NAMAKU RIO!-AUTHOR BAWA KE SETTING DAN ALUR FLASH BACK CERITA RUMAH TANGGA RIO ❤️-Rio Gunawan, nama yang diberikan oleh kedua orang tuanya. Rio terlahir disalah satu kota terkecil selatan pulau Jawa tempat lahirnya kesenian Reog Ponorogo. Bapaknya bernama Suhadi berprofesi sebagai pembuat dadak merak yaitu topeng kepala harimau yang beratnya mencapai 50-60 kilogram terbuat dari kerangka kayu, rotan, sampai bambu yang kemudian dilapisi kulit harimau gembong, konon jaman dahulu wajah reog bukan hanya dibuat dari kulit hewan saja, tetapi juga dari kulit manusia dan hanya beberapa orang termasuk ayahku yang memiliki reog asli warisan dari leluhurnya. Selain memproduksi dadak merak, topeng ganongan, dan satu set alat musiknya, ibuku memproduksi baju panadhon setelan hitam untuk para warok, serta rompi merah dan celana merah untuk bujangganom. Tak lupa baju penari wanita dan atributnya yang disebut jathilan."Rio, sampai kapan kau akan seperti ini Nak? Dimas datang kemari, dia mengajakmu
MATINYA RASA CINTA RIO."Kau salah paham Rio, sebenarnya aku bekerja sebagai pemandu lagu tidak lebih," ujar Via."Aku bukan lelaki bodoh!" ucap Rio."Rio, dengarkan aku! Logikanya sekarang aku harus bekerja apa? Nenek sakit, adikku butuh biaya sekolah Rio, huhuhu" isak Via.Rio membalikkan badan. Dia merangkul wanita di hadapannya. Entah setan mana yang merasuki Via sehingga dia memilih jalan menjadi wanita pemandu lagu di salah satu tempat karaokean kota Ponorogo. "Sampai kapan kau akan bekerja di sini?" tanya Rio mengajak Via membeli minuman di indomaret dekat club malam tempatnya bekerja."Setelah semuanya stabil, aku janji akan segera meninggalkan tempat ini Rio! Via janji, bahkan Via masih menjaga kesucian yang Via miliki, seperti janji kita dulu, Via akan menunggu Rio untuk datang dan menikah!" kata Via.Rio sempat bertahan dengannya, karena sangat mencintai wanita itu dengan tulus. Namun ternyata lingkungan membuat pengaruh dan pola pikir Via berubah. Via terlalu dalam masuk d
SEMUA UNTUK IBU"Bu, boleh Rio ngomong?" tanya Rio."Ngomong ya ngomong saja to Le, kok kayak sama siapa saja kamu itu," kata Purwati sambil asik menuang adonan bakwan ke wajan berisi minyak panas."Mau ngomong apa to? Kok kelihatannya penting sekali," sambung Purwati yang melihat gelagat aneh dari putranya yang menunduk dan diam.“Bismillah, semua demi Ibu," gumam Rio lirih."Bu, aku ingin bertemu wanita itu! Tapi Rio tidak berjanji langsung cocok ya Bu! Seperti kata Ibu dulu, tak ada salahnya mencoba. Rio juga ingin mencoba mengenalnya lebih dahulu, doakan saja semoga awal pertemuan nanti bisa menjadi awal yang baik,” ucap Rio dengan cepat.Purwati langsung menengok ke arah Rio. Matanya berbinar bahagia, seulas senyum terlukis di wajahnya.“Alhamdulillah, makasih ya Le, ibu seneng banget! Pak, Pak nanti ayok ke rumahnya Ustad Furqon, Si Rio anakmu mau Pak ketemu dengan wanita itu, dengan calon mantu pilihan Ibu,” kata Purwati berteriak lari ke arah
PERMINTAAN PURWATI"Bu, Rio ingin segera pulang karena ada beberapa hal yang perlu Rio handle, bagaimana jika kita lnjutkan kapan- kapan saja? Dimas sudah menghubungiku sejak tadi Bu!" bisik Rio.Purwati mengangguk dan segera mengajak Suhadi berpamitan pada ustad Furqon. Purwati tak ingin membuat Rio merasa tak nyaman. Jadi sebisa mungkin dia akan menuruti semua permintaan anak lelakinya itu agar Rio mau menjalankan perjodohan ini.Pulang dari rumah ustad Furqon Purwati tampak gembira sekali, dia tersenyum sepanjang jalan menceritakan tentang Sifa. Purwati seolah-olah tak kehabisan kata dan pujian untuk menggambarkan sosok Sifa menantu idamannya. Bahkan saat mereka mampir makan di Sate Tukri Purwati tetap membahas tentang Sifa. "Pokoknya menurut Ibu ya Le, tak ada wanita yang lebih baik dari pada Sifa yang patut di jadikan menantu, sejak pertama kali melihatnya Ibu sudah merasakan perasaan yang berbeda," kata Purwati."Sudahlah Bu, jangan terlalu berlebihan
