DUA CANGKIR KOPI DI SAAT HUJAN BULAN JUNI!
"Minumlah!" perintah Gendhis."Bahkan kau membuat kopi ini dengan rasa dan takaran yang masih sama. Apakah memang rasa itu juga masih sama?" tanya Rio"Memang daya ingatku saja yang masih tajam! Lagian tak ada yang spesial kok, hanya kopi yang biasa di minum orang- orang. Bahkan Pohan pun menggunakan takaran itu untuk setiap kopi yang di teguknya di rumah ini! Jadi menurutku tak usah besar kepala," ujar Gendhis.Suasana pagi beranjak siang itu cukup mendung. Mungkin karena musim sudah memasuki bulan penghujan. Ah tapi bukankah ini bulan Juni. Harusnya tak ada hujan di bulan ini seperti kata Sapardi Djoko Damono. Gendhis mengambil kopinya, dia menikmati aroma kopi yang menguar. Aroma kopi lampung di mix dengan aceh Gayo. Gendhis menikmati suasana pagi ini sambil menyeruput kopi panasnya."Kenapa kau lari dari semua masalah ini? Bukankah itu seperti pengecut?" tanya Rio setengah mengejek."Gendis yang aku kenal tak sepKEPUTUSAN BESAR"Gendhis, izinkan aku mengetahui bagaimana ceritanya, bagaimana bisa kau sampai sini! Aku ingin mendengar ketegaranmu, kehebatanmu sebagai seorang Ibu," pinta Rio.Gendis memandang ke arah depan dengan tatapan kosong. Perlahan dia membuka lagi lembaran masa lalunya. Saat dia memutuskan untuk pergi ke Surabaya dan meninggalkan semua di Ponorogo. Dia mengambil keputusan besar dalam hidupnya, bahkan sampai saat ini tak ada keluarganya yang tahu juga dia punya anak. Gendhis benar- benar survive sendiri, dia melahirkan dan membesarkan putranya Kai sendiri. Dan itu bukanlah hal yang mudah'Krek' pintu di buka. Rio dan Gendhis menengok ke arah pindu. Dia melihat siapa datang, ternyata Pohan datang sambil membawakan box entah berisi apa. Gendhis cukup terkejut dengan kedatangan Pohan, begitupun Pohan yang tak menyangka dengan kedatangan seorang lelaki yang mendadak di rumahn Gendis. Namun dia masih bersikap tenang seolah tak terjadi apapun. Karena Pohan yakin dia lah pemenangn
DISFUNGSI EREKSI? ATAU EJAKULASI DINI?"Apa sanggahanmu?" tanya Pohan sambil tersenyum sinis.Rio hanya terdiam tak menyanggah. Dia sudah kalah jauh dengan Pohan dari segi pengetahuan. Rio hanya menghela nafasnya panjang."Memang aku tak bisa menyanggahmu! Namun yang pasti hanya akulah yang berhak dengan anak itu! Bukankah begitu, Gendis?" tanya Rio mencari pembelaaan.Pohan mengangkat tangannya, dia tak ingin Gendhis menyahutnya. Karena dia ingin berdebat dengan Rio. Lelaki pecundang di pandangan Pohan."Hey Rio! Biar begini aku juga tahu bagaimana hukum tentang islam! Bahkan bagi penganut agama Islam, anak luar kawin tidak dapat di kategorikan sebagai anak sah. Penganut agama Islam juga tidak boleh melakukan pengakuan terhadap anak luar kawin, tetapi anak tersebut harus dilindungi. Bukan berarti ayah biologis dari anak luar kawin itu lepas tanggung jawab, pasalnya ayah biologis bisa dituntut oleh si anak dan ibunya untuk memenuhi pemberian nafkah, biaya penghidupan, perawatan, pendi
AJAKAN ADU TES DNA!"Apa kau yakin itu anakmu? Bagaimana kalau dia anakku?" tanya Pohan sambil maju mendekati Rio.'Bugh' dengan sekuat tenaga Tuhan menghantam wajah Rio tepat di rahangnya Rio pun sekoyongan lalu terjatuh di sisi kanan balkon"HENTIKAN!" teriak Gendis melihat dua lelaki itu saling adu jotos di rumahnya.Tanpa pikir panjang Gendhis dia memeluk Pohan dengan kencang agar tak bertindak kasar lagi pada Rio. Gendhis tahu Pohan sangat ahli dalam hal bela diri, sedangkan Rio? Jangan kan membela diri membela dirinya sendiri saja dia tak bisa."Baiklah! Kita tes DNA bagaimana? Apa kau berani?" tanya Rio menjawab tantangan Pohan.Namun Rio lupa kalau Pohan adalah seorang yang ahli di bidang hukum, hanya saja dia berjuang di bidang hukum bisnis bukanlah hukum untuk bidang pidana dan perdata. Dia menekuni nya karena sejalur dengan passionnya di bisnis. Hukum bisnis dapat dipahami sebagai hukum yang mengatur kegiatan ekonomi. Kegiatan tersebut berupa perdagangan, jasa, dan keuangan
ISTRI SAH DI AGAMA DAN NEGARA!"Apa masalahnya? Bukankah dalam islam boleh menikah lebih dari satu wanita?" tanya Rio."Baiklah! Tapi aku mau pernikahan yang sah! Pernikahan yang di sahkan secara agama bukan pernikahan bawah tangan. Apa kau sanggup?" tantang Gendhis.Asas Monogami dalam UU Perkawinan. Menurut UU Perkawinan, perkawinan adalah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Jadi, pada dasarnya hukum perkawinan Indonesia berasaskan monogami. Asas monogami ini ditegaskan kembali dalam Pasal 3 ayat (1) UU Perkawinan beserta penjelasannya yang berbunyi: Pada azasnya dalam suatu perkawinan seorang pria hanya boleh mempunyai seorang istri dan seorang wanita hanya boleh mempunyai seorang suami (asas monogami).Kendati demikian, UU Perkawinan memberikan pengecualian yang memungkinkan seorang suami untuk melakukan poligami. Apa itu poligam
