RINDU ATAU NAFSU?
-BALIK KE POV AUTHOR ❤-"Habisnya kau selalu curiga terus denganku, Dek! Kalau memang kau curiga ayo ikut denganku! Sesimpel itu! Jangan kau mempersulitnya," ajak Rio."Allah jangan ikut, mampus aku jika Sifa ikut alamat aku tak bisa bertemu dengan Baby binalku!" batin Rio dalam hati.Melihat suaminya yang serius seperti itu membuat Sifa cukup percaya kali ini. Beliau memang berkata sebenarnya. Apalagi dia berani mengajak Sifa. Logikanya jika memang dia bertemu dengan selingkuhannya tentu saja dia tak akan berani mengajaknya. Apalagi di rumah itu ada Maya, Sifa lebih tertarik di rumah saja mengobrol dengan Maya."Udah kalau begitu, aku di rumah saja, Mas!" ujar Sifa.Sifa mencium tangan Rio, begitupun Rio mengelus rambut Sifa dan menciumnya sekilas. Dalam hati Rio sekarang dia lega karena Sifa tak jadi ikut dengan ancaman dan alasannya. Padahal Rio tadi sudah ketakutan kalau Sifa nekat ingin ikut. Karena dia akan menemui baby binalnya itu.WARNING 21++ MANUSIA ITU PENDOSA-POV AUTHOR-“Ceraikan istrimu Mas agar kita bisa bersama...” ujar GendhisRio tak menjawab dia hanya ingin menuntaskan hasrat yang sudah beberapa minggu di pendamnya. Gendhis berusaha untuk menolaknya, namun hasrat Rio sangat kuat. Dia memeluk Gendhis begitu kuat, membuat Gendhis kelonjotan sendiri."Mas, lepas!" perintah Gendhis. Rio tak meggubris perintah Gendhis. Dia mencium dan melumat bibirGendhis dengan nafsu nya yang menggelora."Kau sangat cantik sekali, Baby! Aku ingin mencium...."'Clup' belum selesai Rio mengatakannya Gendhis langsung melumat bibir Rio. Dia sudah terpancing nafsunya juga. Lidah mereka saling bertautan bertukar air liur."Mhhh," desah Gendhis.Rio mulai mengecup dua dada bulat penuh milik Gendhis. Tangannya bergerilya sampai punting itu mencuat keras dan padat. Rio memainkannya. Entah kapan Rio membuka bajunya, Gendhis sampai tak menyadarinya.Rio memepetkan tubuh Gendhis ke arah dinding. Satu kaki Gendhis di topangkan pada
JANJI RIO!-POV AUTHOR-"Tapi Baby," sahut Rio yang di balas Gendhis dengan mengangkat tangannya satu tanda dia tak ingin mendengar penjelasan Rio lagi."Baiklah, Baby! Aku akan memberikan waktu untukmu sendiri," ucap Rio sambil meninggalkan Gendhis di dalam kamar mandi. Dia baru menyadari sekarang bajunya telah basah dan tak memiliki baju ganti. Di kamar Gendhis hanya tersedia kaos tapi tak ada celana. Akhirnya Rio kemudian membuka aplikasi belanja online dan memilih toko baju yang memang berada di sekitarannya untuk di antarkan melalui jasa pengiriman ojek. Setelah memilih baju, Rio menunggunya dan tertidur dengan Hp yang masih di genggaman. Gendhis keluar kamar mandi setelah mendengar pintu rumahnya di ketuk. Segera dia memakai baju, terlihat Rio tidur dengan selimut yang menutupi tubuhnya. Gendhis tersenyum melihat pemandangan itu. Sebenarnya dia memang terlihat menang satu langkah dari pada Sifa istrinya.“Sebentar... tunggu ya,” teriak Gendhis yang keluar dari kamar mandi. Dia
APAKAH COUNTER JUGA MENJUAL HP BARU, MAS?-POV AUTHOR-“Pakailah baju mu, Mas! Biarkan baju yang basah tetap di sini! Aku akan mencucinya nanti, sekarang mari kita makan! Gendhis lapar sekali,” ajak Gendhis. Jika sampai Rio menuruti permintaan Gendis maka Sifa akan bertambah curiga. Apalagi jelas parfum itu adalah parfum wanita. Selain itu jika baju baru yang di pakai baju lama tak di bawa pulang tentulah wanita akan sangat curiga dan berpikir ke mana baju yang lama."Bagus, Mas!" pekik Gendhis dalam hati yang senang karena Rio menuruti permintaannya. Rio memakai baju yang baru saja di belinya.“Mas mau Bajingann?” tanya Gendhis sambil menuntun tangan Rio untuk kembali turun ke bawah lantai satu.“Astagfirulloh, Baby! Kenapa mulutmu berbicara sekasar itu? Siapa yang mengajarimu misuh (mengumpat) seperti ini? Hah?” Rio terkejut mendengar ucapan Gendhis barusan.Gendhi hanya tersenyum, dia berlalu tak meladeni ucapan Rio. Rio segera membuntuti Gendhis untuk meminta penjelasan dari apa y
SELIR KESAYANGAN SUAMIKU!-POV AUTHOR-Sifa tersenyum getir, padahal dari siang dia menahan lapar demi bisa makan siang bersama sang suami. Nyatanya suaminya Rio malah makan sendiri tanpa mempedulikannya bahkan telponnya berkali kali tak indahkan. Sifa melihat pakaian suaminya tampak baru. “Apakah counter hp itu juga melayani makan sekaligus baju baru Mas?” tanya Sifa.Rio menoleh memandang ke arah istrinya dengan wajah yang menampilkan sejuta tanda tanya. Sifa menghaap Rio dan bergantian menatap tajam ke arahnya. Rio pun teringat sesuatu."Matih aku! Aku kan ganti baju, jelas Sifa menyadarinya," batin Rio merutuki kebodohannya sendiri yang terlalu sembrono kali ini.“Baju dari mana, Mas? Mana baju bekas, Mas?”“Hah? Apa maksudmu, Dek?” tanya Rio seolah- olah bingung dan tak mengetahui apa yang terjadi. Padahal dalam hatinya dia sedang mencari alasan apa yang bagus dan tepat untuk me“Bukankah Mas Rio tadi menggunakan kemeja flanel lengan panjang berwarna coklat campur kuning mustard
