayana terlihat kusam dan t
Khaterina dan Dayana telah masuk keruang latihan. Puluhan penari tengah bersiap untuk latihan. Khaterina pun di sapa dengan hangat. “Pagi, Mrs. Khaterina!” sapa semuanya. Dayana yang berada disampingnya hanya tersenyum kaku memandang para penari yang memandangnya. “Pagi semuanya!” sapa Khaterina balik. “Siapa itu, Mrs. Khaterina?” tanya salah satu penari. Khaterina melirik Dayana lalu menyuruhnya mengikuti langkahnya untuk kedepan. “Berkumpullah, akan aku beritahu.” Semuanya berkumpul di depan Khaterina sementara Dayana masih terlihat malu. “Kenalkan semua, namanya Dayana dari Indonesia dan akan menjadi penari disini bersama kalian!” beritahunya. Prok.... prok... Semuanya bertepuk tangan dengan meriah dan terlihat senang dengan keberadaan Dayana. Dayana pikir orang-orang barat akan terasa dingin dan angkuh, namun sambutan dan sapaan mereka kepadanya cukup membuat dirinya lega. “Wahhh, dia sangat cantik Mrs Khaterina, hai Dayana!” ungkap salah satu penari yang terlihat senang
Pagi hari sekali Dayana mengunjungi Istana Dentanio bersama Khaterina, kerajaan yang ditempati oleh para pangeran kerajaan dari keluarga ke dua Raja Phillipe Flandrick dengan mendiang ratu Margarette Von Flandrick. Tujuannya untuk bekerja sebagai penari adalah harapan terakhirnya untuk bisa bertemu dengan anaknya. Mereka telah berada pada area kerajaan yang begitu sangat luas dengan pemandangan halaman yang memukau mata bahkan Dayana tmelihat sekeklilingnya yang bertaburan banyak sekali berbagai bunga yang indah. “Jangan terlalu gugup, Dayana, masuk ke istana pangeran tidak terlalu sulit. Hanya kuatkan mental saja.” Ucapan Khaterina di akhir kalimat cukup membuat Dayana berfikir hal lain untuk lebih waspada karena ini adalah kerajaan para pangeran kerajaan yang dibanggakan oleh Ratu Elizabeth II. Sesampainya di tempat pendaftaran, Dayana kembali gugup pasalnya pandangan orang eropa cukup menakutkan baginya apalagi tanpa senyum. Terlihat akward sekali. “Hello, Madam Crossy!" Khateri
Saat pagi hari di kota Birmingham yang sejuk dan dengan berbagai macam aktivitas yang menarik, Dayana melanjutkan perjalananannya untuk mencari alamat Khaterina. Hari ini adalah hari minggu yang menyenangkan karena taman Canon Hill Park yang sangat luas dipenuhi banyak orang yang bersantai dan bersepeda di sekeliliing taman menikmati alusnya angin taman. Dengan mantel yang tidak terlalu tebal, Dayana mulai menjelajahi kota Birmingham sambil mencari alamat Khaterina. Dijalan ia menjumpai tarian Morris yang menarik dirinya untuk diam melihat. Sangat menarik tarian trdisional Inggris satu ini. Usai melihat, Dayana kembali pergi dengan mengenakan taksi mencari alamat, tak disangka di alun-alun kota birmingham terlihat parade besar untuk menyambut kedatangan putra mahkota di Istana Buckingham Palace yang ditempati kediaman ratu Inggris. Dayana tidak terlalu ingin untuk melihat hal yang terbilang menarik saat melihat para putra mahkota datang berkunjung. Dayana lebih memilih mencari alamat
