TERPAKSA MENIKAH DEMI IBU
"Menurut hitungan jawa kau dan Sifa akan memiliki rumah tangga yang bermasalah," ujar Suhadi."Halah Bapak itu percaya sekali sama perjonggo! Calon besan kita ini kyai, malu Pak jika masih kejawen seperti itu!" bentak Purwati.Perjonggo adalah dukun nikah yang biasanya mencarikan tanggal pernikahan pengantin."Wong anaknya sudah mau itu kita sebagai orang tua tinggal mendukung, bukan malah membuat anak tambah ragu!" tegur Purwati."Eleng! Nyebut! Istigfar Bu! Jangan dengan embel- embel Kyai kau lupa dari mana asalmu!" bentak Suhadi."Sudahlah Pak, Buk, jangan bertengkar lagi! Toh ini belum keputusan final kan!" lerai Rio."Masih banyak prosesnya, ini biodata Rio," ujar Rio sambil menyerahkan biodata yang di pinta ibunya.Tak terasa sbulan sudah sejak Rio dan Sifa saling bertukar biodata. Mereka tak ada saling bertukar pesan lewat WA atau telpon, semua selalu lewat Purwati atau ustad Furqon.Sampai sore itu, ustad FuSAH!"Kamu hanya bisa mencoba mencintai calon istrimu Le! Meskipun saat ini kamu tidak mencintainya, selama dia baik agamanya, buatlah rumah tanggamu bahagia meskipun hatimu tidak” ucap Suhadi sambil menyalakan rokoknya. Mereka memang jarang mengobrol santai, tapi baru kali ini secara mengejutkan Suhadi mengungkapkan cara berfikirnya. Apakah ini artinya rumah tangga kedua orang tuanya tak cukup bahagia? Entahlah hanya Tuhan yang tahu."Wehhhh! Bu Purwati sama Pak Hadi sekalinya dapet mantu anak kyai," olok seorang tukang cuci piring."Iya lo, rasanya memang pantes sih! Wong Mas Rio yo alim bukan penganut abangan kayak kamu!" sahut ibu- ibu lainnya.Ramai suara ibu-ibu saling gojlokan di samping kamar Rio sudah mulai terdengar. Tenda terop sudah mulai terpasang di pelataran rumah Suhadi membuat rumah joglo itu tampak begitu megah. Hari ini akan ada tradisi membuat jenang yaitu makanan khas yang terbuat dari tepung beras atau tepung ketan lalu dimasak dengan
PANGGIH“Mas, bangunlah,” suara wanita terdengar lembut membangunkan tidur Rio.Dia segera bangun mengumpulkan kesadarannya, setelah mengucek mata terlihat gadis muda itu duduk di pinggir ranjang.“Maaf ya Mas, Sifa membangunkan sampean (kamu)! Ibu yang menyuruh! Sudah siang, sampean sholat subuh dulu! Habis ini Sifa mau make up di kamar ini boleh Mas?” tanya Sifa meminta izin.Rio hanya mengangguk tak menjawab. Dia bergegas mandi dan sholat di kamar Purwati ibunya, ingin rasanya Rio tidur barang lagi karena semalam suntuk bergadang tapi Purwati masuk.“Keluarlah, temui orang-orang dan ajak sarapan! Ndak ilok gak baik Le, kamu tuan rumah malah tidur!” perintah Purwati.Rio bangun dengan malas dan beranjak ke depan. Siang ini acara resepsi yang akan di lakukan dengan mengusung tema adat jawa.Yâ nabî salâm ‘alaika, Yâ Rosûl salâm ‘alaikaYâ habîb salâm ‘alaika, sholawâtullâh ‘alaikaAnta syamsun anta badrun, anta nûrun fauqo nûrinAnta iks
Malam Pertama?"Tidurlah! Aku tidak akan menyentuhmu!" ujar Rio.Sifa terdiam mendengar jawaban suaminya. Mungkin memang benar Rio suaminya ingin mereka berkenalan dulu, berpacaran sesudah menikah dan halal. Sebagai pengantin baru Sifa dan Rio berbulan madu, seminggu sudah Rio menikahi Sifa, pekerjaan selama ini murni tanggung jawab Dimas. Tradisi pengantin baru yang menikah di Jawa, biasanya seminggu ini pengantin akan di rak keliling keluarga. Rio di ajak berkeliling ke rumah saudara Sifa. Mereka di perkenalkan sebagai anggota baru keluarga, begitupun Sifa.Waktu terus berjalan, tepat hari ini sebulan sudah mereka menikah. Rio rutin memberikan nafkah lahir untuk belanja sebagai bentuk tanggung jawabnya pada istri. Tapi Sifa menolak. Dia hanya meminta uang jika perlu. Jika kebutuhannya habis maka ia meminta tolong mengantarkan belanja sekalian jalan- jalan dan Rio yang akan membayarkannya."Mas saja yang bawa keuangannya, Sifa takut malah boros jadinya," u
