Ada begitu banyak pertanyaan di kepala Xin Qian yang tak bisa terungkapkan. Dia tidak bisa bertanya secara langsung terkait kebenarannya. Lagipula, dia tidak mengenal ciri khas Sekte Emei di zaman kuno sama sekali. Jadi, seberapapun besar rasa curiga yang bersemayam di dalam hati, Xin Qian hanya bisa menahannya."Qian'er, kamu yang selesaikan ritual pembuatan senjata surgawi. Guru akan menyiapkan hal lain. Sebelum aku memporak-porandakan Negara Zhou, hatiku belum merasa puas." Mei Yin berkata dengan dada naik turun menahan emosi."Guru, kenapa Guru tidak membawa murid peringkat satu untuk membatu di dalam pertempuran nanti?" tanya Xin Qian kemudian. Jika ada murid dari Sekte Emei, mungkin Xin Qian akan lebih mudah untuk menggali informasi. Apa yang terjadi saat ini memang sangat tidak masuk akal. Kenapa dua orang itu mengenalinya sebagai Xin Qian murid dari Sekte Emei? "Qian'er, kamu ini bicara apa? Kenapa harus mengajak murid peringkat satu dalam perang ini. Jika Guru sudah turun t
Pangeran Ketiga sudah membawa Xin Qian kembali ke Paviliun Xing He. Di halaman belakang, wanitanya itu hanya diminta untuk duduk tanpa berbuat apapun. Guru sudah berkata untuk menjaga Xin Qian dengan baik, mana mungkin Xuan Yuan berani membantah. "A Yuan, bagaimana ini, aku tidak mungkin bisa melanjutkan ritual." Xin Qian berkata lemah, mengeluhkan kondisinya yang masih lemas. Sebenarnya, situasi ini sangat menguntungkan. Dia akan menikmati waktu sedikit berleha-leha tanpa dominasi Xuan Yuan."QianQian, kamu bisa memberiku instruksi aku harus berbuat apa. Biar aku yang melanjutkan ritual ini." Xuan Yuan berkata lembut.Melihat Xin Qian pingsan, nyawa Xuan Yuan nyaris ikut terbang menghilang. Tidak bisa membayangkan jika dia harus kehilangan wanita ini di dalam hidupnya."Baiklah, kalau begitu. Aku tidak segan lagi merepotkanmu," sahut Xin Qian sambil tersenyum.Xuan Yuan merasa rumit. Jika yang berkata demikian bukan Xin Qian, orang itu pasti sudah dibunuhnya. Sedari kecil, tak ada y
Di ruangan pribadi Pangeran Ketiga, pasangan suami istri itu sedang berbaring di ranjang. Memikirkan kembali perbincangannya dengan wanita bernama Qionglin, Xin Qian merasa begitu gusar. Jika dugaannya tidak salah, ada nama Xin Qian lain di zaman kuno ini. Lebih rumitnya lagi, mereka mempunyai wajah yang mirip. Jika tidak, mana mungkin Qionglin dan Mei Yin bisa menganggapnya sebagai bagian dari sektenya.Ada begitu banyak kemungkinan hasil analisanya. "A Yuan, apakah kamu mencintaiku?" tanya Xin Qian gamang.Bagaimana jika pria ini tahu yang sebenarnya, bahwa dia hanyalah seorang pembohong. Apakah A Yuan masih tetap akan mencintainya?Hati Xin Qian merasa sangat rumit. Pangeran Ketiga menoleh. Ditatapnya wajah melankolis Xin Qian yang diliputi keresahan. Perlahan, dia menarik tubuh Xin Qian dalam pelukannya. "Apakah masih perlu bertanya? QianQian, kamu membuatku gila. Tak pernah ada wanita lain yang bisa membuatku seperti ini." Xuan Yuan mendaratkan kecupan di dahi Xin Qian lembut.
