Sera setengah sadar saat lehernya tiba-tiba dijepit oleh jari-jari Baginda Raja, matanya melebar, dan dia melihat wajah marah Raja Deon Chu, udara dipaksa keluar dari dadanya dan matanya menjadi gelap. Hampir pingsan."Dia hanya anak laki-laki berumur sembilan tahun," suara giginya yang terkatup terdengar di telinganya, "Bagaimana kau bisa memiliki tangan yang begitu kejam, kemarilah, seret sang putri keluar dan pukul dia dengan tongkat selama tiga puluh kali!"Sera sebelumnya tidak dapat tidur selama beberapa hari dan hampir tidak memiliki kekuatan fisik. Setelah ditampar seperti itu, dia terlalu lemah untuk berdiri. Begitu tangannya yang mencekiknya dilepaskan, ia pun itu jatuh dengan lemas ke tanah. Udara Kembali masuk ke dalam paru-parunya, dia menarik napas panjang, tetapi dia tiba-tiba langsung diseret oleh seseorang.Dalam kegelapan, dia hanya melihat wajah Raja Deon yang hampir sedingin es dan rasa murka dari matanya, mantel brokat yang mewah itu ...Sera diseret langsung menur
Pengawal Bima menginstruksikan Fara untuk mengambilkan obat, lalu menghibur Dayang Nadiin beberapa patah kata lagi dan kemudian berbalik.Dayang Nadiin terus menjaga, dan dia menjadi takut saat sudah mulai malam.Fara juga datang untuk menemaninya, mereka berdua tidak berbicara, hanya memandang Edd sambil menahan napas, takut anak itu tidak menarik nafas lagi.Namun, Edd telah tertidur dan ketika dia mendekati anak itu, dia terbangun secara tidak terduga dan membuka satu mata untuk melihat Dayang Nadiin, "Nenek, aku lapar!"Dayang Nadiin sangat terkejut sampai nyaris melompat, setelah terluka parah, dia tidak bisa makan lagi dan dia bahkan tidak bisa minum susu kambing yang sudah sangat sulit didapatkannya.Dia mengulurkan tangan dan menyentuh dahinya, ternyata tidak begitu panas lagi.“Obat tabib sangat mujarab, mujarab!” Kata Dayang Nadiin pada Fara.“Ya, obat tabibnya manjur!” Fara juga sangat senang.tabib Lee diundang lagi ke Istana Chu keesokan harinya.Mendengar bahwa bocah i
Setelah makan sebagian mantau kukus, dia merasa kekuatannya mulai pulih dan berusaha untuk bangun dengan menopang tubuhnya di meja, tetapi dia masih tidak bisa menuangkan air, hanya bisa minum air yang tersisa di gelas.Setelah merasa lebih baik, dia berusaha meluruskan kakinya dengan perlahan, dan berbaring telungkup di lantai, gerakannya membuat luka di punggungnya terasa perih dan sakit.Dia menggertakkan giginya untuk menahan sakit kemudian merangkak dengan sikunya untuk meraih kotak obat. Meskipun tidak bisa melihatnya, dia ingat dimana obat anti-inflamasi dan obat pereda demam diletakkan.Tidak bisa mendapatkan suntikan, dia terpaksa menambah dosis obat.Sekitar setengah jam kemudian, dia mengambil vitamin C dan minum beberapa tablet, karena tidak ada air, mulutnya terasa sangat asam.Setelah minum obat, dia meringkuk dan terengah-engah di lantai. Selama hidupnya, dia tidak pernah mengalami penderitaan fisik seperti ini. Pukulan tadi membuatnya sadar bahwa zaman ini sangat berbed
Penglihatan Sera sudah beradaptasi dengan kegelapan, cahaya yang tiba-tiba menembus penglihatannya sangat menyilaukan. Dia secara spontan mengulurkan tangannya untuk menghalanginya dan mendengar suara seseorang yang tiba-tiba berlutut dan meratap, "Selir, maafkan budak tua ini, hamba salah paham dan telah menyalahkan Selir, tolong selamatkan Edd."“Bantu aku berdiri!” Sera perlahan menurunkan tangannya, dan berkata dengan suara serak.Dayang Nadiin segera meletakkan lentera dan membantu Sera berdiri. Melihat noda darah di belakang Sera, dia tahu wanita ini terluka parah. Dia ragu-ragu sejenak. Dia masih sangat membenci wanita ini, tapi bagaimana jika apa yang dikatakan Edd benar?"Selir, Anda bisa berdiri?"“Ambilkan kotak obatku!” Sera tahu Dayang Nadiin sangat membencinya, namun dia rela berlutut untuk memohon bantuan, mungkin karena situasi Edd sudah sangat parah, jadi dia juga tidak peduli orang lain mengetahui kotak obatnya.“Baik, baik!” Dayang Nadiin mengambil kotak obat, kemudi
