Timezone!
"Selamat ulang tahun! Selamat ulang tahun, selamat ulang tahun, Sayang! Selamat ulang tahun," kata Gendhis sambil menyanyikan lagu selamat ulang tahun untuk putranya.Bocah berumur satu tahun itu melonjak kegirangan karena terdapat banyak balon yang mengelilingi mereka. Melihat putranya yang begitu gembira tak terasa Gendis bernyanyi sambil meneteskan air mata. Dia terharu melihat betapa bahagianya bocah lelaki itu, Gendis merangkul erat dan memeluknya, dia menciumi kedua pipi gembul itu."Selamat ulang tahun Rahandika Kai Niskala, seperti arti namamu kau harus menjadi seorang lelaki yang kuat bagaikan prajurit gagah dan perkasa juga berparas tampan. Tak ada yang perlu kau takutkan di dunia ini, karena ibu akan selalu ada untukmu," ujar Gendhis sambil mencium pipi gembul Kai.Hari ini tepat Kai berumur satu tahun, tak ada perayaan istimewa. Gendis memang sengaja merayakannya hanya berdua dengan sang buah hati. Sejak kejadian terakhir di Ponorogo Gendis memuAKU BUKAN PILIHANMU, MAS!-POV AUTHOR-“Jawablah dengan jujur, Sayang! Mereka mengharapkan kejujuranmu, katakan walau itu pahit,” ujar Pohan mengatakan dengan lembut, membuat suasana yang tadinyan panas sedikit mereda.Pohan mengambil sebotol air dingin yang tersaji di meja, membuka lalu meminumnya. Sambil menunggu Gendhis mengangkat suaranya. Dia melihat istri Rio masih duduk lemas di lantai, trenyuh hati Pohan melihatnya. Wanita begitu lemah di hadapan lelaki.“Sebelumnya saya ingin minta maaf dengan tulus pada Mbak Sifa sebagai sesama perempuan. Maafkan saya, Mbak Sifa. Saya khilaf dan mengaku salah pernah berusaha merebut Mas Rio darimu,” ujar Gendhis dengan lantang dan berani.Dia memang mengambil langkah tegas ini. Rasanya dia sudah muak hidup dalam bayangan rasa bersalah. Dia ingin mengakhiri semuanya. Mungkin ini pertemua terakhirnya dengan Sifa dan Rio. Dia ingin meminta maaf untuk semuanya dan pergi dengan tenang.“Tuh kan, dasar lonte!” teriak Purw
GENDHIS & POHAN!Untung saja Farhat anak yang patuh, dia menurut saja ketika orang tuanya mengajaknya pergi. Sifa segera menuntun Rio ke arah yang berlawanan agar mereka tak berpapasan dengan Gendis dan Pohan. Mereka pun memutuskan berjalan menuju foodcourt terdekat."Kau mau pesan apa, Bi? Biar Umi yang pesan, Abi jaga Farhat saja di sini. Mau makan apa?" tanya Sifa kepada sang suami."Kau yakin tak apa- apa? Bukannya perutmu kram?" tanya Rio sedikit khawatir dengan kondisi sang istri karena sejak tadi dia mengeluh perutnya kram. Maklum saja, Sifa sedang hamil tua, HPL tinggal seminggu kurang."Tidak kok, Bi! Umi tak apa, sekalian gerak bisar kaki tak bengkak. Mau makan kentang? CFC? mau Es teller 88?" tanya Sifa."Terserah kau saja, Mi! Kau jangan lupa pesankan makanan kesukaan Farhat. Dia paling suka kentang dan ayam goreng. Pesankanlah yang banyak, lama sekali aku tidak melihat Farhat makan dengan lahap. Apalagi dia akan kembali ke pondok atas sebentar lagi," perintah Rio kepada s
APAKAH MEREKA BERTEMU?Ternyata Pohan menuju kamar mandi. Rio pun segera menghampiri mobil itu dan tak menyia- nyiakan kesempatan itu. Dia menuju mobil itu lalu mengetuk kaca nya dari samping. Tapi dia bersembunyi dengan memiringkan badannya. Begitu kaca di buka oleh Gendhis, Rio memanggilnya."Gendis," panggil Rio.Gendis pun menoleh ke arah suara yang memanggilnya dengan menengok sedikit. Dia terkejut melihat siapa yang berada di sampingnya. Sosok itu tertangkap di ujung ekor mata Gendhis, sosok itu menepi di arah sisi lain mobil. Gendhis langsung menutup mulutnya sangking kagetnya. Dia tak menyangka laki- laki itu bisa berdiri di hadapannya sekarang. Padahal mereka sudah berpisah hampir dua tahun dan lelaki itu tak menemukan keberadaannya."Mengapa sekarang aku harus bertemu dia lagi?" batin Gendis dalam hati sambil langsung berusaha menutup jendela yang setengah terbuka itu.Namun dengan sigap dan tak kalah gesit Rio menghalanginya. Dia menaruh tangannya di s
STNK SIAPA ITU, MAS?"Apakah Mas Rio bertemu dengan Gendis? Mengapa perasaanku tak enak?" batin Sifa dalam hati melihat gerak-gerik sang suami yang tak beres.Sifa tak berani menanyakan lebih lanjut pada Rio, suaminya. Dia hanya bisa berdoa dalam hati semoga itu hanya ketakutannya saja. Karena dia tak ingin kejadian dua tahun lalu terulang lagi. Rasanya cukup sudah dia merasakan sakitnya dikhianati suami sendiri. Dia sedang mencoba menata rumah tangganya untuk lebih bisa baik lagi. Akankah ini juga hancur untuk kedua kali?"Bagaimana, Nduk? Kau jadi pulang besok?" tanya Abah Furqon."Entahlah, Bah! Sifa juga tak tahu bagaimana, Bah. Wong Sifa sama Farhat ini hanya manut dan ikut saja bagaimana keputusan Mas Rio. Kalau Sifa sendiri menganggur saja tak masalah pulang kapan pun. Karena Sifa memang tak memiliki acara yang khusus besok. Kalau pun harus menginap lagi di Surabaya pun, rasanya tak masalah," jawab Sifa."Begitupun Farhat bukankah Farhat masih masuk sekola
