“Duduk di sini, jangan kemana-mana! Aku gak suka?” tegas Rio.
Bingung dan panik, itu perasaan yang Gendhis rasa saat ini. Dia tidak merasa melakukan kesalahan apapun. Gendhis selalu menjalankan kegiatan seperti biasa hari ini. Kenapa tiba-tiba Rio marah. Gendhis terdiam, salah tingkah diamati seperti itu. Sesekali dia membanhi posisi duduknya di kursi.Rio menghela nafas panjang.“Mulai sekarang jangan begitu lagi! Aku tak suka kamu menyanyi, berjoget ramai-ramai seperti itu! Apalagi ada yang mendokumentasikan,” jelas Rio.Gendhis masih terdiam. Dia menyadari mungkin ini salah dan teguran. Meskipun dia sendiri tidak tahu di mana letak kesalahnnya.Saat bernyanyi tadi dia mengenakan atribut pengenal. Bahkan Dimas juga melakukannya, mengapa hanya dia yang di panggil? dalam hati Gendhis tak terima. Menurutnya keterlaluan sampai harus di tegur bos sendiri."Kau paham kan?" tanya Rio.Gendhis mengangguk paham."Baiklah kalau begitu sekarang istirahatlah. Besok kau akan bekerja pagi."Ya Pak, saya permisi dulu," pamit Gendhis.Akhirnya Gendhis memutuskan untuk tidur tak kembali ke acara bebas di kolam bawam.Pukul 07.00 WIB, Gendhis sudah siap untuk cek out hotel, setelah memastikan semua barang tidak ada yang tertinggal. Gendhis melihat kamar sebelah tempat Rio menginap masih tertutup. Gendhis berjalan menuju resto hotel untuk breakfast terlebih dahulu sebelum peserta datang, lanjut ke bus untuk menyiapkan kudapan dan absensi peserta.Kepulangan gathering kali ini tidak ada yang spesial. Semua berjalan seperti biasa, Gendhis tak melihat lagi keberadaan Rio sejak tadi malam. Bahkan Rio juga tak menghubunginya sama sekali."Alhamdulillah, puji Tuhan kita telah sampai dengan selamat di perusahaan lagi, untuk Bapak- Bapak dan Ibu- Ibu mohon di cek kembali barang bawaannya yang masih tertinggal di Bus, jangan sampai ces atau tas tertinggal di sini karena Bus akan kembali ke garasi dan melanjutkan next trip! Semoga Bapak dan Ibu senantiasa berbahagia dan kami akan tunggu next trip undangannya bersama biro Kami! Saya Gendhis Astari Wijaya mohon maaf jika selama menjadi tour leader panjenengan (kalian) semua melakukan kesalahan atau ada kata yang kurang berkenan, sampai jumpa lagi! Assalamualaikum!" seru Gendhis menutup acara gathering pagi ini.Para peserta gathering turun dengan tertib. Gendhis mengambil barang di bagasi khusus sopir dan kru, dan berjalan menuju parkiran mobil. Perlahan Gendhis mengemudi sambil menikmati lantunan lagu menuju rumah. Sesampainya di rumah, Gendhis menurunkan barang bawaan."Assalamualaikum," sapa Gendhis ramah.Terlihat mamanya sedang berghibah dengan beberapa tetangga, setelah berbasa basi sebentar Gendhis memilih masuk rumah dan mandi,“Mbak... Mbak!” teriak mama.“Dalem...” sahut Gendhis.“Di cari Bosmu lo, “ sahut mamanya.Gendhis bergegas menuju depan setelah mandi, dia pikir Pak Mahmudi boss tempat dia bekerja tetap. Tetapi dia malah melihat mobil Rio yang terpakir di depan rumahnya. Rio tersenyum melihat Gendhis.“Ada apa Mas?” tanya Gendhis.Rio tak menjawab, dia hanya mengulurkan kardus.“Kamu lupa? Ini oleh-olehnya kau tinggal di mobilku,” ucap Rio.Gendhis menerima kardus itu dan berterima kasih. Dimas yang ada di mobil tersenyum dengan pandangan penuh arti. Mas Rio tidak begitu memperdulikan Gendhis. Dia malah asik mengobrol dengan ibu Gendhis."Ya sudah Bu, kalau begitu saya pamit pulang dulu," pamit Rio. Gendhis berdiri menatap kepergian mobil itu, berdiri mematung sambil memegang kardus."Apa maumu Rio?" gumam Gendhis.BERSAMBUNGHari ini jadwal Gendhis sangat padat, sedari pagi dia harus menemui beberapa orang untuk membahas pekerjaan yang akan datang. Sore hari menemui kekasihnya membahas masalah bisnis mereka. Lanjut terakhir dia harus ke kota sebelah menjenguk Rosi sahabatnya yang baru pulang dari rumah sakit. "Ya Tuhan, apakah