SEBUAH KEJUJURAN
"Sebenarnya aku takut, tetapi rasa rinduku padamu mengalahkan semua itu," ucap Rio lirih.Meskipun Rio mengucapkannya lirih Gendhis dengan jelas mendengarkannya. Mereka hanya berdua di dalam mobil. Di tambah suasana malam yang cukup sunyi."Apa aku tak salah dengar Mas?" tanya Gendhis.Rio tak menjawab. Dia melanjutkan makannya sampai nasi dalam pincuk itu habis. Lalu mengambil sebotol air mineral miliknya."Istriku tak akan pernah tau, dia tidak pernah keluar rumah apalagi jam segini! Kamu belum pernah ketemu dia kan ya?” tanya Rio.Gendhis mengangguk perlahan. Memang Gendhis belum pernah melihat istri Rio secara langsung, hanya saja dari cerita yang Gendhis dengar, istri Rio sangat sholehah memakai cadar tentu berbeda jauh dengan dirinya yang sholehot dan gemar memakai baju mini.“Nanti kalau waktunya ku kenalkan dengan istriku...” ujar Rio.Gendhis mengangguk dan melanjutkan menikmati makan malamnya. Mereka berdua terdiam beberapa saat itu."Tuhan aku tak tahu apa maksud laki-laki disampingku ini, jika dia menggodaku jangan sampai aku terjerumus ke pelukan lelaki beristri! Cukup sudah Samuel yang berbeda agama, jangan Engkau persulit lagi pilihanku bersama pria beristri," doa Gendhis dalam hati.Rio menatap Gendhis sambil tersenyum.“Boleh aku jujur?” tanya Rio.Gendhis mengangguk.“Jika aku mengenalmu jauh sebelum menikah, ku pastikan yang menjadi istriku kamu...” kata Rio.Pernyataan itu sanggup membuat Gendhis tertawa terpingkal- pingkal sampai meneteskan air mata. Menganggap hal yang lucu, bagaimana bisa orang se- alim Rio, sholeh, dan terkenal pendiam mengatakan hal tersebut pada sosok Gendhis. Sudahlah pecicilan, hobi dugem, pakai baju seksi. Mereka sangat berbeda, bagaikan langit dan bumi. Sebab itulah Gendhis tertawa."Kenapa kau tertawa? Aku serius," ucap Rio.Gendhis mengusap sisa air matanya yang merembes dari sudut karena terlalu banyak tertawa.“Kenapa bisa kau berkata seperti itu Mas? Wong sampean ndak kenal aku mendalam! Ini aku peringatkan ya! Jangan sama aku, habis nanti uangmu!” ejek Gendhis.Rio menggeser duduknya. Dia sekarang memandang Gendhis. Mendapat perlakuan seperti itu membuat jantung Gendhis berdetak. Dia tak berani menatap balik Rio.“Dua tahun ini aku mengamatimu, semua tentangmu bahkan pasanganmu! Kau tak sadar bukan?" tanya Rio."Memang kalian pasangan yang unik! Tapi belum terlambat bukan kalau aku menginginkanmu?” sambung Rio.Gendhis sekarang berbalik menatap arah Rio. Dia dengan berani menatap mata Rio. Entah mengapa hatinya terluka mendengar Rio mengatakan hal itu.Baginya selama ini pantang bila mendapatkan atau di dekati oleh lelaki beristri. Sebagai sesama perempuan Gendhis juga memiliki hati yang tak ingin di duakan.“Mas dengarkan aku baik- baik ya!" tegas Gendhis."Ini bukan perkara terlambat atau belum, tetapi di sini beda konteks! Kamu adalah lelaki yang telah memiliki seorang istri di luar sana, sedangkan aku sendiri belum menikah! Lak enak di kamu gaenak di aku dong kalau kamu menginginkan itu sekarang, aneh!” lanjut Gendhis.“Bukankah di islam diperbolehakan poligami, di mana masalahnya?” tanya Rio.Sungguh Gendhis kali ini tak bisa mengontrol emosi.