IBU JANGAN TINGGALKAN AKU!"DOK! CITO! PASIEN BLUE!" teriak perawat dari luar.Dokter itu langsung panik keluar meninggalkan Rio yang masih terbengong dalam ruangan karena mendengar penjelasan dokter."BU E! IBU E! BANGUN BU E," teriak Suhadi.Sepersekian detik Rio tersadar dari lamunannya. Dia langsung berdiri keluar ruangan. Suasana UGD sudah kacau. Rio melihat ke arah bangsal yang ramai di kerubuti dokter dan perawat. Ranjang milik Purwati."IBUUUUUU!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!" teriak Rio berlari sambil membelah kerumunan dokter dan perawat yang sedang mengerumuni ibunya.Terlihat mereka sedang menggunakan alat pada pacu jantung dan PCR dengan pacemaker. Pacameker adalah perangkat medis yang secara elektrik dapat menstimulasi otot jantung untuk berkontraksi guna menghasilkan detak jantung. Pacemaker menjaga detak jantung sesuai dengan program agar tubuh mendapatkan cukup pasokan oksigen dan nutrien yang terkandung dalam darah.Pacemaker lazimnya digunakan untuk menangani pasien
FIRASAT!"Bu, jangan tinggalkan aku," gumam Rio.'Bruk' Seseorang jatuh pingsan. Suhadi jatuh pingsan di hadapan anaknya yang sedang menangis meratapi kepergian istrinya yang terbujur kaku. Sesak sekali rasa di dadanya tak tertahan lagi sehingga membuatnya kehilangan kesadaran."Pak! Bapak, Pak!" teriak Rio. Kini dia merasa sangat berdosa sekali karena membuat dua orang yang sangat dicintainya di dunia ini tersakiti oleh tingkahnya. Para perawat dan dokter pun segera membantu menangani Suhadi. Untung saja Suhadi tidak menderita penyakit yang serius dia hanya syok dan pingsan karena tak kuasa mendapati kenyataan istrinya pergi terlalu mendadak.Memang pernikahan mereka bukanlah kategori pernikahan yang romantis karena tak pernah saling mengumbar kemesraan ataupun saling mengumbar rasa cinta sayang di depan semua orang. Akan tetapi mereka telah lama bersama. Itu yang membuat Suhadi merasa tak percaya jika Purwati sudah meninggalkannya sedemikian cepat.Meskipun dia jika di pikir-pikir
DULUKAN MEMAKAMKAN IBU ATAU ISTRI YANG MELAHIRKAN?Baru saja menyalakan Hp nya dengan membuka kunci, Rio kaget bukan kepalang. Dia menemukan panggilan tak terjawab banyak sekali. Mulai dari mertuanya, Dimas, bahkan Maya. Rio cukup panik, karena takut terjadi apa- apa dengan istrinya, mengingat Sifa juga sedang hamil tua. Rio pun langsung menelpon Abah Furqon, Bapak mertuanya. Itu adalah jalan pilihan yang terbaik, saat telepon tersambung."Assalamualaikum! Abah maaf Rio baru sempat menelpon," sapa Rio."Di mana kau, Rio!" bentak Abah Furqon. Rio menekuk ludahnya kasar pasti ada sesuatu yang terjadi. Karena Abah nya jarang meninggikan suaranya. Kalau saja, Abah nya itu sudah meninggikan suara beberapa oktaf maka tandanya beliau sedang tak baik- baik saja."Apa ada sesuatu yang menimpa Sifa, Bah?" tanya Rio sedikit ketakutan."Kau baru bertanya sekarang tentang keadaan istrimu? Allah, astagfirulloh, Rio! Kau tahu betapa paniknya kami? Setelah kami terus berusaha untuk bisa menghubungim
