Dinasti Tang Utara, Paviliun Sarayu di Istana Chu. Cahaya lilin berkedip-kedip memantulkan aksara Mandarin ‘Xi’ yang artinya ‘bahagia’ pada kertas lusuh berwarna merah yang tertempel di seluruh penjuru ruangan. Sinar lembut memenuhi seluruh dinding dari tepi ranjang berukir emas, terlihat sepasang bayangan.Wajah Sera sabar dan acuh.Satu tahun setelah menikah, suaminya bahkan tidak pernah menyentuh seujung jarinya. Saat Sera memasuki istana kemarin lusa, Ibu Suri memandangi perutnya yang rata dan menghela nafas, sangat kecewa, beliau malahan membicarakan tentang pernikahan dengan selir. Sehingga dia memutuskan harus memberitahu Ibu Suri kenyataan, meskipun mereka sudah setahun menikah, tapi belum pernah sekamar.Saat itu dia tidak ingin mengadu sambil menangis, hanya saja, hatinya tak bisa.Sera pertama kali bertemu dengan Baginda Raja saat menginjak usia tiga belas tahun. Jatuh cinta pada pandangan pertama yang dirasakannya, seketika itu hatinya langsung merasa terpikat dan setelah b
Dia pingsan setelah menyuntikkan dirinya sendiri obat yang sedang dikembangkannya, lalu terbangun dan berada di sini.Beberapa kenangan di benaknya yang bukan miliknya perlahan-lahan terjalin dengan kenangan pribadi yang dimilikinya.Sera telah mendambakan Baginda Raja Deon Chu sejak lama. Mereka bertemu saat sang Baginda Raja berusia lima belas tahun, dia mengunjungi rumah sang putri untuk mengadakan perjamuan. Sejak saat itu dia membuat rencana untuk menjebak Raja Deon yang saat itu lalai, mengorbankan hidup, dan matinya untuk mencapai tujuannya, untuk menjadi Selir di kerajaan Chu.Sangat disayangkan setelah menikah selama setahun, bagaimana pun, Baginda Raja Deon bahkan tidak mau melihatnya.Meskipun gadis insinyur ini tidak pernah merasakan jatuh cinta, tubuhnya memberi tahu bahwa sebelum kematian pemilik aslinya, dia adalah gadis yang agresif.Memori si pemilik tubuh asli di benaknya juga mengkonfirmasi demikian.Dari seorang Doktor muda jenius bertransformasi menjadi Selir di ke
Pemilik asli tubuh ini pasti terlalu lemah, sehingga tanpa disadarinya dia tertidur dengan rasa pusing yang hebat. Dia bermimpi, mimpi yang benar-benar membawanya kembali ke ruang penelitian.Ruang penelitian yang diatur perusahaan untuknya sangat rahasia, selain ketua perusahaan dan asisten, selebihnya hampir tidak ada yang tahu lokasi ruangan tersebut.Tidak ada yang berubah di sini, dia menyusuri meja, komputer, mikroskop, jarum suntik yang digunakannya untuk menyuntik, serta tabung reaksi di sudut yang terbengkalai.Komputer dihidupkannya, me-login WeChat-nya. Banyak pesan yang muncul terus-menerus, semuanya dari anggota keluarga yang menanyakan keberadaannya.Dia menyentuh keyboard lalu merasakan kesedihan di hati atas kematiannya di zaman modern.Ia benar-benar tak akan bertemu dengan orangtuanya lagi.Beberapa saat kemudian ia tersentak, ia melihat sebotol iodophor diletakkan di atas meja, ini adalah yang dia bawa sebelum menyuntikkan dirinya sendiri. Karena dia sudah lama di i
Sera tertegun sesaat, beberapa kenangan tiba-tiba melintas di benaknya: sehari sebelum kecelakaan Edd, bocah malang itu. Si pemilik asli tubuh ini memarahi dan memerintahkannya untuk menutup rapat papan kayu di sebuah gubuk. Lalu dia mengalami musibah, pasti karena terkena paku saat dia jatuh terguling di dalam gubuk itu.Dia seharusnya tidak melakukan tugas ini.Tidak hanya itu, karena orang yang dinikahinya membencinya, ia melampiaskan amarahnya pada orang-orang-orang suruhan Raja Deon ini, ia akan selalu memukul dan memarahi orang-orang di sekitarnya, Dayang Nadiin juga pernah dilukai dengan pecahan cangkir olehnya hingga keluar banyak darah.Hati pemilik asli tubuh ini tidak terlalu baik, tidak mengherankan lagi tak ada yang menyukainya. “Coba kau tanyakan Dayang Nadiin boleh aku pergi dan menemuinya?” Tanya Sera.“Jika Selir berhati mulia, pasti tidak akan berakhir seperti ini, tidak harus munafik. Dayang Nadiin dan Edd tidak ingin bertemu dengan Selir.” Kata Fara, berbalik dan p