“Memang di islam diperbolehkan berpoligami, tetapi bagi yang sanggup dan mau melakukannya! Kalau gak sanggup? Mending mundur! Jangan pernah berpikir untuk melakukannya deh Mas! Syaratnya berat! Lagian jalan ke surga masih banyak! Mending pilih jalan yang lain deh kalo aku, poligami itu bahagia di atas penderitaan wanita lain! Tuhan siapa yang mau merasakan hal seperti itu! Aku mah ogah! Ya kali kayak di dunia ini hanya tersisa satu lelaki saja!" gerutu Gendhis.Rio hanya tersenyum melihat wanita di hadapannya marah- marah. Di mata Rio wanita ini sangat spesial. Entah apa alasannya, tetapi dia mencintai wanita ini lewat pandangan pertama mereka.“Tapi aku akan membuat kau mencintaiku dengan caraku” ucap Rio lirih."Coba saja! Maka akan ku pastikan kau tak akan bisa!" jawab Gendhis sewot."Mengapa kau terlihat menggemashkan dan cantik saat marah- marah seperti ini?" tanya Rio."Kau mabuk ya?' tanya Gendhis.Rio hanya tertawa mendengarkan ucapan Gendhis."Mas Rio ingat ya! Walaupun Mas Rio ini atasanku, punya banyak harta, tetapi aku tak begitu berminat menjadi istri kedua! Menjadi yang pertama saja belum tentu diutamakan apalagi menjadi yang kedua bukannya bahagia malah sakit dan terluka!" kata Gendhis.Rio tersenyum tak menanggapi semua perkataan Gendhis."Kau mau aku bercerita tentang hidupku?" tanya Rio."Terserah asal tak membahas menjadi istri kedua atau poligami!" jawab Gendhis.Rio mulai menceritakan rumah tangganya, anak, ibunya yang sakit dan semua hal yang Gendhis ingin tahu tentang Rio selama ini. Semua yang Gendhis tanyakan di tanggapinya dengan serius. Sesekali mereka tertawa bersama."Mas aku tak menyangka sosok Mas Rio ternyata berbeda!" ucap Gendhis."Kenapa?" tanya Rio."Ya aku dulu menganggap Mas Rio itu dingin, diam, dan tertutup tetapi malam ini pandangan dan penilaianku pada Mas berubah! Ternyata Mas Rio bisa ceria dan cerewet juga bila hanya berdua," seloroh Gendhis."Aku memang tak gampang menunjukkan sisi sebenarnya diriku, bahkan dengan istriku pun aku tak seperti ini," kata Rio."Sekarang bolehkan aku yang bertanya?" sambung Rio."Tanyakanlah aku tak keberatan akan menjawabnya!" perintah Gendhis.Rio mulai menanyakan tentang hidup Gendhis. Mereka bertukar cerita sampai larut malam, tiba-tiba hp Rio berbunyi. Dia memberikan isyarat diam dengan telunjuk di bibir."Siapakah yang menelpon Rio?" tanya Gendhis dalam hati.‘Iya mi, aku lagi dirumah ibu tadi, ini mau pulang! Ibu sehat kok cuma beli obat aja tadi.’ kaa Rio.Telpon kemudian ditutup.“Istriku telpon, tumben aku belum pulang! Udah malem juga ternyata sekarang, menghabiskan waktu denganmu membuat semua terasa cepat," ujar Rio."Kamu pulang di rumah ibumu apa rumah sendiri?” tanya Rio.“Ke rumah Mama Mas, kalo dari sini lebih deket! Besok kali ke rumah sendiri sekalian berangkat kerja,” Kata Gendhis.Suasana menjadi canggung."Aku bayar dulu ya, baru kita pulang," ajak Rio.Gendhis mengangguk, Rio kemudian turun membayar makanan yang mereka pesan tadi. Mobil melaju kembali ke kos Rosi. Gendhis turun dari mobil, Rio mengikutinya turun dari mobilnya sendiri. Dia membantu membuka pintu mobil Gendhis dan menutupnya.“Kamu hati-hati ya, jangan mampir- mampir! Jangan dugem, bensin masih kan?” tanya Rio.Gendhis menyalakan mobilnya dan menunjukkan spidometer bensin mobil masih banyak. Kemudian Rio mengelus rambut gendhis dan menyodorkan tangannya.