DARAH SAKSI CINTARio mengangguk, benar apa yang Dimas katakan. Kita tidak akan tahu sebelum mencobanya. Rio mendekati Sifa, dia membelai pelan rambut Sifa dan malam ini Rio putuskan melakukan apa yang harusnya di lakukan sejak mereka menikah sebulan lalu. "Sifa maafkan suamimu ini Dek," bisik Rio lirih.Sifa hanya menganggukkan kepala, akhirnya malam ini dia bisa menjadi sosok istri yang sempurna."Allâhumma innî as'aluka khairahâ wa khairamâ jabaltahâ alaih! Wa a'ûdzubika min syarrihâ wa syarrimâ jabaltahâ alai," doa Rio sambil meniupkannya ke ubun- ubun kepala Sifa."Mas aku mencintaimu karena Allah," kata Sifa."Aku persembahkan semuanya untukmu, kesucian yang ku jaga dan pertahankan selama ini untuk suami yang halal di dunia dan insyaallah di akhiratku juga, sebagai bukti kesucian diri," sambung Sifa.Rio mencium rambut Sifa, dia turun ke mata lentik itu. Sifa dan Rio memang baru pertama melakukannya. Semua di lakukan dengan cepat dan grusa- gr
FARHAT FURQON GUNAWAN"Astagfirulloh! Baik Dim, titip Sifa sebentar ya! Oke aku akan bergegas menuju sana sekarang juga," kata Rio panik sambil mematikan telponnya.Ternyata Dimas mengabarkan bahwa Sifa istrinya mengalami pecah ketuban. Tentu Rio kelabakan, karena ini berbeda dengan prediksi HPL dari dokter."Pak Aam, Mbak Gendhis, Mas, maaf saya harus pamit sekarang karena Istri saya mengalami pecah ketuban, sepertinya akan melahirkan! Mari saya permisi dulu ya," pamit Rio."Assalamualaikum," sambungnya sambil setengah berlari.Rio bergegas pamit. Sekali lagi Rio menyempatkan mencuri pandang pada Gendhis, sebelum mobilnya melaju pergi meninggalkan kompleks perkantoran itu."Temenmu dapat dari mana sih Mas?" tanya Gendhi pada Aam."Kenapa?""Diajak mengobrol kok nunduk terus," keluh Gendhis."Namanya menjaga pandangan dodol," ujar Aam."Lah di pikir aku barang haram, orang aku barang halal kok!" protes Gendhis.Dia baru menemukan lela
BUKAN CINTA TAPI RASA KASIHAN!"Assalamualaiku," seru suara dari balik pintu kamar rawat inap Sifa."Waalaikumsalam," sahut mereka."Untung aja ada yang datang, jadi aku tak perlu menjawab pertanyaan Sifa," batin Rio dalam hati.Rio segera membukakan pintu untuk mertuanya yang datang."Selamat ya Nak!" rangkul Ustad Furqon."Terimakasih Bah," jawab Rio.Segera Rio menyalami Umi Laila yang berada di belakang ustad Furqon."Bagaimana Nduk keadaanmu?" tanya umi Laila sembari memeluk putrinya."Selamat ya kau sekarang sudah menjadi seorang Ibu, ingat kau adalah madrasah pertama bagi anakmu! Jaga dan ajari dia yang baik- baik, ibaratnya dia kanvas kertas putih, ukir dengan tinta yang pilihan jangan asal melukisnya," sambung umi Laila."Iya Mi," jawab Sifa.Persalinan ini berjalan lancar dan cepat. Tak butuh waktu lama, hanya satu setengah jam bayi Sifa dan Rio telah lahir. Sampa- sampai kedua orang tua Sifa kaget melihat putrinya yang suda
ANAK BUKANLAH JAMINAN BAHAGIA"Dia adalah wanita yang benar- benar bisa menghipnotisku ketika pertama kali bertemu," jawab Rio."Kau tahu Dim, aku sampai hafal benar apa aja yang di pakai wanita itu! Rambutnya hitam panjang, tawanya sangat renyah, badannya tinggi semampai, Hpnya Iphone 11 dengan case warna merah blink- blink, hanya dengan memakai kaos oblong putih dan celana jeans panjang wanita itu mampu mempesona ku Dim, sayang kami tak sempat mengobrol lama," sambung Rio.Dimas mengamati semua gerak gerik Rio. Ya, benar! Sahabatnya sedang di mabuk cinta sama seperti kejadian puluhan tahun lalu. Dimas tak menyangka saat seperti ini justru Rio menemukan wanita idaman lainnya."Gila kau Mas!" ucap Dimas berlalu tanpa meminum kopi yang telah di buatkan SIfa.Dimas kehabisan kata- kat. Dia sangat tahu bagaimana watak Rio, yang Dimas takutkan adalah Rio nekat untuk mendapatkan cintanya. Nyatanya hadirnya Farhat malaikat kecil Rio dan Sifa tak mampu membuat Rio
CINTA ITU MEMANG BUTA!"Dia adalah...."Rio menghela nafas dalam, dia sendiri tidak mengetahui siapa sebenarnya Gendhis. Hanya bertemu sekali dan mampu membuatnya jatuh cinta. Lucu bukan? Rio sudah mencoba mencari identitas Gendhis lewat semua media sosial mulai dari instagram, facebook, twitter dan lainnya. Namun hasilnya nihil dia tak berhasil menemukannya."Mas mengapa kau hanya Diam? Aku sungguh- sungguh ingin mengetahui wanita itu," tegur Dimas yang melihat Rio terdiam dan termenung."Aku juga tak tahu pasti Dim, bukan aku tak ingin memberi tahumu," kata Rio.Mungkin Gendhis bukanlah wanita yang suka bermain sosail media, meskipun rasanya mustahil ada orang seperti itu saat ini. Atau Gendhis menggunakan nama lain di kontak media sosialnya sehingga pencarian atas namanya tak ditemukan. Sebenarnya Rio ingin sekali bertanya pada Aam namun diapun tak berani. Padahal wajar sebenarnya menanyakan anak buah pada atasan, Rio bisa beralasan untuk hubungan kerja a