KOMA!"Bu! Maafkan Rio, Bu!" gumam Rio lirih sambil menatap nanar ke arah Ibunya yang terbaring lemah tak sadarkan diri.Dokter tampak sibuk berusaha menangani kondisi Purwati. Rio hanya bisa pasrah dan terdiam meliahat Ibunya, dia hanya melihat monitor di jantung. Meski tak mengerti apa artinya setidaknya monitor itu masih bergerak tidak diam dan datar. Itu membuat Rio lega. Hampir tiga puluh menit berlalu, Dokter masih berusaha menangani Purwati, Bahkan kelambu itu sempat di tutupnya."Keluarga Ibu Purwati," panggil suster perawat wanita itu."Saya, Sus!" teriak Rio reflek mendekati suster itu."Mari ke ruangan, Pak! Dokter meminta anda datang ke ruangannya," ucap Suster itu.Rio pun menurut membuntuti suster itu dan berjalan di ruangan. Pak Suhadi memilih untuk tetap mendampingi istrinya saja. Rio masuk menemui dokter yang tadi sempat menangani Ibunya."Bagaimana, Dok?" tanya Rio dengan nada suara bergetar."Silahkan duduk dulu, Pak!" perintah dokter itu."Begini dari pemeriksaan s
IBUU!!!!"Apakah Ibu saya bisa sembuh, Dok? Berapa kemungkinannya? Apakah kaget bisa menjadi salah satu pemicunya, Dok?" tanya Rio dengan tatapan nanar dan perasaan bersalah."Memang, sejak dulu banyak orang percaya bahwa mengagetkan seseorang bisa menyebabkan serangan jantung. Meski jarang terjadi, reaksi kaget atau terkejut yang berlebihan bisa menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan. Jadi tergantung kaget seperti apa yang Bapak maksudkan?" tanya balik dokter Samuel."Kaget yang menyebabkan dampak fatal seperti serangan jantung hingga berujung pada kematian sebenarnya jarang terjadi. Pasalnya, reaksi kaget sangat normal dialami setiap orang dan bukan sesuatu yang berbahaya. Alih-alih mengancam nyawa, reaksi kaget justru berguna melindungi diri dan membuat lebih waspada. Anda biasanya akan kaget atau tersentak ketika mengalami suatu hal yang mengejutkan, tidak disangka, ataupun menakutkan. Munculnya reaksi kaget berkaitan dengan mode psikologis fight or fight, yakni mode yang mengatu
KECURIGAAN SIFA"Astagfirulloh hal'adzim di mana kamu ini sebenarnya, Mas?" tanya Sifa dalam hati.Terlihat dari tadi Sifa mondar- mandir dan berlalu lalang keluar masuk ruang tamu. Dia sudah beberapa kali mencoba menghubungi suaminya, Rio. Namun Rio tidak mengangkat sama sekali, jangankan mengangkatnya semua pesan tak di balas sejak tadi. Padahal dia tadi hanya berpamitan untuk pergi ke rumah kedua orang tuanya karena rindu. Hal ini membuat kecurigaan Sifa mulai tumbuh lagi. Apalagi setelah dia bertemu dengan Gendis di salah satu mall Surabaya beberapa hari lalu."Ibu! Ya, aku harus menelpon Ibu mertuaku! Kalau memang Mas Rio masih berada di sana maka Ibu akan mengangkat teleponku," batin Sifa dalam hati.Dia pun segera menghubungi nomor ponsel mertuanya. Nihil, ibu mertuanya pun juga tidak mengangkat telepon dari Sifa. Hal ini membuat Sifa bertambah curiga. Pikiran buruk menghantuinya karena dua kali panggilan itu tak terjawab. Padahal biasanya Ibu mertuanya itu langsung merespon
ULAH KONYOL MAYA!"Aduh saat ini kau masih memikirkan muhrim, Mbak!" keluh Maya."Bapak ustadz bagaimana ini hukumnya menggotong wanita yang bukan muhrimnya dengan keadaan dan kondisi seperti ini?" tanya Maya masih sempat-sempatnya bertanya tentang hukum seperti itu mengingat Sifa ini juga sangat kolot sekali."Sesuatu yang sifatnya darurat, jika sebelumnya haram maka berubah menjadi halal. Makan barang haram, jika darurat juga boleh, misal orang di padang pasir kehabisan bekal dan hanya ada babi yang lewat lalu dia bunuh dan dia makan babi, itu boleh. Hanya saja, kebolehannya dibatasi agar tidak berlebih dan sesuai dengan kadar perutnya saja," jelas ustad itu.“Siapa yang dalam kondisi terpaksa memakannya sedangkan ia tidak menginginkannya dan tidak pula melampaui batas, maka ia tidak berdosa. Sesungguhnya Allah Maha pengampun lagi Maha penyayang. Quran Surat Al-Baqarah: 173," sambungnya.“Siapa yang terpaksa mengonsumsi makanan yang diharamkan karena lapar, bukan karena ingin berbua