MENDUNG BERGELANYUT DI LANGIT PONOROGO"Le, ayo! Jalankan kewajibanmu," perintah Suhadi. Rio pun menganggukkan kepalanya perlahan.Berbakti kepada orang tua telah menjadi kewajiban bagi setiap anak. Kewajiban ini harus dilakukan, baik ketika kedua orang tua masih hidup atau sudah meninggal dunia. Kewajiban seorang anak ketika orang tuanya sudah meninggal yaitu mendoakannya supaya amal ibadah mereka diterima oleh Allah SWT. Imam al-Ghazali dalam buku Cara Memperoleh Hidayah Allah Kitab Bidayatul Hidayah menerangkan bahwa orang tua yang sudah meninggal dunia masih memiliki hak mendapatkan limpahan pahala dari doa yang disampaikan anaknya."Kita doakan saja yo, Pak. Kita mandikan di rumah saja," ujar Rio. Sunarto setuju."Bapak ikut ke ambulance saja, aku nanti tak naik mobil, Pak," sambungnya."Pulang lah dulu, Le. Siapkan semuanya," perintah Sunarto.Rio mengangguk kepalanya. Dia segera ke parkiran, dan mengambil mobilnya. Rio sempat memotret keadaa rumah sakit dan potret ibunya. Dia
Perdebatan Dengan Koko Pohan"Apakah kau tak ingin ke sini, Gendis? Aku mohon, aku butuh sandaran. Aku hanya ingin bersandar sebentar saja, hanya kau yang paling mengertiku! Sungguh aku tak punya harapan lagi," pinta Rio."Kau jangan aneh- aneh, Mas. Bukankah istrimu ada di sana? Apa kau mau melukai hatinya untuk kesekian kalinya lagi?" cerca Gendhis."Tidak, dia tak ada di sini, Baby. Dia sedang di rumah sakit untuk melahirkan," jawab Rio."Apalagi dia melahirkan seperti katamu, apakah kau tega bayimu dan anakmu yang baru saja terlahir di dunia ini haruskah rela menerima kenyataan bahwa lelaki yang menjadi ayahnya berselingkuh untuk kesekian kalinya?" ejek Gendhis."Sebentar saja, Gendhis. Aku mohon, kasihanilah aku. Kalau perlu kau tak usah turun dari mobil, aku hanya ingin melihatmu sekilas saja. Aku hanya ingin mengisi semua rongga rindu di dadaku dan meyakinkan diriku sendiri bahwa aku masih memiliki harapan untuk memilikimu kembali," pinta Rio."Aku akan tutup teleponnya," ucap G
CINTA ITU BERAT!"Ko, menurutmu apa benar saat ini kau masih mencintaiku? Menurutmu apa yang bisa dicinta dari diriku? Dengan semua kotorku dengan semua kegilaanku apa yang pantas kau perjuangkan dariku?" tanya Gendhis lagi."Kau jangan berkata seperti itu, Sayang. Percayalah padaku, kau masih sangat amat pantas di cintai. Bahkan kau juga masih pantas untuk di perjuangkan. Kau pernah menemaniku dari nol bahkan minus saat ekonomiku jatuh dan terpuruk. Kau tak keberatan untuk bekerja dulu sampaii aku menemukan cara untuk bangkit. Gendhis, percayalah padaku, tak banyak dan jarang sekali wanita yang bisa dan mau melakukan ha; seperti ini pada pasangannya," jelas Pohan sambil berjalan menuju Gendhis.Pohan berjalan dan memeluk Gendhis, dia mencium kening wanita itu dan mengelus rambutnya. Dia tahu wanita di depannya itu sedang berada di titik gundah. Dia juga tak mau memunafikkan kenyataan bahwa Rio juga memiliki porsi tersendiri di hati Gendhis. Apalagi Rio jelas- jelas memberinya status a
ANTASENA!"Padahal kenyataannya dia telah beristri. Apakah seperti itu lelaki yang baik itu?" sindir Pohan."Ko, orang cinta itu beratnya seperti orang menyangga bumi, cinta itu buta. Cinta itu ibarat hidupnya jiwa yang suci, cinta itu tak bisa di minta tapi cinta muncul dari sanubari," jawab Gendhis."Harus bagaimana lagi aku, Gendis?" tanya Pohan."Tidak pakai bagaimana- bagaimana, Ko. Tidak ada yang perlu kau lakukan, dan ini bukan kesalahanmu. Semua masalah ini murni aku yang membuatnya. Percayalah ini hanya masalah waktu dan aku perlu sedikit lebih banyak waktu untuk bisa berdamai dengan keadaan ku sekarang ini. Maaf ya, Ko! Maaf, jika aku selalu menuntutmu untuk selalu mengerti," ucap Gndhis memeluk Pohan."Namun percayalah, Ko! Tak mudah menjadi aku, di mana setiap melihat Kai aku selalu terbayang semua kenangan masa lalu serta wajah Mas Rio," sambungnya."Gendhis, bukankah aku berkali -kali menawarimu untuk memberikan Kai pada Cece- ku saja, toh dia juga belum punya anak. Buka