Setelah melakukan semua ini, dia kelelahan dan tidur tengkurap di atas meja, dia tahu tindakannya tidak pantas, tetapi dia tidak memperdulikannya lagi.Setelah beristirahat sebentar, terdengar suara cemas Dayang Nadiin, "Selir, bagaimana keadaannya?"Sera berdiri perlahan dengan bertumpu pada meja, dan berkata dengan lemah, "Masuklah."Pintu segera didorong, Dayang Nadiin dan Fara bergegas masuk. Keduanya berlari menghampiri Edd, melihat napas Edd sudah stabil, Dayang Nadiin menghela napas lega.Sera mengambil kotak obat dan berkata, "Rahasiakan kejadian malam ini, jangan beri tahu Baginda Raja dan yang lainnya."Dayang Nadiin dan Fara saling memandang, merasa agak terkejut.Fara melangkah maju untuk membantu Sera, "Selir, hamba akan menuntunmu kembali.""Tidak perlu, jaga Edd saja. Aku meninggalkan obat di samping tempat tidur. Berikan setiap setiap dua jam. Jika obatnya habis, ambil obatnya di kamarku." Sera menepis tangannya dan berjalan keluar dengan susah payah."Selir.." Teriak
Dia sudah tidak dapat membedakan kenyataan dengan ilusi. Dia segera mendorong kotak obat itu ke kolong tempat tidur, tetapi saat masuk ke kolong tempat tidur, kotak obat itu tiba-tiba menghilang.Dia menahan napas, kemudian mengulurkan tangan untuk meraba kolong tempat tidur. Tidak ada apa-apa di sana.Dia merinding dan perlahan merangkak kembali ke tempat tidur dengan terengah-engah.Kejadian akhir-akhir ini berada di luar nalarnya. Berdasarkan pengalaman dan pengetahuan medisnya dia tidak bisa menemukan jawaban. Ada banyak hal yang belum diketahui manusia, ini benar-benar membuatnya ketakutan.Pintu tiba-tiba didorong dengan kasar. Sebelum Sera sempat mendongak, dia merasa mati rasa dan terjatuh dari tempat tidur ke lantai."Apakah kau masih ingin berpura-pura? Kalau masih belum mati, segera ganti pakaianmu dan pergi ke istana bersamaku!" Suara kencang itu memekakkan telinganya, tubuhnya ditarik dan dibanting dengan kasar ke lantai. Tubuhnya gemetar kesakitan, sebelum dia sempat meng
Setelah minum sup itu, perutnya terasa hangat dan dia merasa jauh lebih nyaman.Dayang Nadiin berbisik: "Selir, setelah kembali dari istana hamba akan merawat tubuhmu. Tidurlah sebentar, semuanya akan membaik setelah bangun."Sera memejamkan mata, benaknya dipenuhi dengan percikan api, dan suara bising.“Kau bahkan tidak pantas dibenci olehku, kau membuatku sangat muak. Kau seperti lalat yang berterbangan di antara sampah-sampah yang busuk, membuat semua orang merasa jijik. Karena itu, aku harus minum obat perangsang agar bisa tidur denganmu."Itu adalah suara Raja Deon Chu, kata-katanya penuh kebencian. Dia tidak pernah mendengar kata-kata sekejam itu dalam hidupnya.Selain itu, juga terdengar suara isak tangis, percikan api berubah menjadi genangan darah.Perlahan-lahan, semuanya kembali tenang.Seolah-olah benang-benang kusut dalam pikirannya sudah terurai. Rasa sakitnya berangsur-angsur hilang, lebih tepatnya mati rasa.Dia membuka matanya dan melihat Fara berdiri di samping tempa
Sebuah kotak dengan ukuran sangat kecil, sekitar setengah kepalan tangan. Itu adalah kotak obatnya yang hilang.Kenapa bisa begini? Mengapa kotak obatnya menyusut dan bersembunyi di lengan bajunya?Sera tiba-tiba merinding.Pada saat ini, terdengar suara langkah kaki di belakang, dia bergegas memasukkan kotak obat kecil itu ke dalam saku di lengan bajunya."Hamba akan mengantar Selir." Fara mendukungnya. "Hamba akan meminta ijin pada Baginda Raja untuk masuk ke istana bersama Selir."Sera tidak mengerti dengan apa yang dikatakan Fara, tetapi hanya mengangguk dan mengikutinya keluar.Setelah melewati beberapa tikungan dan menelusuri koridor yang berliku-liku, mereka tiba di pintu masuk.Kereta kuda sudah menunggu di luar pintu, Raja Deon Chu tidak duduk di dalam kereta, tetapi menunggangi kuda hitam.Dia menatapnya dengan wajah cemberut dan berkata dengan ketus, "Ayo, berangkat."“Yang Mulia Baginda Raja, apakah membutuhkan hamba mengikuti ke istana?” Fara memberanikan diri untuk bertan