Dayang Nadiin berlutut di tanah dan memohon pada tabib Lee. tabib Lee memandang Bima Tang, seorang pengawal istana. Pengawal Bima dengan suara yang berat berkata, "tabib, Anda bisa coba lagi?"Tabib Lee mencibir, “Coba lagi? Anak ini sekarat, kalau dia sampai mati bisa merusak reputasi saya”.Setelah mendengar kata-kata tersebut, Dayang Nadiin menangis nyaris pingsan, dengan terengah-engah dan berteriak "Kasihanilah anak ini!"Fara maju untuk sedikit menghiburnya, membantu Dayang Nadiin berdiri dan duduk kembali.Pengawal Bima berkata kepada tabib: "Anak itu benar-benar kesakitan, cobalah resepkan obat untuk meredakan rasa sakitnya, untuk memberikan bukti bahwa Anda telah merawatnya.”Sembari memberikan ide demikian, Pengawal Bima memasukkan logam perak ke lengan baju sang tabib.Tabib Lee menanggapi, "Tidak ada gunanya jika pun rasa sakitnya berkurang. Jika sudah waktunya untuk mati, pasti akan mati."“Baik, baik!” Pengawal Bima juga memohon agar Edd tenang, kondisi anak itu terlihat
Sera setengah sadar saat lehernya tiba-tiba dijepit oleh jari-jari Baginda Raja, matanya melebar, dan dia melihat wajah marah Raja Deon Chu, udara dipaksa keluar dari dadanya dan matanya menjadi gelap. Hampir pingsan."Dia hanya anak laki-laki berumur sembilan tahun," suara giginya yang terkatup terdengar di telinganya, "Bagaimana kau bisa memiliki tangan yang begitu kejam, kemarilah, seret sang putri keluar dan pukul dia dengan tongkat selama tiga puluh kali!"Sera sebelumnya tidak dapat tidur selama beberapa hari dan hampir tidak memiliki kekuatan fisik. Setelah ditampar seperti itu, dia terlalu lemah untuk berdiri. Begitu tangannya yang mencekiknya dilepaskan, ia pun itu jatuh dengan lemas ke tanah. Udara Kembali masuk ke dalam paru-parunya, dia menarik napas panjang, tetapi dia tiba-tiba langsung diseret oleh seseorang.Dalam kegelapan, dia hanya melihat wajah Raja Deon yang hampir sedingin es dan rasa murka dari matanya, mantel brokat yang mewah itu ...Sera diseret langsung menur
Pengawal Bima menginstruksikan Fara untuk mengambilkan obat, lalu menghibur Dayang Nadiin beberapa patah kata lagi dan kemudian berbalik.Dayang Nadiin terus menjaga, dan dia menjadi takut saat sudah mulai malam.Fara juga datang untuk menemaninya, mereka berdua tidak berbicara, hanya memandang Edd sambil menahan napas, takut anak itu tidak menarik nafas lagi.Namun, Edd telah tertidur dan ketika dia mendekati anak itu, dia terbangun secara tidak terduga dan membuka satu mata untuk melihat Dayang Nadiin, "Nenek, aku lapar!"Dayang Nadiin sangat terkejut sampai nyaris melompat, setelah terluka parah, dia tidak bisa makan lagi dan dia bahkan tidak bisa minum susu kambing yang sudah sangat sulit didapatkannya.Dia mengulurkan tangan dan menyentuh dahinya, ternyata tidak begitu panas lagi.“Obat tabib sangat mujarab, mujarab!” Kata Dayang Nadiin pada Fara.“Ya, obat tabibnya manjur!” Fara juga sangat senang.tabib Lee diundang lagi ke Istana Chu keesokan harinya.Mendengar bahwa bocah i
Setelah makan sebagian mantau kukus, dia merasa kekuatannya mulai pulih dan berusaha untuk bangun dengan menopang tubuhnya di meja, tetapi dia masih tidak bisa menuangkan air, hanya bisa minum air yang tersisa di gelas.Setelah merasa lebih baik, dia berusaha meluruskan kakinya dengan perlahan, dan berbaring telungkup di lantai, gerakannya membuat luka di punggungnya terasa perih dan sakit.Dia menggertakkan giginya untuk menahan sakit kemudian merangkak dengan sikunya untuk meraih kotak obat. Meskipun tidak bisa melihatnya, dia ingat dimana obat anti-inflamasi dan obat pereda demam diletakkan.Tidak bisa mendapatkan suntikan, dia terpaksa menambah dosis obat.Sekitar setengah jam kemudian, dia mengambil vitamin C dan minum beberapa tablet, karena tidak ada air, mulutnya terasa sangat asam.Setelah minum obat, dia meringkuk dan terengah-engah di lantai. Selama hidupnya, dia tidak pernah mengalami penderitaan fisik seperti ini. Pukulan tadi membuatnya sadar bahwa zaman ini sangat berbed