“Salim dulu...” perintah Rio.Gendhis menuruti, berjabat tangan dengan Rio. Mobil melaju perlahan meninggalkan Rio dengan sejuta pertanyaan di benak Gendhis. Sesampainya di rumah ibunya, Gendhis membuka pintu rumah dengan kunci cadangan sambil mengucap salam perlahan.Gendhis takut membangunkan tidur orang rumah. Lekas dia mengganti pakaian, memakai skincare malam dan bersiap untuk tidur. Tiba-tiba panggilan VC masuk, dari Rio lagi."Apa aku harus mengangkatnya?" tanya Gendhis dalam hati.Apakah yang harus di lakukan Gendhis?BERSAMBUNGWOWGendhis membiarkan telpon itu. Dia tak ingin mengangkatnya karena sudah larut malam. Beberapa kali notif pesan masuk, entah dari siapa Gendhis mengabaikan. Gendhis hanya ingin tidur malam ini.Tring satu pesan masuk[Kenapa gak diangkat?][Kamu party ya?]3x panggilan video tak terjawab dari Rio."Ah dia menghancurkan mood pagiku," ujar Gendhis lirih.Gendhis mengetik pesan untuk Rio.[Semalam aku capek, tidur]Balas Gendhis singkat. Pagi hari ini Gendhis memiliki beberapa jadwal untuk bertemu dengan banyak orang. Pak Muhaimin atasan Gendhis sudah mewanti- wanti sejak kemarin jangan sampai proyek gagal. Tanktop hitam, blazer, celana kerja, serta heels hitam, di lengkapi cluth berinisial nama menjadi pilihan busana Gendhis hari ini. Setelah sarapan dengan nasi pecel buatan ibunya, Gendhis berpamitan untuk berangkat kerja. Mengendari mobil perlahan sambil mendengarkan alunan lagu dari cakra khan."Masih terlalu pagi, apa lebih baik aku mampir ke showroom Samuel ya," gumam Gendhis se
SALAH KAMAR?Ternyata kaki Rio yang jelas sengaja menyentuh kaki Gendhis. Rio tersenyum ke sekilas ke arah Gendhis, entah apa maksudnya. Meeting malam ini selesai, sudah di putuskan hari sabtu dini hari mereka akan berangkat, hanya TL dan rombongan. Team memantau standby di kota mereka. Untuk pembagian hotel Gendhis sekamar dengan Rosa, dan Guruh dengan Iim."Baik apa ada yang ingin di tanyakan lagi?" ujar Dimas."Tidak Pak!" sahut Iim."Oke, sekarang waktunya kita makan- makan, silahkan temen- temen memesan makanan yang kalian inginkan," kata Rio."Mbak Gendhis mau makan apa?" tanya Rosa."Em, Nasi goreng saja, minumya air mineral dingin ya!" perintah Gendhis.Mereka memesan masing- masing menu. Menikmati makan malam bersama."Kau langsung pulang?" tanya Rio.Gendhis mengangguk. Malam ini Gendhis langsung pergi ke salon langganannya. Salon Mama mita, untuk memasang eyelash dan berfikir mewarnai rambut. "Mamtit aku besok ada event, ini kan masih jam sepuluh malem bisa lembur ndak?" ta
Malam Indah di kota JogjaGendhis sedikit terkejut, mewah sekali kamar hotel yang di peruntukan untuk dirinya. Apakah teman tidurnya merupakan pejabat kelas tinggi di pabrik. Kamar yang di tempati Gendhis di lengkapi dengan balkon dan bath up, mungkin yang sekamar dengannya manager pusat. Setelah mandi sebentar Gendhis segera menelpon Mas Dimas untuk menanyakan keberadaan orang yang sekamar dengannya. Dan dia menjawab tidak tahu. Notif hp- Gendhis berbunyi. Satu pesan dari Rio.[Aku terjebak macet]Dia melampirkan video sedang menyetir dan jalan sekitar malioboro yang macet. Video itu Gendhis forward ke Dimas. Tak lama dia membalas.[Loh, pak Ustad kesana sama siapa? Sumpah itu deket hotelmu][Ya mana ku tau, kan biasa e sama sampean][Enggak, katanya aku suruh libur dlu. Wah awas lo, speachlees aku sama kalian][Maksudnya?]Belum sempat Gendhis melihat balasan pesan Dimas pintu kamar di ketuk. Setengah berlari Gendhis membukanya, Gendhis kira dia teman sekamarnya, ternyata lelaki yan