REWANG"Kai! Kau akan bertemu dengan Abimu! Hahaha," kata Gendhis tertawa sendiri. Tawa yang penuh dan sarat akan arti. Gendhis masih sangat ingat di kampung masih ada tradisi mengaji nanti malam setelah ada orang yang meninggal dunia. Gendis membelokkan mobilnya di sebuah toko kue. Dia memesan aneka macam roti dengan jumlah 100 buah per jenis. Tak lupa juga membeli minuman gelasan dengan jumlah dua puluh dus untuk air minum. Dia juga memberikan amplop sebagai ucapan belasungkawa. Tak tanggung -tanggung biasanya mereka rata -rata memberi dengan nominal paling banyak juga satu jutaan tapi Gendhis memasukkan nominal sepuluh juta dalam amplop itu. "Bu, apakah aku harus senang atau sedih dengan kematianmu?" batin Gendhis dalam hati sambil melajukan mobilnya membelah jalanan kota ponorogo."Rasanya semua yang aku bawa ini tak sebanding dengan apa yang pernah Mas Rio berikan padaku," gumam Gendhis pada dirinya sendiri. Apalagi Gendhis masih sangat ingat saat ibu Rio dan Sifa bertanda
IZINKAN AKU POLIGAMI"Tidak Mas, Sifa hanya ingin me time sendiri. Sifa ingin memanjakan diri sekedar pergi ke salon memotong rambut dan melakukan spa Syariah. Apakah boleh, Mas?" tanya Sifa."Kau akan pergi dengan siapa?" selidik Rio."Perginya biar diantarkan oleh santri Abah yang wanita, Mas. Toh mobil Umi ada di rumah kok, Mas," kata Sifa."Kebetulan tadi Abah pergi menggunakan mobilnya sendiri dengan Mulki. jadi ada satu mobil yang menganggur di rumah. Bagaimana, Mas?" tanya Sifa."Baiklah jika seperti itu, Dek. Yang penting Humairah aman ya?" ucap Rio mencoba memastikan."Tenang saja, Mas. Kau tak usah takut, insya Allah anak kita aman. Humaira akan dijaga oleh Umi sehingga Sifa benar-benar nyaman dan aman serta tenang saat meninggalkannya," jawab Sifa."Baiklah kalau begitu, Dek. Kau butuh uang berapa? Akan Mas transfer saja ya," ujar Rio."Tak usah, Mas. Kebetulan jatah bulanan yang Mas berikan masih ada kok. Itu saja insya Allah sudah cukup," jawab Sifa agar tak membuat suami
IDE GILA SIFA!"Ya sudah kita akan langsung saja bertemu dengan Rio tanpa kau harus pulang dulu. Setelah semua jelas, baru kau nanti mengatakan semua kepada Mbakmu, agar Mbakmu tak salah paham dan kecewa. Sekarang Mbakmu sebenarnya ada di posisi dilema, Le," jelas Abah Furqon."Astagfirulloh. Kenapa lagi, Bah?" tanya Mulki."Dia ingin percaya kepadamu sebenarnya, Le. Tetapi apa yang dilihat dengan mata kepalanya itu justru bertentangan dengan semua kepercayaananya. Melihat kau dan Rio duduk bersama wanita itu, bahkan wanita itu duduk di hadapanmu. Wajar kan kalau Mbakyu mu kecewa," jawab Abah Furqon."Bah, tolong kali ini jangan Abah berpikir bahwa Mulki turut andil dan ikut campur terlalu dalam masalah keluarga Mbak Sifa, tolong jangan, Bah. Tolong jangan berpikir itu lagi, karena jika Abah masih berpikir seperti itu sampai selamanya Mbak Sifa nasibnya akan seperti ini, Mbak Sifa akan mencintai sendiri dan itu sakit, Bah," ujar Mulki dengan menghela nafasnya panjang."Biarlah, Bah. B
