Tangan Pangeran Ketiga mengepal erat sekuat tenaga menahan emosi. Tidak ada niat baik dari ucapan Mei Yin. Wanita berambut putih itu datang bukan untuk membantu menyelesaikan masalah racun arsenik, tapi malah menekan Xuan Yuan sesuai kepentingannya.Mei Yin sedang meminta kompensasi padanya dengan melakukan pertukaran. Qian'er tidak terima identitasnya dipakai oleh QianQian. Jadi, dia menginginkan posisi QianQian saat ini sebagai Permaisuri Pangeran Ketiga.Sebagai gurunya, Mei Yin tidak tega menolak permintaan Qian'er. Lagipula setelah dia memikirkan ulang, pertukaran ini sangat menguntungkan bagi kedua belah pihak.Pangeran Ketiga tetap mempunyai wanita yang secara fisik kemiripannya 100% dengan istrinya, sedangkan Mei Yin juga mendapatkan pewaris ilmunya.Mei Yin melirik QianQian penuh harap. Bisa membawa pulang QianQian ke Sekte Emei saat ini adalah harapan terbesarnya."Pangeran Ketiga, aku rasa ini adalah solusi terbaik untuk masalah antara kita," ucapnya percaya diri. Dia sanga
Qionglin mengekori Mei Yin yang tergesa masuk ke tenda. Wanita berambut putih itu terlihat sedang kesal. Tadinya, dia mengira akan mudah berkompromi dengan Pangeran Ketiga. Bukankah kebanyakan pria hanya peduli dengan wanita cantik? Mei Yin mengambil istrinya, tapi mengganti dengan orang yang sama persis, bukankah itu sudah setimpal?Ternyata tidak semudah itu membujuk Pangeran Ketiga. Dia mendengus kesal."Guru, apakah Anda akan membiarkan pasukan Da Liang mati perlahan-lahan?" tanya Qionglin dengan wajah tidak senang. Selama ini, Mei Yin selalu mengajarkan padanya untuk memberi manfaat pada orang lain. Semua ilmu yang telah dipelajari harus dimanfaatkan untuk kepentingan orang banyak.Namun hari ini, dia malah melihat gurunya membuat keputusan seperti ini. Qionglin merasa tidak nyaman.Mei Yin melirik Qionglin dengan ekor mata malas. "Jangan membuat suasana hatiku semakin buruk!" dengkus Mei Yin sebal.Dalam situasi seperti ini, Qionglin datang bukan memudahkan urusannya, melain
Dalam perjalanan menuju penjara, Qian'er beberapa kali merengek pada Qionglin untuk diantarkan pada Pangeran Ketiga. Wajah tampan sang Pangeran benar-benar berhasil menawan hatinya. Cukup satu kali pandang saja untuk membuat Qian'er tergila-gila terhadapnya.Dia bahkan harus membuat permintaan memalukan seperti itu pada gurunya demi mendapatkan Pangeran Ketiga."Kakak, izinkan aku menemui Pangeran Ketiga sebentar. Aku tidak percaya dia tidak mau denganku!" pinta Qian'er masih belum sadar diri.Qionglin hanya melirik sekilas tanpa memberi komentar. Dia mulai kehilangan respek untuk adil seperguruannya tersebut. Rasa sayangnya pada Qian'er seolah mulai terkikis karena membandingkannya dengan QianQian.Pada faktanya, QianQian jauh lebih baik dari Qian'er. "Kakak, apa kamu tidak menyayangiku lagi? Harusnya kamu mendukungku untuk mendapatkan Pangeran Ketiga," tandasnya."Dasar tidak tahu malu!" dengus Qionglin sebal. Apakah selama ini dia menyayangi orang tidak tahu malu seperti ini? Ke
Menyusuri beberapa tenda yang dijadikan sebagai rumah sakit militer di barak ini, hati Qionglin mencelos. Ada begitu banyak pasukan Da Liang yang terinfeksi racun arsenik. Sementara penawarnya masih dalam tahab uji coba.Hati wanita itu trenyuh. Hidup puluhan tahun di dalam Sekte dan tidak memedulikan kehidupan dunia luar, tidak menjadikan hati Qionglin kejam dan dingin.Di balik karakternya yang galak dan apa adanya, dia juga tidak menyimpan niat buruk pada orang lain, bersih dari iblis hati.Dari kejauhan, dia melihat Mei Yin berdiri termangu menyaksikan hal menyedihkan tersebut dengan tatapan rumit.Jauh dari lubuk hati, Mei Yin sebenarnya juga tidak tega. Namun, dia sudah terlanjur memberi pilihan untuk Pangeran Ketiga, tak ingin mempermalukan diri sendiri dengan mengalah dengan para anak muda itu. Qionglin memberi hormat saat jarak diantara mereka semakin terkikis."Guru, aku akan membantu QianQian menemukan penawar racun arsenik. Guru jangan melarangku!" Qionglin tidak meminta
