KEGELISAHAN PURWATI-BALIK KE POV AUTHOR ❤- "Bu? Dari mana?" tanya Sifa yang tiba- tiba bangun dari tidurnya dengan mata sembab."Loh kau kenapa, Ndu?" tanya Purwati sambil berjalan mendekati Sifa yang matanya sdah sembab sekali. Dia mengelus lengan Sifa, dan mendudukkan Farhat di pinggir ranjang.“Uti (Panggilan untuk nenek singkatan dari Eyang putri) dan Farhat tadi dari mana?” tanya Sifa mengalihkan perhatian dan pertanyaan mertuanya.“Ini membeli camilan dan mainan untuk si Farhat! Takut nanti di rumah sakit dia bosan dan mengajak pulang, tahu sendiri to namanya anak- anak mudah bosan! Le, tunjukkan ke Umimu mainan barumu yang di beli tadi dengan Uti,"” perintah Purwati pada cucunya sambil mengeluarkan belanjaan yang ada dalam kantong kresek hitam.“Masyaallah banyak sekali to, Bu? Ayok Farhat sudah bilang matursuwun belum sama Uti? Terimakasih ya, Bu,” kata Sifa tulus sambil menyuruh putranya berterimakasih pada neneknya. Sifa selalu mendidik anakn
TREK LISANG (BAYI MENINGGAL KEGUGURAN)-BALIK KE POV AUTHOR ❤- “Siapa wanita yang bersamamu tadi Rio?” tanya Purwati.Glek Rio menelan ludahnya kasar. Sejuta tanya memenuhi benak Rio. Apakah sang Ibu tahu semuanya? Mengapa bisa sang Ibu tahu? Apa yang harus Rio katakan saat ini?“Jawab Ibu...” bentak Purwati dengan tegas.“Emmm... Apa sih, Bu? Rio tak mengerti dan tak paham tentang apa yang Ibu katakan! Wanita siapa Bu?” tanya balik Rio.“Wanita di lorong rumah sakit yang kau antarkan ke mobil tadi! Siapakah dia? Via?” tanya Ibu Rio sambil memandang putranya dan menghentikan langkah kakinya.Rio terdiam, apakah ini saatnya mengenalkan sosok Gendhis pada orangtuanya. Apakah Gendhis bersedia di perkenalkan. Lalu apa yang terjadi jika mereka sudah berkenalan."Ah sial! Harus apakah aku saat ini?" batin Rio bingung.“Dari raut wajahmu sepertinya bukan Via! Dia lebih tinggi dan lebih berisi dari pada Via. Seingat Ibu Via dulu kurus dan pendek," t
SALAH ORANG TUA YANG MEMAKSA!-BALIK KE POV AUTHOR ❤- “Ini tentang anak kita Rio, Pak!” ucapnya sambil menatap mata suaminya dalam- dalam.“Ada apa?”“Sepertinya Rio mulai bermain api di belakang Sifa! Bagaimana rumah tangganya yo, Pak?" tanya Purwati."Apa maksudmu, Bu?" tanya Suhadi mengernyitkan keningnya heran dengan ucapan sang istri."Ibu memergokinya dengan wanita saat di rumah sakit ketika Sifa keguguran. Dia benar- benar sedang mengantarkan seorang wanita tadi pagi di rumah sakit, Pak!” adu Purwati.“Apa dia juga melahirkan anak Rio?" tanya Suhadi penasaran. Walau bagaimanapun anak itu tidaklah salah dan tetap cucunya walau dia di lahirkan bukan dari istri sah. Begitulah anggapan Suhandi.Ibu Rio menggelengkan kepalanya. Membuat harapan Suhadi ini pupus. Padahal dia mengidamkan cucu baru lagi.“Sepertinya tidak Pak, entah ada keperluan apa wanita itu sampai berada di rumah sakit yang sama dengan Sifa, jujur saja, Pak! Aku snagat cemas sekarang ini,” ucap Purwati.“Apa kau ke
ADAT BUDAYA KEJAWEN DAN ISLAM YANG DI SATUKAN!-BALIK KE POV AUTHOR ❤- “Tapi Pak...”“Sudahlah Bu, biarkan mereka menjalani rumah tangga sendiri! Jangan pernah kau sampai bertanya pada Sifa tentang masalah ini, jangan mengadukan apapun pada Sifa. Biarkan ini menjadi rahasia kita saja. Kecuali jika Sifa meminta pendapat kita, atau Rio meminta pertimbangan kita untuk memecahkan masalah atau mencari solusi. Baru kita boleh memberikan pendapat. Jika tidak, sebaiknya kita diam tak usah banyak bicara atau jadi pahlawan kesiangan! Tugas kita adalah mengarahkan anak kita Rio saja karena itu bentuk tanggung jawab kita sebagai orang tua, jangan sampai ikut terlalu dalam,” sahut Suhadi memotong pembicaraan istrinya.“Entah apa yang membuat Rio keblinger (Salah jalan) sampai wanita sebaik Sifa di sia- siakan, Pak! Bahkan jika Ibu menjadi lelaki akan merasa sangat beruntung bisa mendapatkan istri seperti Sifa,” ucap Purwati.“Buk.. Nyebut (Mengucap istighfar)! Jangan terlena kau! Apa yang terliha