aku bisa melalui hari ini dengan baik?" keluh Gendhis.Sejak kemarin Gendhis sudah berjanji untuk menengok Rosi. Kekasihnya pun tak bisa ikut karena dia harus mengantarkan mamanya cek up ke RS. "Mah bikin sarapan apa?" tanya Gendhis."Anak perawan bangun tidur minta makan, sana bersihkan tempat tidur dulu," bentak mama Gendhis.Entahlah mengapa seorang ibu tetap memperlakukan putrinya seperti anak kecil walaupun dia sudah dewasa. Setelah menyelesaikan kegiatan hari ini, Gendhi sempatkan mandi di rumah ibunya baru ke kota sebelah menjenguk sahabatnya."Mau kemana Mbak?" tanya mamanya."Jenguk Rosi mah, dia baru saja pulang dari Rumah Sakit kemarin," jawab Gendhis."Sakit apa?" tan
“Assalamualaikum, kamu dimana Mbak?” tanya Rio.“Di kos temen ini Mas, kenapa?” tanya balik Gendhis.“Kos nya di deket alun-alun Reog ya? Aku lihat sepertinya mobilmu terparkir di depan,” jawab Rio.“Iya mas, bener! Kok sampean tau?” tanya Gendhis heran.“Oke, tunggu ya lima menit! Mobilmu titipkan sana dulu! Assalamualaikum,” perintah Rio sambil mematikan telpon sepihak."Siapa Ndis?" tanya Rosi."Oh, Bosku yang travel itu loh," jawab Gendhis."Megapa dia tiba- tiba menyuruhku menunggunya ya? Dia sampai tahu lo Ros kalau aku sedang berada di kosmu, bahkan dia menyuruhku menitipkan mobilku di sini," cerita Gendhis."SIKAAAATTTT!!!!"seru Rosi.Gendhis memukulkan tas selempang yang di bawanya ke tubuh Rosi."Au sakit!" jerit Rosi."Hahahaha! Makanya mulut di jaga!" gelak Gendhis.Rosi mengelus lengannya."Aku kerja dulu, dah di telpon Mami, kalau mau titip mobil taruh depan ya!" perintah Rosi.Gendhis mengangguk, dia keluar berjalan beriringan dengan Rosi yang akan pergi bekerja."Kau t
SEBUAH KEJUJURAN"Sebenarnya aku takut, tetapi rasa rinduku padamu mengalahkan semua itu," ucap Rio lirih.Meskipun Rio mengucapkannya lirih Gendhis dengan jelas mendengarkannya. Mereka hanya berdua di dalam mobil. Di tambah suasana malam yang cukup sunyi."Apa aku tak salah dengar Mas?" tanya Gendhis.Rio tak menjawab. Dia melanjutkan makannya sampai nasi dalam pincuk itu habis. Lalu mengambil sebotol air mineral miliknya."Istriku tak akan pernah tau, dia tidak pernah keluar rumah apalagi jam segini! Kamu belum pernah ketemu dia kan ya?” tanya Rio. Gendhis mengangguk perlahan. Memang Gendhis belum pernah melihat istri Rio secara langsung, hanya saja dari cerita yang Gendhis dengar, istri Rio sangat sholehah memakai cadar tentu berbeda jauh dengan dirinya yang sholehot dan gemar memakai baju mini.“Nanti kalau waktunya ku kenalkan dengan istriku...” ujar Rio.Gendhis mengangguk dan melanjutkan menikmati makan malamnya. Mereka berdua terdiam beberapa saat itu. "Tuhan aku tak tahu ap
WOWGendhis membiarkan telpon itu. Dia tak ingin mengangkatnya karena sudah larut malam. Beberapa kali notif pesan masuk, entah dari siapa Gendhis mengabaikan. Gendhis hanya ingin tidur malam ini.Tring satu pesan masuk[Kenapa gak diangkat?][Kamu party ya?]3x panggilan video tak terjawab dari Rio."Ah dia menghancurkan mood pagiku," ujar Gendhis lirih.Gendhis mengetik pesan untuk Rio.[Semalam aku capek, tidur]Balas Gendhis singkat. Pagi hari ini Gendhis memiliki beberapa jadwal untuk bertemu dengan banyak orang. Pak Muhaimin atasan Gendhis sudah mewanti- wanti sejak kemarin jangan sampai proyek gagal. Tanktop hitam, blazer, celana kerja, serta heels hitam, di lengkapi cluth berinisial nama menjadi pilihan busana Gendhis hari ini. Setelah sarapan dengan nasi pecel buatan ibunya, Gendhis berpamitan untuk berangkat kerja. Mengendari mobil perlahan sambil mendengarkan alunan lagu dari cakra khan."Masih terlalu pagi, apa lebih baik aku mampir ke showroom Samuel ya," gumam Gendhis se