DOSA TERINDAH"Aku ingin memiliku malam ini dan selamanya, aku tak akan memaksa, biarkan semua berjalan seperti air yang mengalir! Aku ingin kau sadar satu hal Gendhis bahwa aku datang membawa cinta bukan nafsu untuk memiliki dirimu," bisik Rio di telingan Gendhis.Tubuh Gendhis menggelinjang. Bulu kuduknya berdiri mendapat perlakuan seperti itu."Apakah aku berdosa jika melakukan ini dengan suami orang Mas?" tanya Gendhis.""Ya, tentu saja berdosa! Tapi bukankah sebagai manusia kita sama- sama pendosa? Hanya saja cara kita yang berbeda," ujar Rio.Mereka saling bertatapan beberapa saat. Gendhis melihat sorot mata lelaki sholeh dan pendiam itu nampak teduh. Rasanya mata ini seperti berbicara bahwa dia akan aman jika bersamanya.Gendhis merasakan ada sesuatu yang dingin menyentuh bibirnya. Ya, Rio mulai mengecup bibirnya, Gendhis mulai memejamkan mata. Menikmati sentuhan dingin dan getaran aneh yang mulai menjalar ke seluruh tubuh.Dinginnya AC hotel rupanya tak mampu meredakan hawa pa
NAMAKU RIO!-AUTHOR BAWA KE SETTING DAN ALUR FLASH BACK CERITA RUMAH TANGGA RIO ❤️-Rio Gunawan, nama yang diberikan oleh kedua orang tuanya. Rio terlahir disalah satu kota terkecil selatan pulau Jawa tempat lahirnya kesenian Reog Ponorogo. Bapaknya bernama Suhadi berprofesi sebagai pembuat dadak merak yaitu topeng kepala harimau yang beratnya mencapai 50-60 kilogram terbuat dari kerangka kayu, rotan, sampai bambu yang kemudian dilapisi kulit harimau gembong, konon jaman dahulu wajah reog bukan hanya dibuat dari kulit hewan saja, tetapi juga dari kulit manusia dan hanya beberapa orang termasuk ayahku yang memiliki reog asli warisan dari leluhurnya. Selain memproduksi dadak merak, topeng ganongan, dan satu set alat musiknya, ibuku memproduksi baju panadhon setelan hitam untuk para warok, serta rompi merah dan celana merah untuk bujangganom. Tak lupa baju penari wanita dan atributnya yang disebut jathilan."Rio, sampai kapan kau akan seperti ini Nak? Dimas datang kemari, dia mengajakmu
MATINYA RASA CINTA RIO."Kau salah paham Rio, sebenarnya aku bekerja sebagai pemandu lagu tidak lebih," ujar Via."Aku bukan lelaki bodoh!" ucap Rio."Rio, dengarkan aku! Logikanya sekarang aku harus bekerja apa? Nenek sakit, adikku butuh biaya sekolah Rio, huhuhu" isak Via.Rio membalikkan badan. Dia merangkul wanita di hadapannya. Entah setan mana yang merasuki Via sehingga dia memilih jalan menjadi wanita pemandu lagu di salah satu tempat karaokean kota Ponorogo. "Sampai kapan kau akan bekerja di sini?" tanya Rio mengajak Via membeli minuman di indomaret dekat club malam tempatnya bekerja."Setelah semuanya stabil, aku janji akan segera meninggalkan tempat ini Rio! Via janji, bahkan Via masih menjaga kesucian yang Via miliki, seperti janji kita dulu, Via akan menunggu Rio untuk datang dan menikah!" kata Via.Rio sempat bertahan dengannya, karena sangat mencintai wanita itu dengan tulus. Namun ternyata lingkungan membuat pengaruh dan pola pikir Via berubah. Via terlalu dalam masuk d
SEMUA UNTUK IBU"Bu, boleh Rio ngomong?" tanya Rio."Ngomong ya ngomong saja to Le, kok kayak sama siapa saja kamu itu," kata Purwati sambil asik menuang adonan bakwan ke wajan berisi minyak panas."Mau ngomong apa to? Kok kelihatannya penting sekali," sambung Purwati yang melihat gelagat aneh dari putranya yang menunduk dan diam.“Bismillah, semua demi Ibu," gumam Rio lirih."Bu, aku ingin bertemu wanita itu! Tapi Rio tidak berjanji langsung cocok ya Bu! Seperti kata Ibu dulu, tak ada salahnya mencoba. Rio juga ingin mencoba mengenalnya lebih dahulu, doakan saja semoga awal pertemuan nanti bisa menjadi awal yang baik,” ucap Rio dengan cepat.Purwati langsung menengok ke arah Rio. Matanya berbinar bahagia, seulas senyum terlukis di wajahnya.“Alhamdulillah, makasih ya Le, ibu seneng banget! Pak, Pak nanti ayok ke rumahnya Ustad Furqon, Si Rio anakmu mau Pak ketemu dengan wanita itu, dengan calon mantu pilihan Ibu,” kata Purwati berteriak lari ke arah