Tak ada wajah semringah yang ditampilan Xin Qian hari ini. Pikirannya penuh dengan rasa takut dan khawatir tentang kedatangan wanita bernama Xin Qian yang berasal dari zaman kuno. Sebuah kebetulan yang menyedihkan pada akhirnya.Mulutnya yang asal bicara menyebut nama Sekte Emei, pada awalnya hanya untuk mendapatkan pengakuan latar belakang. Tidak disangka akan berakhir rumit seperti ini. Xin Qian adalah seorang petualang waktu, yang tak sengaja bisa datang di zaman ini. Tersangkut dalam hidup Pangeran Ketiga Da Liang telah memaksanya tinggal di tempat ini.Hampir saja, Xin Qian melupakan latar belakangnya, jika tidak ada kehadiran Mei Yin dan Qionglin. "QianQian, akhirnya ritual pembuatan senjata surgawi sudah selesai." Xuan Yuan berseru bahagia. Ada kelegaan yang terdengar dari nada suaranya yang begitu riang.Xin Qian tersadar dari lamunan. Bibir wanita cantik itu melengkung indah. Melihat suaminya begitu riang gembira karena telah menyelesaikan ritual, dia ikut bergembira. Kelak,
Pangeran Kedua Murong Ying Lan sedang menatap rumit pada seorang gadis cantik yang sedang menangkap ikan di sungai. Bibirnya ternganga lebar seakan pemandangan di depan mata adalah sesuatu yang luar biasa. "Xin Qian!" panggilnya dengan begitu bersemangat. Meski tidak masuk akal jika dipikir dengan logika. Namun, logika Tuan Pemimpin sudah lumpuh saat melihat Xin Qian di tempat ini."Pangeran Kedua, bukankah ... Nona Xin Qian ada di Ibukota Hangzhou?" Chen Yihan sama terkejutnya dengan Ying Lan. Sosok Xin Qian sedang menangkap ikan di sungai. Lengan bajunya tersingkap hingga siku, memperlihatkan lengan putihnya yang indah, membuat Ying Lan tak berkedip. "Jangan melihatnya!" Ying Lan mendengus pada Chen Yihan tak suka. Orang lain tidak boleh melihat anggota tubuh Xin Qian. Dia adalah calon ratu Da Liang, calon ratunya.Seakan tidak mendengar suara panggilan Ying Lan, Xin Qian itu masih sibuk di dalam sungai. Hanfu bagian bawahnya sudah basah oleh air sungai.Ying Lan melangkah semak
Mei Yin memimpin langkah di depan dengan penuh percaya diri. Di belakangnya, Qionglin membawa senjata mutakhir yang akan dicoba kehebatannya kali ini. Sementara, Xin Qian dan Xuan Yuan mengekor di belakang keduanya.Tiga pengawal tidak ketinggalan. Mereka ingin menyaksikan kehebatan senjata mutakhir. Ming Ye mendorong gerobak yang akan dijadikan basis peluncuran panah api yang diciptakan oleh Mei Yin.Yunxi membawa kotak yang ratusan anak panah yang sudah dikaitkan dengan dinamid buatan Mei Yin.Mengenai senjata surgawi yang bernama granat, mereka sudah mengetahui kehebatannya seperti apa. Bisa dibilang, senjata surgawi ciptaan Permaisuri Xin tidak ada duanya di dunia ini. Sekali lempar, akan ada begitu banyak orang yang terbakar. Mereka masih bertanya-tanya, bagaimana cara kerja dari senjata baru ini. "Guru, di tempat ini kita bisa menguji bagaimana cara kerja senjata ini." Xuan Yuan memerintahkan kepada Xue untuk menyiapkan sasaran target seperti yang diminta oleh Mei Yin."Cara k
Murong Huantian mengantar keberangkatan kelompok pasukan yang membawa senjata surgawi dan juga senjata mutakhir di gerbang kota Hangzhou. Putra Mahkota Da Liang itu tidak bisa ikut serta ke perbatasan. Rasa rumit yang menggelayuti hati Huantian membuatnya sama sekali tidak bisa menyunggingkan senyuman.Belum lama, Xuan Yuan dan Xin Qian harus mengemban tugas menangani wabah maut hitam di Kota Tangluo. Sekarang, mereka harus kembali meninggalkan Hangzhou untuk tugas lain. Tidak masalah jika yang pergi adalah adik ketiganya. Xuan Yuan memang nyaris menghabiskan waktu di perbatasan. Yang membuatnya tidak bahagia adalah karena Xin Qian harus ikut serta dengan suaminya.Tidak bisa melihat Xin Qian untuk waktu yang lama, membuat hati Huantian tidak rela. Seberapa kerasnya upaya Huantian untuk menghilangkan rasa yang sudah bercokol kuat di dalam hatinya itu, tak bisa mengalihkan Xin Qian dari kepalanya. Ada begitu banyak selir di Istana Barat, mereka tak bisa menggantikan satu Xin Qian. Se
Di ruang sidang Istana, Kaisar sedang duduk melamun di kursi naga sendirian. Para pejabat sudah meninggalkan ruangan sejak tiga puluh menit yang lalu. Namun, Kaisar masih tak beranjak satu langkah pun dari sana.Hanya tersisa Murong Huantian yang ada di sana. Dua pria itu tak saling bicara satu sama lain selama jeda waktu tiga puluh menit tersebut. Kasim Bao yang berdiri di sisi Kaisar juga diam tak bersuara. Seakan mereka sudah saling mengerti keluhan masing-masing dalam diam."Tian'er, kali ini kamu akan mengeluhkan apa?" Kaisar melirik putra sulungnya itu dengan ekor matanya.Putra Mahkota tidak pergi seperti yang lainnya dari aula, Kaisar tahu dia pasti mempunyai keluhan."Ayah, apa aku boleh menyusul ke perbatasan?" Akhirnya dia mengungkapkan keresahan hatinya. Huantian tidak berani menatap Kaisar ketika mengatakannya. Tentu saja dia sudah tahu bahwa permintaannya ini pasti akan ditolak oleh sang Ayah. Posisinya saat ini sangat sulit. Di antara tiga pangeran putra Kaisar yang