BIMBANG"Tapi Pak, Ibu hanya ingin Sifa," ujar Purwati lirih.“Doanya saja ya bu,” hibur Rio.Terlihat Purwati hanya mengangguk meskipun tampak sedikit guratan kecewa di wajahnya. Setelah berpamitan dengan Ibu dan bapak, Rio pun mengendarai mobil perlahan kembali ke Madiun.Dari jauh Rio melihat Dimas sedang menelpon seseorang, sedangkan istrinya Maya menyiram tanaman harmonis sekali pasangan suami istri. "Apakah aku akan mengalaminya juga dengan Sifa? Namun hatiku ragu dan bimbang! Apakah aku bisa mencintainya? Tapi jika bukan dengan Sifa lantas aku menikah dengan siapa? Di Madiun aku sama sekali tidak mengenal wanita, fokusku hanya untuk bekerja dan mengembangkan usaha! Belum ada yang membuat hati ini bergetar seperti Via dulu, mungkin karena terlalu pendiam tak mudah bergaul dengan semua orang yang menyebabkan aku masih bergelut dengan masa lalu," kata Rio dalam hati.'Tin' Rio mengklakson mobilnya tanda kedatangan. Dimas melambaikan tangan pada Rio
TERPAKSA MENIKAH DEMI IBU"Menurut hitungan jawa kau dan Sifa akan memiliki rumah tangga yang bermasalah," ujar Suhadi."Halah Bapak itu percaya sekali sama perjonggo! Calon besan kita ini kyai, malu Pak jika masih kejawen seperti itu!" bentak Purwati.Perjonggo adalah dukun nikah yang biasanya mencarikan tanggal pernikahan pengantin."Wong anaknya sudah mau itu kita sebagai orang tua tinggal mendukung, bukan malah membuat anak tambah ragu!" tegur Purwati."Eleng! Nyebut! Istigfar Bu! Jangan dengan embel- embel Kyai kau lupa dari mana asalmu!" bentak Suhadi."Sudahlah Pak, Buk, jangan bertengkar lagi! Toh ini belum keputusan final kan!" lerai Rio."Masih banyak prosesnya, ini biodata Rio," ujar Rio sambil menyerahkan biodata yang di pinta ibunya.Tak terasa sbulan sudah sejak Rio dan Sifa saling bertukar biodata. Mereka tak ada saling bertukar pesan lewat WA atau telpon, semua selalu lewat Purwati atau ustad Furqon. Sampai sore itu, ustad Fu
SAH!"Kamu hanya bisa mencoba mencintai calon istrimu Le! Meskipun saat ini kamu tidak mencintainya, selama dia baik agamanya, buatlah rumah tanggamu bahagia meskipun hatimu tidak” ucap Suhadi sambil menyalakan rokoknya. Mereka memang jarang mengobrol santai, tapi baru kali ini secara mengejutkan Suhadi mengungkapkan cara berfikirnya. Apakah ini artinya rumah tangga kedua orang tuanya tak cukup bahagia? Entahlah hanya Tuhan yang tahu."Wehhhh! Bu Purwati sama Pak Hadi sekalinya dapet mantu anak kyai," olok seorang tukang cuci piring."Iya lo, rasanya memang pantes sih! Wong Mas Rio yo alim bukan penganut abangan kayak kamu!" sahut ibu- ibu lainnya.Ramai suara ibu-ibu saling gojlokan di samping kamar Rio sudah mulai terdengar. Tenda terop sudah mulai terpasang di pelataran rumah Suhadi membuat rumah joglo itu tampak begitu megah. Hari ini akan ada tradisi membuat jenang yaitu makanan khas yang terbuat dari tepung beras atau tepung ketan lalu dimasak dengan
PANGGIH“Mas, bangunlah,” suara wanita terdengar lembut membangunkan tidur Rio.Dia segera bangun mengumpulkan kesadarannya, setelah mengucek mata terlihat gadis muda itu duduk di pinggir ranjang.“Maaf ya Mas, Sifa membangunkan sampean (kamu)! Ibu yang menyuruh! Sudah siang, sampean sholat subuh dulu! Habis ini Sifa mau make up di kamar ini boleh Mas?” tanya Sifa meminta izin.Rio hanya mengangguk tak menjawab. Dia bergegas mandi dan sholat di kamar Purwati ibunya, ingin rasanya Rio tidur barang lagi karena semalam suntuk bergadang tapi Purwati masuk.“Keluarlah, temui orang-orang dan ajak sarapan! Ndak ilok gak baik Le, kamu tuan rumah malah tidur!” perintah Purwati.Rio bangun dengan malas dan beranjak ke depan. Siang ini acara resepsi yang akan di lakukan dengan mengusung tema adat jawa.Yâ nabî salâm ‘alaika, Yâ Rosûl salâm ‘alaikaYâ habîb salâm ‘alaika, sholawâtullâh ‘alaikaAnta syamsun anta badrun, anta nûrun fauqo nûrinAnta iks