JENANG SENGKOLO DAN GOLONG BUCENG-BALIK KE POV AUTHOR ❤- 'Tring' 'Tring' 'Tring' satu panggilan masuk dari Rio di HP Suhadi. Suhadi mengangkatnya dengan mengusap layar."Hallo, assalamualaikum! Ada apa, Le?" tanya Suhadi."Waalaikumsalam, Bapak sekarang di mana?" tanya Rio di sebrang telpon."Masih di rumahmu! Ada apa?""Ibu?" tanya Rio."Ada di sini, di samping Bapak! Ada apa?" sahut Suhadi."Mungkin Rio akan pulang bersama Sifa nanti sore, Pak! Dokter tadi sudah mengizinkan untuk pulang, Pak," jelas Rio."Ya sudah kalau begitu, hati-hati! Bapak dan Ibu masih mau belanja ke pasar untuk kendurian las milikmu, rasanya Bapak dan Ibu pulang sebentar. Karena tak mungkin kendurian di sini, tak ada yang dibagi berkat dan kami tak mengenal warga sini juga, malah sungkan nanti mau undang- undang," ujar Suhadi."Iya, Pak! Oh iya, Rio ingin berbicara langsung dengan bapak kapan-kapan berdua," ucap Rio ragu-ragu."Datanglah, Le! Kapan pun kau mau, Bapak akan ada," sahut Suhadi.Dia tahu anakny
RINDU BABY BINALKU!-BALIK KE POV AUTHOR ❤- "Sebegitunya kah kau tak ingin menikah denganku, Mas?" tanya Sifa dalam hati.Sifa membuka map itu, benar seperti dugaannya. Ternyata isi map itu adalah biodatanya dulu saat ta'aruf dengan Rio. Yang membuat sifat sangat kaget adalah map itu masih tertutup rapat. Bahkan masih ada lem di sana. Itu berarti Rio tak pernah membukanya. Bahkan saat mereka pertama kali bertemu dan Sifa membuka cadar itu adalah pandangan pertama Rio."Allah, mengapa aku harus mengalami ini?" tanya Sifa pada dirinya sendiri.Dia memeluk map itu dan menangis. Dia berjalan ke arah ranjang dan membaringkan tubuhnya sambil berpelukan dengan map. Entah berapa lama dia tertidur, sampai tepukan di pipinya membangunkan dia. Sifa mengerjapkan matanya, ternyata Rio sudah ada di sampingnya."Dek, bangun! Ada Abah dan Umi datang, mereka sudah di depan," kata Rio."Kau membawa apa itu?" tanya Rio."Mas, bukankah map ini adalah map yang berisi bio
KECURIGAAN MAYA!-BALIK KE POV AUTHOR ❤- "Mas ada telpon," ucap Sifa."Angkatlah!" perintah Sifa melihat suaminya salah tingkah.Sifa menatap tajam ke arah Rio. Dia ingin melihat apakah suaminya mau mengangkat telepon itu atau tidak. Jika memang telepon itu bukanlah dari simpanan suaminya itu, tentulah dia akan mengangkatnya di depan semua. Apalaagi jika masalah pekerjaan. Tetapi jika tidak berani untuk angkat bisa dipastikan itu adalah telepon dari simpanan Rio. Mengingat di rumah mertuanya sinyalnya sangat minim sehingga Rio tidak bisa bebas berhubungan dengan wanitanya itu."Tidak penting!" sahut Rio."Tidak penting atau dari seseorang yang sangat penting bagimu, Mas? Tetapi kau malah tidak berani mengangkatnya," sindir Sifa.Semua orang yang ada di ruang makan itu langsung terdiam. Seketika suasana canggung terasa. Apalahgi kedua orang tua Rio, bukan karena apa-apa, mereka tahu jika menantu dan anaknya itu sedang tidak akur dan rumah tangganya dalam
RINDU ATAU NAFSU?-BALIK KE POV AUTHOR ❤- "Habisnya kau selalu curiga terus denganku, Dek! Kalau memang kau curiga ayo ikut denganku! Sesimpel itu! Jangan kau mempersulitnya," ajak Rio."Allah jangan ikut, mampus aku jika Sifa ikut alamat aku tak bisa bertemu dengan Baby binalku!" batin Rio dalam hati.Melihat suaminya yang serius seperti itu membuat Sifa cukup percaya kali ini. Beliau memang berkata sebenarnya. Apalagi dia berani mengajak Sifa. Logikanya jika memang dia bertemu dengan selingkuhannya tentu saja dia tak akan berani mengajaknya. Apalagi di rumah itu ada Maya, Sifa lebih tertarik di rumah saja mengobrol dengan Maya."Udah kalau begitu, aku di rumah saja, Mas!" ujar Sifa.Sifa mencium tangan Rio, begitupun Rio mengelus rambut Sifa dan menciumnya sekilas. Dalam hati Rio sekarang dia lega karena Sifa tak jadi ikut dengan ancaman dan alasannya. Padahal Rio tadi sudah ketakutan kalau Sifa nekat ingin ikut. Karena dia akan menemui baby binalnya itu.