PERASAAN SESAMA LELAKI!Rio mengendarai mobilnya ke arah rumah. Dia sepanjang jalan dia memikirkan bagaimana cara untuk merayu Sifa dan mengungkapkan untuk perihal poligami. Karena tak ada jalan lain selain itu. Rio sangat tahu bagaimana watak Gendis, jika dia bilang A maka harus A tak akan mudah di ubah menjadi B. Dia masih ingin bersama wanita itu apalagi semenjak tahu Gendis memiliki anak darinya.Mobil memasuki halaman rumah Abah Furqon. Melihat kedatagan sang suami, Sifa segera menyambut kedatangan suaminya itu. Dia menyalami Rio, namun wajah suaminya tampak lesu tak bergairah. Apalagi dia melihat lebam di rahang pipinya."Kenapa sampean, Mas?" tanya Sifa."Memang kenapa? Mas tidak merasa kaan apapun kok, Dek! Kenapa memangnya?" sahut Rio."Wajah Mas Rio nampak lesu dan lelah, memang ada masalah, Mas?" tanya Sifa lagi sambil menggandeng lengan suaminya masuk ke dalam ruangan."Tidak ko, Dek! Mungkin aku hanya lelah saja," jawab Rio."Mas, sudah dapat barang antiknya? Mana?" kata
WITING TRESNO JALARAN SOKO KULINO!"Bapak tahu tidak saat aku ke Surabaya kemarin, aku bertemu dengan siapa?" tanya Rio lagi.Pak Suhadi hanya menggelengkan kepalanya karena memang dia tidak tahu siapa yang pernah di temui Rio."Pak, Rio bertemu dengan Gendis, Pak!" ucap Rio."Lalu? Apa maksudmu? Jangan katakan pada Bapak bahwa kau ingin menikah dengannya! Sudah Le, sudah! Jangan mengulang kesalahan lagi! Cukup sekali kau membuat orang tua malu dengan gadis itu!" tegur Pak Suhadi."Masalahnya bukan itu, Pak! Rio bertemu dengan Gendis dan dia membawa seorang anak lelaki," ucap Rio lirih."Apa maksudmu?" tanya Pak Suhadi."Apa kau mau mengatakan bahwa anak lelaki Itu adalah aankmu dan darah dagingmu?" tanya Pak Suhadi.Rio terdiam mendengar semua ucapan Bapaknya. Dia tak menjawab karena hatinya sendiri masih bimbang dengan keabsahan anak itu. Namun, saat Gendhis mengatakan juga anak itu adalah anaknya dia juga percaya. Gendhis bukanlah wanita yang haus akan belaian."Rio sendiri juga ta
SUMPAH SEORANG IBU'Prag' suara gelas pecah dari belakang mereka."Apa maksudmu Rio?" tanya Purwati."Wanita mana lagi yang sedang kau taksir kali ini? Apa lagi rencanamu untuk menghancurkan rumah tanggamu sendiri?" sambung Purwati.Rio tertegun melihat sang Ibu sudah berada di dekat mereka. Bahkan mungkin Purwati sudah mendengarkan pembicaraan mereka. Rio tertegun melihat kedatangan sang Ibu yang tiba- tiba. Bahkan gelas itu sudah pecah berkeping."Ti....tidak, Bu!" Ucap Rio panik."Heh Rio kau jangan asal- asalan bicara ya! Kau itu harusnya bersyukur jika Sifa masih mau denganmu, apa kau tak punya kaca? Tak bisa mengaca ya? Atau memang kau sengaja melakukan semua ini? Kok sampai bisa- bisanya berpikir untuk menduakan Sifa lagi untuk kesekian kalinya? Hah? Apa kali ini alasanmu mendua? Apa karena tak cinta lagi atau apa? Hah?" bentak Purwati."Jika memang tak cinta kepada Sifa kenapa dia bisa hamil lagi? Kau memberikan alasan apa lagi? Karena nafkah wajib yang di berikan oleh seorang
SERANGAN JANTUNG!Tiba-tiba saja Purwati merasa dunia ini berputar. Nafasnya sesak, dia mencoba memegangi jantungnya dan tak lama dia sudah tak ingat lagi tentang apa yang terjadi. Purwati pingsan seketika."Ibu!" teriak Rio dan Suhadi bersamaan.Mereka langsung menghampiri Purwati yang sudah lemas tak sadarkan diri. Rio dan Suhadi bergotong royong berdua menggotong wanita itu. Seketika suasana menjadi tegang."Bu! Ibu!" teriak Rio."Ibu! Sadarlah, Bu! Bangun! Jangan begini," sahut Suhadi.Tetapi nihil, Purwati tak kunjung juga bangun. Mereka berdua segera membaringkan Purwati ke kasur lantai yang kebetulan berada di depan televisi."Pak! Singkirkan dulu bantalnya," perintah Rio. Suhadi pun segera melemparkan bantal itu dan membaringkan istrinya Purwati ke atas kasur yang beralas datar."Pak! Tolong segera ambilkan minyak kayu putih atau balsem atau apapun itu yang bisa di oles ke hidung Ibu, agar Ibu segera bangun," teriak Rio lagi.Tanpa banyak bicara, Suhadi pun langsung mengangguk