BISMILLAH LANGKAH AWAL!Dengan penuh takzim, Simbok mengantarakan pesanan Abah Furqon. Mereka pun menikmati nasi pecel itu dan tak membahas masalah ini lagi. Sejak dulu memang pantangan bagi Mulki dan Abahnya untuk berbicara ketika makan. Meskipun hal sepenting apapun setelah selesai makan dan menghirup kopinya, baru mereka berbicara lagi."Lalu harus bagaiman, Abah?" tanya Abah Furqon."Menurut Mulki sekarang kita harus memanggil Mas Rio lagi, Bah. Bagaimana lagi? Semua sudah kadung terlanjur terjadi. Mbak Sifa pun juga sudah tahu masalah ini, jadi jangan sampai hal ini makin membuat Mbak Sifa berpikir macam- macam, Bah. Kita harus menyelesaikan masalah ini hari ini juga, Bah. Kita tak bisa menundanya makin lama, Bah. Mulki tak ingin dan tak mau kehilangan kepercayaannya juga, kita harus segera menyelesaikan masalah ini, Bah. Sungguh," tegas Mulki."Selain itu ada satu hal lain yang menghantui pikian Mulki, Bah. Karena satu sisi pun kita harus memikirkan kondisi wanita itu dan anakn
TENTANG PERNIKAHAN SIRI"Dia tak ingin menikahi wanita itu, Bah. Namun dia juga tak ingin dianggap sebagai pecundang mengkhianati anak itu padahal Mas Rio juga mengakui bahwa dia adalah darah dagingnya hanya saja dia tak ingin namanya tercantum di akta. Tapi Bah...""Kenapa?" tanya Abah Furqon."Mas Rio ingin tetap menafkahinya. Bagaimana menurut Abah?" tanya balik Mulki.Abah Furqon menghela nafasnya panjang. Saat seperti ini lah sebenarnya dia sang anak bisa bertukar pikiran, saling mengupgrade ilmu agama masing- masing. Kali ini abah Furqon ingin mengangkat topik pernikahan siri dan perzinahan."Pertama Abah ingin menyoroti ucapanmu, Le. Tetang pernikahan yang dilakukan secara rahaasia atau lebih akrab disebut nikah siri adalah pernikahan yang tidak dicatat di kantor KUA. Nikah siri, dikatakan sah menurut agama tapi tidak sah menurut Negara karena seperti yang sudah dijelaskan tadi, tidak tercatat di KUA. Benar katamu, nikah siri memang memiliki banyak kekurangan. Namun di beberap
RENCANA DAN STRATEGI PARA LELAKI!"Bahkan sepertinya foto itu diambil kemarin siang saat kita bersama toh? Abah sedang mengisi kajian dan mata kuliah, sedangkan kau berpamitan berdiskusi tentang dakwah masa kini. Lalu kenapa kok tiba- tiba kau ada di cafe itu? Bagaimana ceritanya?" tanya Abah Furqon.Mulki menghela nafas panjang sekaali. Dia harus menceritakan sedetails mungkin sekarang pada Abahnya. Karena dia yakin hanya Abahnya yang bisa menyelesaikan masalah ini."Bah, sungguh ini sebenarnya tidak sengaja, itu bukan pertemuan yang di bentuk lantas sengaja, bukan seperti itu, Bah. Semua di luar kendali Mulki, saat itu memang Mulki ada berpamitan kepada Abah saat Abah mengisi ceramah. Mulki akan berpamitan dan akan berdiskusi bersama teman-teman dari beberapa universitas perwakilan salah satu organisasi agama yang memang sengaja membahas dakwah modern. Mereka meminta tolong Mulki sebagai pengisinya untuk kelas akhwat dan akhirnya Mulki pun setuju- setuju saja saat itu," jawab Mulki
DUDUK DI BAWAH POHON BERINGIN"Abah pergilah ke ke mushola dulu. Kita akan mendengarkan versi dari Mulki," perintah Umi Laila lagi."Iya, Umi. Assalamualaikum," pamit Abah Furqon."Kau lebih percaya adikmu kan sekarang?" tanya Umi Laila. Sifa pun menganggukkan kepalanya."Ya sudah kalau aku percaya dengan adikmu sekarang, kau tak usah berpikir macam-macam," kata Umi Laila."Kau jangan takut sekarang, Nduk. Pasrahkan semuanya pada Gusti Allah. Kau jangan berpikir hal-hal yang aneh. Itu akan mempengaruhi kualitas Asi mu sekarang itu, Nduk. Sudah tak perlu kau pikir lelaki yang seperti itu lagi. Benar dia suamimu kau harus baik kepadanya, berpikirlah seperti tak ada masalah yang sekarang itu dan harus diutamakan adalah anakmu. Nasib dan kualitas asimu harus bagus demi masa depan anakmu yang lebih baik. Biarlah, biar semua nanti akan di balas oleh gusti Allah saja. Kau tak perlu ikut campur, biar semua di catat olehnya," sambung Umi Laila."Karena kau tahu kan sebaik-baiknya sutradara itu