Di salah satu tenda militer Raja Zhou Xiuhuan memimpin rapat darurat para jendral. Situasinya sudah tidak bisa dikendalikan. Korban meninggal dari pihak pasukan Negara Zhou sudah makin tidak terkendali.Senjata surgawi dan panah api Berpeluncur roket bukan senjata biasa yang bisa dianggap remeh. Meski Ying Lan sudah berhasil meracuni sebagian pasukan Da Liang, akan tetapi belum bisa membalikkan situasi dengan keberadaan dua senjata tersebut."Lan'er, apa masih ada rencana lainnya?" tanya Zhou Xiuhuan pada Ying Lan. Pria paruh baya yang merupakan kakak dari Selir Zhou itu meminta pendapat Ying Lan, keponakannya yang jenius.Selain Raja Zhou Xiuhuan, tak ada yang berani bersuara. Ying Lan terdiam beberapa saat, terlihat sedang berpikir mendalam."Paman, hal paling baik yang bisa aku pikirkan saat ini adalah mundur," sahutnya kemudian.Xiuhuan mendengus kasar. Dia sudah menyiapkan perang ini sejak lama. Dendam kesumat yang tumbuh di dalam hatinya tidak akan terbalas sebelum menyaksikan M
"Lapor Panglima, pasukan Negara Zhou sudah meninggalkan barak." Ming Ye begitu bergegas melaporkan kejadian penting ini pada Panglima mereka.Pagi masih buta, semburat kemerahan baru saja menyembul di ufuk timur. Namun, ada berita mengagetkan seperti ini. Xuan Yuan baru saja keluar dari tenda militer ketika Ming Ye memberi laporan. Sudah sejak tiga puluh menit yang lalu, Ming Ye hanya bisa berdiri di sana tanpa berbuat apa-apa. Tak sabar menunggu, tapi tidak berani menerobos masuk.Takutnya, di dalam ... Panglima sedang bermesraan dengan permaisurinya. "Sejak kapan mereka pergi?" tanya Xuan Yuan."Pasukan terakhir masih meninggalkan jejak debu yang bisa kita lihat dari sini," lapor Ming Ye."Kirimkan beberapa orang untuk memastikan! Jangan-jangan ini hanya jebakan," ucap Xuan Yuan kemudian."Baik, saya sendiri yang akan ke sana," sahut Ming Ye."Ajak Xue bersamamu!" titahnya. Xue akan bisa melihat dengan jelas dan terang benderang. Xuan Yuan akan merasa lebih tenang jika Xue yang m
QianQian dan Guru Mei Yin sibuk di dalam tenda. Sementara Xuan Yuan menunggu di luar. Sebenarnya, Pangeran Ketiga ini sedang resah menunggu kabar dari Xue dan Ming Ye yang sedang memeriksa di barak yang telah ditinggalkan oleh pasukan Negara Zhou. Berbagai rasa berkecamuk di dalam dada. Belajar dari pengalaman betapa liciknya Ying Lan, dia tidak boleh percaya begitu saja dengan apa yang terlihat sebelum mengkonfirmasi semuanya sesuai prosedur yang diperlukan."Panglima, apakah Permaisuri masih di dalam?" Yunxi datang tergopoh-gopoh."Ya, dia sedang belajar hal penting pada Guru Mei." "Panglima, baru saja aku menerima pesan dari Ming Ye. Di barak, mereka menemukan puluhan prajurit yang sakit. Tak ada siapapun selain mereka yang sekarat meregang nyawa." Yunxi menyampaikan kabar sesuai dengan apa yang didengarnya."Mereka sudah memastikan dan memeriksa sampai detail? Tidak ada jebakan di sana?" tanya Xuan Yuan."Semua benda berharga sudah dibawa pergi. Tidak ada apapun lagi di sana, se
Jun Hui hanya bisa menundukkan kepala. Himpitan tenaga dalam yang dikeluarkan oleh Pangeran Ketiga menekannya sedemikian rupa, hingga tidak bisa menegakkan kepala untuk menatapnya."Siapa namamu?!" tanya Xuan Yuan datar dan dingin.Terhadap musuh, dia tidak pernah bersikap lembut. Sekalipun mereka hanya berstatus sebagai bawahan. Namun tetap saja mereka semua adalah musuh."Jun Hui." Jun Hui menjawab tanpa rasa takut.Jika saat ini dia akan dibunuh oleh tentara Da Liang, mungkin saja nasib sialnya telah datang. Siapa suruh dia memilih untuk tetap tinggal ketika semua orang meninggalkan tempat ini.Tanpa perlindungan siapapun, bahkan dia masih harus melindungi pasien yang sedang terkapar di dalam tenda dalam keadaan mengenaskan sedemikian rupa."Katakan, kenapa kamu tidak ikut pergi?" "Sudah kubilang, aku tidak tega meninggalkan mereka semua." Jun Hui tidak berkata apapun. Xuan Yuan menatap wanitanya beberapa saat."Xue, periksa semuanya dengan teliti!" titah Xuan Yuan. Rasa curiga be