PERMINTAAN PURWATI"Bu, Rio ingin segera pulang karena ada beberapa hal yang perlu Rio handle, bagaimana jika kita lnjutkan kapan- kapan saja? Dimas sudah menghubungiku sejak tadi Bu!" bisik Rio.Purwati mengangguk dan segera mengajak Suhadi berpamitan pada ustad Furqon. Purwati tak ingin membuat Rio merasa tak nyaman. Jadi sebisa mungkin dia akan menuruti semua permintaan anak lelakinya itu agar Rio mau menjalankan perjodohan ini.Pulang dari rumah ustad Furqon Purwati tampak gembira sekali, dia tersenyum sepanjang jalan menceritakan tentang Sifa. Purwati seolah-olah tak kehabisan kata dan pujian untuk menggambarkan sosok Sifa menantu idamannya. Bahkan saat mereka mampir makan di Sate Tukri Purwati tetap membahas tentang Sifa. "Pokoknya menurut Ibu ya Le, tak ada wanita yang lebih baik dari pada Sifa yang patut di jadikan menantu, sejak pertama kali melihatnya Ibu sudah merasakan perasaan yang berbeda," kata Purwati."Sudahlah Bu, jangan terlalu berlebihan
IZINKAN AKU POLIGAMI"Tidak Mas, Sifa hanya ingin me time sendiri. Sifa ingin memanjakan diri sekedar pergi ke salon memotong rambut dan melakukan spa Syariah. Apakah boleh, Mas?" tanya Sifa."Kau akan pergi dengan siapa?" selidik Rio."Perginya biar diantarkan oleh santri Abah yang wanita, Mas. Toh mobil Umi ada di rumah kok, Mas," kata Sifa."Kebetulan tadi Abah pergi menggunakan mobilnya sendiri dengan Mulki. jadi ada satu mobil yang menganggur di rumah. Bagaimana, Mas?" tanya Sifa."Baiklah jika seperti itu, Dek. Yang penting Humairah aman ya?" ucap Rio mencoba memastikan."Tenang saja, Mas. Kau tak usah takut, insya Allah anak kita aman. Humaira akan dijaga oleh Umi sehingga Sifa benar-benar nyaman dan aman serta tenang saat meninggalkannya," jawab Sifa."Baiklah kalau begitu, Dek. Kau butuh uang berapa? Akan Mas transfer saja ya," ujar Rio."Tak usah, Mas. Kebetulan jatah bulanan yang Mas berikan masih ada kok. Itu saja insya Allah sudah cukup," jawab Sifa agar tak membuat suami
IDE GILA SIFA!"Ya sudah kita akan langsung saja bertemu dengan Rio tanpa kau harus pulang dulu. Setelah semua jelas, baru kau nanti mengatakan semua kepada Mbakmu, agar Mbakmu tak salah paham dan kecewa. Sekarang Mbakmu sebenarnya ada di posisi dilema, Le," jelas Abah Furqon."Astagfirulloh. Kenapa lagi, Bah?" tanya Mulki."Dia ingin percaya kepadamu sebenarnya, Le. Tetapi apa yang dilihat dengan mata kepalanya itu justru bertentangan dengan semua kepercayaananya. Melihat kau dan Rio duduk bersama wanita itu, bahkan wanita itu duduk di hadapanmu. Wajar kan kalau Mbakyu mu kecewa," jawab Abah Furqon."Bah, tolong kali ini jangan Abah berpikir bahwa Mulki turut andil dan ikut campur terlalu dalam masalah keluarga Mbak Sifa, tolong jangan, Bah. Tolong jangan berpikir itu lagi, karena jika Abah masih berpikir seperti itu sampai selamanya Mbak Sifa nasibnya akan seperti ini, Mbak Sifa akan mencintai sendiri dan itu sakit, Bah," ujar Mulki dengan menghela nafasnya panjang."Biarlah, Bah. B