KEMANA RIO?"Suami dari ibu ini mana ya?" tanya dokter itu."Mas coba kau hubungi Mas Rio! Siapa tahu dia sudah bisa di hubungi," perintah Maya.'Tuttt' 'Tuttt' 'Tuttt' namun saya sekali panggilan Dimas ke Rio pun tidak di jawab juga. Padahal Dimas sudah berkali kali menelponnya."Maaf, Dok! Sepertinya suaminya tak menjawab panggilan telpon," jelas Dimas."Mbak, Mas Rio kemana ya? Dia tidak menjawab semua panggilanku! Di mana dia?" tanya Dimas ke arah Sifa yang terlihat sudah lemas. Namun keadaannya juga sudah lebih baik, karena dia sudah mendapatkan cairan infus tadi. Meski keadaan wajahnya sudah memucat. Trenyuh hati Dimas mendengar keadaan Sifa seperti tercampakkan."Apa kau sudah memiliki yang lain lagi, Mas?" batin Dimas dalam hati."Ayah Dimas! Tadi kata Umi, Abi sedang ke rumah Uti Purwati," ucap Farhat takut.Dimas pun segera menelpon Ibu Rio, Purwati. Namun sama saja tak di angkat, tak ada seorangpun yang mengangkatnya. Bahkan Dimas mencoba menelpon Pak Suhadi, orang yang ta
INNALILLAHI WA INNA ILAIHI ROJI'UN!"Assalamualaikum! Bah, ini mau lahiran!" ucap Maya gagap."Siapa yang mau lahiran? Di mana? Ini siapa?" tanya Abah."Maya, Bah! Ini Sifa di rumah sakit! Mbak Sifa mau melahirkan secar! Butuh tanda tangan Abah, tolong ke sini, Bah!" jelas Maya."Siapa? Secar? Ke mana Rio?""Anu, Rio... eh Mas Rio! Em....""Ada apa? Ini di mana sebenarnya Rio suami Sifa anakku, sekarang? Di mana anakku? Dan ini siapa?" tanya Abah Rio beruntun yang ikut panik."Ini Maya, Bah! Ini Maya depan rumah Mbak Sifa istri dari Mas Dimas! Ini waktu serius, Bah! Bukan bercanda lagi. Tolong," jawab Maya masih sempat- sempatnya ngebanyol."Sekarang Mbak Sifa ini sedang berada di rumah sakit dekat dengan perumahan! Nah, kalau Abah bisa cepat ke sini ya, Bah! Maya ini bingung, Bah! Bingung, terus terang saja ini kondisi Mbak Sifa sangat genting dan kritis! Mbak Sifa membutuhkan operasi secar sekarang, namun tindakan tak dapat di lakukan! Karena tidak ada wakil yang menandatangani seba
IBU JANGAN TINGGALKAN AKU!"DOK! CITO! PASIEN BLUE!" teriak perawat dari luar.Dokter itu langsung panik keluar meninggalkan Rio yang masih terbengong dalam ruangan karena mendengar penjelasan dokter."BU E! IBU E! BANGUN BU E," teriak Suhadi.Sepersekian detik Rio tersadar dari lamunannya. Dia langsung berdiri keluar ruangan. Suasana UGD sudah kacau. Rio melihat ke arah bangsal yang ramai di kerubuti dokter dan perawat. Ranjang milik Purwati."IBUUUUUU!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!" teriak Rio berlari sambil membelah kerumunan dokter dan perawat yang sedang mengerumuni ibunya.Terlihat mereka sedang menggunakan alat pada pacu jantung dan PCR dengan pacemaker. Pacameker adalah perangkat medis yang secara elektrik dapat menstimulasi otot jantung untuk berkontraksi guna menghasilkan detak jantung. Pacemaker menjaga detak jantung sesuai dengan program agar tubuh mendapatkan cukup pasokan oksigen dan nutrien yang terkandung dalam darah.Pacemaker lazimnya digunakan untuk menangani pasien
FIRASAT!"Bu, jangan tinggalkan aku," gumam Rio.'Bruk' Seseorang jatuh pingsan. Suhadi jatuh pingsan di hadapan anaknya yang sedang menangis meratapi kepergian istrinya yang terbujur kaku. Sesak sekali rasa di dadanya tak tertahan lagi sehingga membuatnya kehilangan kesadaran."Pak! Bapak, Pak!" teriak Rio. Kini dia merasa sangat berdosa sekali karena membuat dua orang yang sangat dicintainya di dunia ini tersakiti oleh tingkahnya. Para perawat dan dokter pun segera membantu menangani Suhadi. Untung saja Suhadi tidak menderita penyakit yang serius dia hanya syok dan pingsan karena tak kuasa mendapati kenyataan istrinya pergi terlalu mendadak.Memang pernikahan mereka bukanlah kategori pernikahan yang romantis karena tak pernah saling mengumbar kemesraan ataupun saling mengumbar rasa cinta sayang di depan semua orang. Akan tetapi mereka telah lama bersama. Itu yang membuat Suhadi merasa tak percaya jika Purwati sudah meninggalkannya sedemikian cepat.Meskipun dia jika di pikir-pikir