Akhirnya mereka pergi dari sana dan mulai besok Dayana akan bekerja tanpa henti. Pagi sampai siang, ia akan menari di alun-alun dan dari sore sampai tengah malam ia akan bekerja di Bar. Selama 2 bulan berjalan bekerja banting tulang tanpa lelah di dua tempat membuatnya sangat lelah dan nyeri akan tubuhnya namun di dalam pikiran dan hatinya ia memikirkan anaknya. Dayana sangat merindukan sosok Kelly. Selama di Bar cukup baik karena Alex kadang menjaganya apabila ada orang yang bersikap sarkas padanya tetapi untuk sekedar menemani minum ia bersedia dengan senang hati sambil bercanda. Ia tidak terlalu mempermasalahkan kerjaannya karena memang inilah cara kerjanya. Tak dirasa hampir 5 bulan ia bekerja dan mengumpulkan pundi-pundi uang yang cukup banyak dalam tabungannya. Ia sangat senang dan ingin cepat—cepat pergi ke Inggris. Kali ini di saat menari di alun-alun taman kota Dayana didatangi Bondan dan Ana. Mereka memlih berbincang di pojok taman. “Ada apa, Na, Dan?” tanya Dayana melirik
Dalam perjalanan pulang Dayana berfikir untuk pergi sebuah tempat dan menyuruh sopir taksi memutar jalan. Tak lama ia telah sampai tempat yang ia tuju, sebuah padepokan tempat oranng belajar menari. Penari handal seperti dirinya dulu pernah belajar di padepokan ini, tempat dirinya di bina dengan berbagai macam tarian, tradisional jawa, modern, maupun tarian klasik barat. Dilihatnya banyak sekali anak kaula muda yang sedang belajar menari tradisional jawa yang khas. Dayana kembali teringat akan masa-masa dulu saat belajar keras disini, mulai dari usianya tujuh tahun sampai tujuh belas tahun baru ia keluar untuk meniti karirnya. Saat ini ia tengah berkeliling sambil melihat mereka yang belajar menari. Di suatu waktu ia terpaku dan tersenyum lebar saat melihat guru tari yang sangat ia rindukan. Guru tari itu melihatnya dan menyapanya dengan senyum. Dayana memutuskan untuk melihat dan menunggu sampai kegiatan selesai. Tak lama menunggu akhirnya sang guru mendatanginya. “Dayana,” “Sal
Ana telah mengetuk berkali-kali pintu Dayana ditiap paginya tetapi yang ia dengar hanya gemericik air keran. Ana menduga Dayana tengah mandi atau mencuci piring. Ia juga pernah mencoba membuat Dayana keluar namun wanita itu tak pernah sekali pun keluar. Pekerjaan nya pun terbengkalai karena kejadian itu. Tetapi pada suatu hari saat dimana manager tari Dayana datang, laki-laki tambun itu berusaha membuat Dayana keluar. “Dayana!” Tok tok tok... “Dayana, ini aku Bondan!” panggilnya. “Dayana, aku tau semua masalahmu, aku tau kau bercerai dan kehilangan Kelly, tapi kami disini Dayana, Dayana, bukalah sekali saja. Mari kita bicarakan ini, ok, kamu tidak bisa terus hidup ini dan aku akan membantumu mencari Kelly,” ucap Bondan. Ceklek... Pintu akhirnya terbuka sedikit memberikan cela bagi Bondan untuk masuk. Bondan merasa begitu senang karena Dayana mendengarkannya. Ia bergegas masuk menemui Dayana. Melihat rumah yang berantakan dan tak terurus, serta dengan keadaan Dayana yang memperiha
“Dayana, cepat! aku harus kerja!” seru seorang wanita dengan rambut keriting mengembang yang tengah menanti dengan tak sabaran di depan pintu sambil melirik jam tangan miliknya. Tok tok… Ia semakin mengetuknya dengan cukup keras. “Iya, ya, bentar!” balas Dayana dari dalam. “Aish, ck!” decaknya kesal dipagi hari, bahkan kaki dan tangannya tak berhenti berkutik seperti orang kesemutan. Tak lama akhirnya pintu terbuka dengan menampilkan Dayana yang telah rapi dengan menggendong seorang anak kecil yang tidak lain adalah anaknya- Kelly. “Aish, kenapa lama banget, sih!” cercanya. “Sorry, An. Nih, aku titip Kelly,” Dayana langsung memberikan anaknya pada Ana. “Udah sana cepet, nanti sidang cerainya dibatalin lagi karena kamu," Kata Ana. “Huuuh” Dayana menghela nafasnya cukup panjang untuk menstabilkan deru jantungnya. “Awas, jangan sampai gagal, ok,” peringat Ana pada Dayana yang hanya mengangguk saja. “Yaudah, aku berangkat." Dayana telah siap. "Kelly sayang, mommy pergi dulu, y