BISMILLAH LANGKAH AWAL!Dengan penuh takzim, Simbok mengantarakan pesanan Abah Furqon. Mereka pun menikmati nasi pecel itu dan tak membahas masalah ini lagi. Sejak dulu memang pantangan bagi Mulki dan Abahnya untuk berbicara ketika makan. Meskipun hal sepenting apapun setelah selesai makan dan menghirup kopinya, baru mereka berbicara lagi."Lalu harus bagaiman, Abah?" tanya Abah Furqon."Menurut Mulki sekarang kita harus memanggil Mas Rio lagi, Bah. Bagaimana lagi? Semua sudah kadung terlanjur terjadi. Mbak Sifa pun juga sudah tahu masalah ini, jadi jangan sampai hal ini makin membuat Mbak Sifa berpikir macam- macam, Bah. Kita harus menyelesaikan masalah ini hari ini juga, Bah. Kita tak bisa menundanya makin lama, Bah. Mulki tak ingin dan tak mau kehilangan kepercayaannya juga, kita harus segera menyelesaikan masalah ini, Bah. Sungguh," tegas Mulki."Selain itu ada satu hal lain yang menghantui pikian Mulki, Bah. Karena satu sisi pun kita harus memikirkan kondisi wanita itu dan anakn
TENTANG PERNIKAHAN SIRI"Dia tak ingin menikahi wanita itu, Bah. Namun dia juga tak ingin dianggap sebagai pecundang mengkhianati anak itu padahal Mas Rio juga mengakui bahwa dia adalah darah dagingnya hanya saja dia tak ingin namanya tercantum di akta. Tapi Bah...""Kenapa?" tanya Abah Furqon."Mas Rio ingin tetap menafkahinya. Bagaimana menurut Abah?" tanya balik Mulki.Abah Furqon menghela nafasnya panjang. Saat seperti ini lah sebenarnya dia sang anak bisa bertukar pikiran, saling mengupgrade ilmu agama masing- masing. Kali ini abah Furqon ingin mengangkat topik pernikahan siri dan perzinahan."Pertama Abah ingin menyoroti ucapanmu, Le. Tetang pernikahan yang dilakukan secara rahaasia atau lebih akrab disebut nikah siri adalah pernikahan yang tidak dicatat di kantor KUA. Nikah siri, dikatakan sah menurut agama tapi tidak sah menurut Negara karena seperti yang sudah dijelaskan tadi, tidak tercatat di KUA. Benar katamu, nikah siri memang memiliki banyak kekurangan. Namun di beberap
RENCANA DAN STRATEGI PARA LELAKI!"Bahkan sepertinya foto itu diambil kemarin siang saat kita bersama toh? Abah sedang mengisi kajian dan mata kuliah, sedangkan kau berpamitan berdiskusi tentang dakwah masa kini. Lalu kenapa kok tiba- tiba kau ada di cafe itu? Bagaimana ceritanya?" tanya Abah Furqon.Mulki menghela nafas panjang sekaali. Dia harus menceritakan sedetails mungkin sekarang pada Abahnya. Karena dia yakin hanya Abahnya yang bisa menyelesaikan masalah ini."Bah, sungguh ini sebenarnya tidak sengaja, itu bukan pertemuan yang di bentuk lantas sengaja, bukan seperti itu, Bah. Semua di luar kendali Mulki, saat itu memang Mulki ada berpamitan kepada Abah saat Abah mengisi ceramah. Mulki akan berpamitan dan akan berdiskusi bersama teman-teman dari beberapa universitas perwakilan salah satu organisasi agama yang memang sengaja membahas dakwah modern. Mereka meminta tolong Mulki sebagai pengisinya untuk kelas akhwat dan akhirnya Mulki pun setuju- setuju saja saat itu," jawab Mulki
DUDUK DI BAWAH POHON BERINGIN"Abah pergilah ke ke mushola dulu. Kita akan mendengarkan versi dari Mulki," perintah Umi Laila lagi."Iya, Umi. Assalamualaikum," pamit Abah Furqon."Kau lebih percaya adikmu kan sekarang?" tanya Umi Laila. Sifa pun menganggukkan kepalanya."Ya sudah kalau aku percaya dengan adikmu sekarang, kau tak usah berpikir macam-macam," kata Umi Laila."Kau jangan takut sekarang, Nduk. Pasrahkan semuanya pada Gusti Allah. Kau jangan berpikir hal-hal yang aneh. Itu akan mempengaruhi kualitas Asi mu sekarang itu, Nduk. Sudah tak perlu kau pikir lelaki yang seperti itu lagi. Benar dia suamimu kau harus baik kepadanya, berpikirlah seperti tak ada masalah yang sekarang itu dan harus diutamakan adalah anakmu. Nasib dan kualitas asimu harus bagus demi masa depan anakmu yang lebih baik. Biarlah, biar semua nanti akan di balas oleh gusti Allah saja. Kau tak perlu ikut campur, biar semua di catat olehnya," sambung Umi Laila."Karena kau tahu kan sebaik-baiknya sutradara itu