KECURIGAAN SIFASampai adzan subuh dan suara tahrim berkumandang dia masih belum bisa tidur. Dia masih penasaran dan bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi. Mengapa adiknya bisa bertingkah seperti ini, apa yang dirahasiakan adiknya dan sang suami. Mengapa mereka tega menyembunyikan kenyataan pahit seperti ini. Bahkan mereka diam-diam bertemu dengan Gendis di belakangnya tanpa ada pemberitahuan pada Sifa."Apa yang sebenarnya mereka sembunyikan?" gumam Sifa.Dia segera keluar dari kamar mencari Mulki. Tapi rupanya kalah cepat, karena Mulki sudah tak ada di sana. Entah sejak kapan adiknya itu sudah pergi ke mushola. Mungkin sejak subuh tadi, ingin rasanya Sifa menyusul ke depan lalu menanyakan semuanya langsung pada adiknya. Tapi tak mungkin karena di depan sangat ramai dan pondok putra milik keluarganya. Dia harus bisa menahan emosi dan menjaga marwahnya."Allah, kapan dia pergi," gumam Sifa.Dia benar- benar tak mendengar suara Mulki saat membuka kamarnya. Padahal biasanya dia
MENDADAK VIRAL DI SOSIAL MEDIA"Dia itu sangat pandai, aku menghalangimu menikah dengannya bukan karena aku masih mencintainya atau aku ingin menikahi dia suatu saat nanti, tidak. Justru sebaliknya, aku tak hanya ingin saja kau terjebak dalam permainan mu sendiri, dengarkan aku kali ini saja," sambung Rio."Benarkah? benarkah kau tak mencintainya lagi?" tanya Mulki dengan penekanan.Rio menghela nafasnya panjang. Munafik memang jika dia mengatakan bahwa dia tak mencintai wanita itu. Dia memang masih mencintai wanita itu namun dia kali ini bisa berpikir jernih, tak seperti dulu."Ya memang aku sedikit mencintainya. Namun tak segila dulu," kata Rio Jujur."Jika sudah seperti ini masalah tak akan menjadi gampang, Mulki. Justru masalah ini akan melebar. Bagaimana jika Sifa tahu?" tanya Rio.Mulki pun langsung juga menyadari bahwa ikut campur terlalu dalam masalah rumah tangga Rio dan Sifa. Dia menghela nafasnya panjang, orang tuanya memang terbiasa untuk tak malu meminta maaf tanpa geng
APAKAH KAU YAKIN TAK MENCINTAINYA?"TIDAK BISA!" tegas Mulki.Semua terdiam, Rio pun tak bisa berkutik dengan semua ucapan Mulki. Mulki pun hanya bisa mengusap wajahnya dengan kasar. Ternyata apa yang dikatakan oleh Rio memang tidak bohong. Gendis memvalidasi semuanya bahwa apa yang pernah di jelaskan pada Rio padanya memang benar. Karena sebelumnya Rio dan Gendis tidak pernah bertemu lagi. Mereka baru bertemu beberapa hari kebelakangan ini dan itu pun perkara Gendhis menuntut akta kelahiran."Kenapa tak mungkin?" tanya Gedhis lirih."Aku dengar kau kuliah hukum ya? Atau pasanganmu sekarang orang yang tahu hukum. Aku rasa dia juga sedikit banyak pasti telah menjelaskannya padamu kan? Kalau tidak aku akan jelaskan semua padamu. Seperti yang kau tahu sendiri, akta kelahiran itu tak mungkin didapatkan tanpa ada pernikahan sah. Biar bagaimanapun juga aku ini juga kuliah hukum walaupun kuliah secara online saja, tapi aku sedikit banyak tahu tentang permasalahan ini. Kau tak mungkin menunt