SALAH KAMAR?Ternyata kaki Rio yang jelas sengaja menyentuh kaki Gendhis. Rio tersenyum ke sekilas ke arah Gendhis, entah apa maksudnya. Meeting malam ini selesai, sudah di putuskan hari sabtu dini hari mereka akan berangkat, hanya TL dan rombongan. Team memantau standby di kota mereka. Untuk pembagian hotel Gendhis sekamar dengan Rosa, dan Guruh dengan Iim."Baik apa ada yang ingin di tanyakan lagi?" ujar Dimas."Tidak Pak!" sahut Iim."Oke, sekarang waktunya kita makan- makan, silahkan temen- temen memesan makanan yang kalian inginkan," kata Rio."Mbak Gendhis mau makan apa?" tanya Rosa."Em, Nasi goreng saja, minumya air mineral dingin ya!" perintah Gendhis.Mereka memesan masing- masing menu. Menikmati makan malam bersama."Kau langsung pulang?" tanya Rio.Gendhis mengangguk. Malam ini Gendhis langsung pergi ke salon langganannya. Salon Mama mita, untuk memasang eyelash dan berfikir mewarnai rambut. "Mamtit aku besok ada event, ini kan masih jam sepuluh malem bisa lembur ndak?" ta
Malam Indah di kota JogjaGendhis sedikit terkejut, mewah sekali kamar hotel yang di peruntukan untuk dirinya. Apakah teman tidurnya merupakan pejabat kelas tinggi di pabrik. Kamar yang di tempati Gendhis di lengkapi dengan balkon dan bath up, mungkin yang sekamar dengannya manager pusat. Setelah mandi sebentar Gendhis segera menelpon Mas Dimas untuk menanyakan keberadaan orang yang sekamar dengannya. Dan dia menjawab tidak tahu. Notif hp- Gendhis berbunyi. Satu pesan dari Rio.[Aku terjebak macet]Dia melampirkan video sedang menyetir dan jalan sekitar malioboro yang macet. Video itu Gendhis forward ke Dimas. Tak lama dia membalas.[Loh, pak Ustad kesana sama siapa? Sumpah itu deket hotelmu][Ya mana ku tau, kan biasa e sama sampean][Enggak, katanya aku suruh libur dlu. Wah awas lo, speachlees aku sama kalian][Maksudnya?]Belum sempat Gendhis melihat balasan pesan Dimas pintu kamar di ketuk. Setengah berlari Gendhis membukanya, Gendhis kira dia teman sekamarnya, ternyata lelaki yan
DOSA TERINDAH"Aku ingin memiliku malam ini dan selamanya, aku tak akan memaksa, biarkan semua berjalan seperti air yang mengalir! Aku ingin kau sadar satu hal Gendhis bahwa aku datang membawa cinta bukan nafsu untuk memiliki dirimu," bisik Rio di telingan Gendhis.Tubuh Gendhis menggelinjang. Bulu kuduknya berdiri mendapat perlakuan seperti itu."Apakah aku berdosa jika melakukan ini dengan suami orang Mas?" tanya Gendhis.""Ya, tentu saja berdosa! Tapi bukankah sebagai manusia kita sama- sama pendosa? Hanya saja cara kita yang berbeda," ujar Rio.Mereka saling bertatapan beberapa saat. Gendhis melihat sorot mata lelaki sholeh dan pendiam itu nampak teduh. Rasanya mata ini seperti berbicara bahwa dia akan aman jika bersamanya.Gendhis merasakan ada sesuatu yang dingin menyentuh bibirnya. Ya, Rio mulai mengecup bibirnya, Gendhis mulai memejamkan mata. Menikmati sentuhan dingin dan getaran aneh yang mulai menjalar ke seluruh tubuh.Dinginnya AC hotel rupanya tak mampu meredakan hawa pa
NAMAKU RIO!-AUTHOR BAWA KE SETTING DAN ALUR FLASH BACK CERITA RUMAH TANGGA RIO ❤️-Rio Gunawan, nama yang diberikan oleh kedua orang tuanya. Rio terlahir disalah satu kota terkecil selatan pulau Jawa tempat lahirnya kesenian Reog Ponorogo. Bapaknya bernama Suhadi berprofesi sebagai pembuat dadak merak yaitu topeng kepala harimau yang beratnya mencapai 50-60 kilogram terbuat dari kerangka kayu, rotan, sampai bambu yang kemudian dilapisi kulit harimau gembong, konon jaman dahulu wajah reog bukan hanya dibuat dari kulit hewan saja, tetapi juga dari kulit manusia dan hanya beberapa orang termasuk ayahku yang memiliki reog asli warisan dari leluhurnya. Selain memproduksi dadak merak, topeng ganongan, dan satu set alat musiknya, ibuku memproduksi baju panadhon setelan hitam untuk para warok, serta rompi merah dan celana merah untuk bujangganom. Tak lupa baju penari wanita dan atributnya yang disebut jathilan."Rio, sampai kapan kau akan seperti ini Nak? Dimas datang kemari, dia mengajakmu