MENGUTIT DION"Mas apa yang kau lakukan? Alamat dan STNK siapa itu?" tanya Sifa lagi."Hah? Oh ini Dek, bukanlah masalah penting. Ini hanya STNK! Jadi itu loh, Dek! Tadi itu lho Mas di parkiran mall melihat mobil bagus sekali ternyata itu adalah mobil keluaran terbaru," kata Rio setengah tergagap mendapatis ang istri tiba- tiba bangun dan memergokinya sedang mencari tahu STNK yang di pegangnya."Lalu kok Mas pingin sekali! Mobilnya keren dan bagus sekali, Dek! Nih sampai sengaja tak foto," ucap Rio memperlihatkan Hpnya. Tampak di layar memang foto mobil berwarna hitam."Masya Allah! Bagus sekali yo, Mas," kata Sifa setuju dengan pendapat suaminya."Mas coba lihat pajaknya, Dek! Ternyata mahal sekali, sampai bisa buat beli motor satu," ujar Rio sambil memperbesar tulisan biaya pajak kendaraan tanpa memperlihatkan namanya agar sang istri percaya."Lailahaillallah,Mas! Itu hanya biaya pajak tahunan saja, Mas? Mahalnya!" komentar Sifa."Wes jangan Mas! Beli mobil yang biasa-biasa saja yan
BAYI TAK BERNASAB'Tring' Tringi 'Tring' HP Rio berbunyi. Sifa menelpon. Hati Rio berdetak keras."Apakah Sifa sudah pulang? Mengapa cepat sekali?" batin Rio. Dia bingung, haruskan telpon itu di angkat? Atau di biarkan saja? Akhirnya Rio pun mengangkat telpon istrinya agar tak curiga. Dia lalu mengusap layar Hp nya sambil berjalan menuju lift satunya karena tak ingin kehilangan jejak Pohan."Hallo, asaalamualakum," sapa Rio."Waalaikumsalam! Mas, dimana? Sudah makan?" tanya Sifa."Eh belum, Dek! Masih banyak pekerjaan. Kau di mana? Sudah makan?" tanya Rio sambil memencet lantai lift yang di tuju.Mereka akhirnya berbasa basi sebentar. Saat sudah sampai di lantai yang di tuju Rio mengamati di ujung lantai apartemen yang kebetulan terdapat balkon untuk umum. Rio pun menunggu di sana sambil mengawasi semua pintu apartemen. Karena setiap lantai hanya ada empat ruangan. Akhirnya di tunggu punya tunggu sampai hampir malam. Rio pun melupakan shalatnya demi bisa memata-matai Gendis dan Pohan.
IZINKAN AKU MASUK, GENDHIS!"Berarti mereka tak bisa menuntut ya, Ustad?" tanya Rio."Para MUI memberikan sanksi kepada bapak gen berupa ta’zir melalui pemerintah yang berwenang yaitu untuk menafkahi anak hasil zinanya supaya tercukupi kebutuhan hidupnya dan juga memberikan sanksi supaya bapak gennya melakukan wasiat wajibah supaya hartanya bisa tersalurkan kepada si anak setelah dia meninggal nantinya. Kebijakaan putusan MUI tersebut tiada lain adalah untuk melindungi kepentingan anak, bukan untuk mensahkan hubungan nasab antara anak dan bapak gen nya, putusan ini juga sangat berkesesuaian dengan kebijakan negara Republik Indonesia yang terdapat dalam Undang-undang Perlindungan Anak yang pada intinya mengatur untuk kepentingan anak," jelas Ustad Hisyam."Namun bagaimanapun juga bayi itu adalah anak suci! Dia tidak mewaris dosa kedua orang tuanya. Tapi kerap menjadi masalah saat ayahnya tidak bertanggungjawab dengan alasan anak tersebut bukan hasil dari pernikahan yang sah."Benar Pak
MENCARI TAHU!"Gendhis izinkan aku masuk, Baby! Izinkan," pinta Rio sambil menjorokkan pintu."Pergi, Mas!" perintah Gendhis"Tidak! Aku tak akan pergi sebelum berbicara denganmu," ucap Rio.Karena tak ingin membuat kegaduhan, Gendis pun akhirnya membiarkan Rio masuk ke dalam unit apartemen miliknya. Tak ada pilihan lain, dia tahu betpa keras kepalanya Rio."Baiklah aku akan mengizinkan mau masuk tetapi dengan syarat kau jangan membuat ulah di sini," perintah Rio.Akhirnya Gendis membiarkan Rio masuk dalam apartemen miliknya. Rio pun melangkahkan kakinya masuk ke dalam. Dia melepaskan sepatunya lalu duduk di suhu ruang tamu kecil. Dia duduk di dalam sofa. Meskipun ada anak kecil di dalamnya namun ruangan itu nampak tertata rapi dan apik."Bu! Bu!" teriak seseorang anak kecil berjalan setengah berlari."Hati-hati, Kai! Sayang! Kau nanti akan jatuh jika berjalan seperti itu," tegur Gendis. Gendis pun langsung berjalan ke arah bayi itu dia menggendongnya.Trenyuh hati Rio melihat pemanda