KECURIGAAN SIFASampai adzan subuh dan suara tahrim berkumandang dia masih belum bisa tidur. Dia masih penasaran dan bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi. Mengapa adiknya bisa bertingkah seperti ini, apa yang dirahasiakan adiknya dan sang suami. Mengapa mereka tega menyembunyikan kenyataan pahit seperti ini. Bahkan mereka diam-diam bertemu dengan Gendis di belakangnya tanpa ada pemberitahuan pada Sifa."Apa yang sebenarnya mereka sembunyikan?" gumam Sifa.Dia segera keluar dari kamar mencari Mulki. Tapi rupanya kalah cepat, karena Mulki sudah tak ada di sana. Entah sejak kapan adiknya itu sudah pergi ke mushola. Mungkin sejak subuh tadi, ingin rasanya Sifa menyusul ke depan lalu menanyakan semuanya langsung pada adiknya. Tapi tak mungkin karena di depan sangat ramai dan pondok putra milik keluarganya. Dia harus bisa menahan emosi dan menjaga marwahnya."Allah, kapan dia pergi," gumam Sifa.Dia benar- benar tak mendengar suara Mulki saat membuka kamarnya. Padahal biasanya dia
MENDADAK VIRAL DI SOSIAL MEDIA"Dia itu sangat pandai, aku menghalangimu menikah dengannya bukan karena aku masih mencintainya atau aku ingin menikahi dia suatu saat nanti, tidak. Justru sebaliknya, aku tak hanya ingin saja kau terjebak dalam permainan mu sendiri, dengarkan aku kali ini saja," sambung Rio."Benarkah? benarkah kau tak mencintainya lagi?" tanya Mulki dengan penekanan.Rio menghela nafasnya panjang. Munafik memang jika dia mengatakan bahwa dia tak mencintai wanita itu. Dia memang masih mencintai wanita itu namun dia kali ini bisa berpikir jernih, tak seperti dulu."Ya memang aku sedikit mencintainya. Namun tak segila dulu," kata Rio Jujur."Jika sudah seperti ini masalah tak akan menjadi gampang, Mulki. Justru masalah ini akan melebar. Bagaimana jika Sifa tahu?" tanya Rio.Mulki pun langsung juga menyadari bahwa ikut campur terlalu dalam masalah rumah tangga Rio dan Sifa. Dia menghela nafasnya panjang, orang tuanya memang terbiasa untuk tak malu meminta maaf tanpa geng
APAKAH KAU YAKIN TAK MENCINTAINYA?"TIDAK BISA!" tegas Mulki.Semua terdiam, Rio pun tak bisa berkutik dengan semua ucapan Mulki. Mulki pun hanya bisa mengusap wajahnya dengan kasar. Ternyata apa yang dikatakan oleh Rio memang tidak bohong. Gendis memvalidasi semuanya bahwa apa yang pernah di jelaskan pada Rio padanya memang benar. Karena sebelumnya Rio dan Gendis tidak pernah bertemu lagi. Mereka baru bertemu beberapa hari kebelakangan ini dan itu pun perkara Gendhis menuntut akta kelahiran."Kenapa tak mungkin?" tanya Gedhis lirih."Aku dengar kau kuliah hukum ya? Atau pasanganmu sekarang orang yang tahu hukum. Aku rasa dia juga sedikit banyak pasti telah menjelaskannya padamu kan? Kalau tidak aku akan jelaskan semua padamu. Seperti yang kau tahu sendiri, akta kelahiran itu tak mungkin didapatkan tanpa ada pernikahan sah. Biar bagaimanapun juga aku ini juga kuliah hukum walaupun kuliah secara online saja, tapi aku sedikit banyak tahu tentang permasalahan ini. Kau tak mungkin menunt