Al- Muttaqim!-POV AUTHOR-"Kapan kah keluarga dan rumah tanggaku dapat kembali seperti ini? Yang ada hanya bahagia tanpa air mata, kapan ya Allah?" Batin Sifa dalam hati.kemudian dia segera mencari hp-nya, hanya Abah- nya lah sekarang yang bisa sedikit menenangkan hatinya. Walaupun dia tak akan berani mengatakannya secara langsung setidaknya mendengar suara Abah itu akan sedikit melegakan. Karena percuma saja jika curhat dengan mertuanya Purwati, dia tidak begitu tahu dan paham tentang agama.'Tut' 'Tut' telepon tersambung. Tak lama terdengar suara sejuk Abahnya menyapa di seberang sana. Suara itu langsung bagaikan air yang menyirami gurun pasir. Sangat menyejukkan hatinya."Assalamualaikum, Nduk," sapa Abah ramah."Waalaikumsalam, Bah! Sedang sibuk tidak?" tanya Sifa sambil mengusap air matanya. Walaupun tak terlihat oleh Abah nya. "Abah baru saja selesai mengaji, ada apa? Kok tumben sekali telepon malam, Nduk?" tanya Abah sedikit heran."Apa perutmu sakit bekas operasinya, Nduk?
AJAKAN MAKAN BERSAMA TENGAH MALAM!-POV AUTHOR-"Bah, apa yang harus Sifa lakukan sekarang? Walaupun seribu kali sifa bertanya, rasanya seribu kali juga Abah harus menjawab dengan jawaban yang itu- itu saja. Maafkan Sifa ya, Bah! Maaf jika selalu membuatkan Abah kepikiran, Sifa tutup ya, Bah! Assalamualaikum," kata Sifa langsung menutup telpon. Dia menangis di bawah bantal."Dek!" panggil Rio.Sifa memilih diam tak menyahut. Dia segera naik di atas ranjang dan berpura- pura tidur. Dia takut suaminya akan marah jika dia menelpon Abahnya dengan kondisi seperti ini. Tentulah Rio akan menuduh bahwa Sifa mengadukannya pada Abah. Walaupun kenyataannya tidak seperti itu.'Klek' suara pintu terdengar di buka. Rio mendapati istrinya sdah tertidur di kasur milik Farhat yang lama tak di tempati. Rio mendekati istrinya itu. Dia memandang Sifa dengan rasa kasihan. Dia sama sekali tak berminat untuk menyentuhnya."Maafkan aku ya, Dek! Membawamu dalam lingkup ini," batin Rio sambil mematikan lampu d
BAJU MANA PILIHANMU, MAS?"Mas, di sini saja," perintah Sifa menyuruh rio untuk segera ke meja makan."Sebentar aku menunggu gojek, Dek! Sudah sampai gerbang perumahan. Aku keluar dulu," sahut Rio."Aku harus menanyakan lagi perkara baju itu," tekat Sifa dalam hati.Tak lama Rio kembali ke dalam rumah. Dia menuju ke ruang makan menemui istrinya. Sifa yang sudah berada di meja, Rio datang kembali sambil membawa beberapa kresek tentengan yang berisi pesanan makanannya."Ambilkan piring, Dek!" perintah Rio sambil meletakkan kresek berisi makanan itu di atas meja. Dengan sigap Sifa segera mengambilkan piring untuk suaminya dan mebuka bungkusan itu. Di dalamnya terdapat dua ayam bakar bagian dada dan paha, satu gurame jumbo, dan dua lele goreng tanpa nasi putih. Itu semua adalah makanan kesukaan mereka berdua, tak lupa sambal terasi dan lalapan juga sebagai pelengkapnya.Sifa segera mengambil nasi di magic com yang masih bagus dan hangat. Kemudian meletakkannya di
POLIGAMI?-POV AUTHOR-“Jawablah Mas, atau kau ingin waktu?” tanya Sifa lagi.Rio tetap terdiam tak bisa lagi menanggapi ucapan istrinya. Dia tak ingin bertengkar dengan Sifa namun juga tak memiliki alasan untuk mengelak lagi. Dia hanya diam.“Baiklah, Mas! Mungkin Mas butuh waktu, katakan pada Sifa jika Mas sudah menemukan jawabannya. Mas, ingatlah tidak semua baju baru senyaman baju yang lama. Tidak pula berarti baju yang lama lebih jelek dari pada yang baru, kadang baju yang lama itu lebih bagus kwalitasnya, lebih awet, dan lebih memberikan kenyamanan. Namun ada kalanya Mas bosan dengan baju lama karena warnanya, ukurannya, atau bentuknya," terang Sifa."Masalahnya di sini gampang Mas! Mas tak perlu sampai membeli baju baru, bawalah baju lama Mas ke tukang jahit untuk mempermak baju itu! Atau bisa juga ke toko aksesoris memberi sentuhan aksesoris baru agar terlihat lebih baik bajunya. Mas paham kan?” ujar Sifa lirih dan terisak menahan perih di dadanya.Rio tetap diam tak bergeming