Share

Beri Aku Waktu

Penulis: Zizara Geoveldy
last update Terakhir Diperbarui: 2024-08-24 18:21:13

Entah berapa lama Dexter dan Gendis duduk berdua di balik mobil. Mereka bercerita tentang satu sama lain sambil memandangi anak mereka yang terlelap setelah Gendis susui.

"Jadi kamu nyari sampai ke kampung aku?" ulang Gendis mengonfirmasi pengakuan yang didengarnya dari Dexter.

"Ya. Untung ada orang baik yang ketemu sama aku di travel. Dia yang mengantarku ke rumah orang tuamu."

"Terus kamu ketemu sama Ibu dan Bapak?" tanya Gendis antusias. Ia penasaran apa yang terjadi selanjutnya.

Dexter menggeleng pelan. "Ibu dan Bapak udah pergi kerja. Aku hanya ketemu sama adekmu."

Ah, Delia. Selain kangen pada kedua orang tuanya, Gendis juga merindukan adiknya itu.

"Aku nggak nyangka dia juga cantik," cetus Dexter menambahkan.

Sontak saja Gendis melayangkan cubitan ke lengan Dexter.

"Kok aku dicubit?" Dexter pura-pura kesakitan sambil mengusap-usap lengannya. "Tapi kakaknya jauh lebih cantik sih."

Wajah Gendis merona dalam gelap sebagai respon atas sanjungan Dexter padanya. Pipinya menghangat. B
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Selir Hati Tuan Muda   Setelah Mereka Pergi

    Dexter masuk ke rumah membawa Bobby yang telah terlelap. Tepat di saat ia tiba orang-orang sudah selesai makan."Maaf, Pak, kami selesai duluan," kata Bondan pada Dexter."Nggak apa-apa, Dok, saya makan di rumah saja.""Lho, kenapa begitu, Pak?" Dona yang bicara."Kasihan Bobby-nya, Bu. Dia sudah tidur."Dona, Bondan, dan juga Catherine memandang ke objek yang sama. Mereka melihat anak itu sudah pulas dalam lelap di dekapan Dexter."Apa nggak bisa dikasih sama Bu Catherine dulu, Pak? Selama Pak Dexter makan biar Bu Catherine yang pegang Bobby.""Terima kasih, Bu, tapi saya makan di rumah saja. Kasihan Bobby, biasanya suka kebangun kalau dipindahkan."Malam itu Dexter tidak jadi makan malam di rumah Bondan. Ia langsung pulang dengan membawa persediaan ASIP dari kulkas. Catherine yang menyetir, sedangkan Dexter tetap menggendong Bobby dalam pelukannya.Dari tempatnya duduk Dexter mencari-cari bayangan Gendis di halaman rumah kalau saja perempuan yang masih berstatus sebagai istrinya

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-24
  • Selir Hati Tuan Muda   Kangen

    "Aurel Sagita mengadakan acara syukuran kelahiran putri pertamanya yang baru berusia satu bulan. Acara tersebut diselenggarakan secara besar-besaran dan mengundang banyak selebriti ternama." Suara presenter pembawa acara infotainment menggema dari televisi layar lebar di kediaman Dexter pagi itu.Risa yang menyaksikannya sambil memberi ASIP Bobby sampai ternganga menyaksikan kemewahan acara yang ditayangkan di layar televisi. "Bu Catherine, apa tidak sebaiknya kita adakan acara syukuran untuk Bobby? Bobby kan udah satu bulan, Bu," ujar Risa pada Catherine yang juga sedang menonton televisi bersamanya.'Buat apa? Cuma buang-buang uang. Lagian anak itu bukan anakku,' pikir Catherine di dalam hatinya. Namun setelah detik itu ia langsung berubah pikiran. Orang-orang di luar sana tahu bahwa sudah bertahun-tahun Dexter dan Catherine menantikan kehadiran keturunan dalam pernikahan mereka. Lalu setelah seorang anak yang ditunggu itu akhirnya hadir bukankah sudah selayaknya mereka rayakan d

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-25
  • Selir Hati Tuan Muda   Ayo Kembali Ke Rumah

    Tentu saja Gendis terkejut oleh tindakan Dexter yang sedikit pun tidak berada di dalam prediksinya."Lepasin aku, Dex." Gendis meronta dalam dekapan Dexter. Tapi malah pelukan lelaki itu bertambah erat mengunci tubuhnya. Iya, Dona memang sudah pergi mengantar Doni ke sekolah. Sedangkan Bondan sudah berangkat beberapa saat yang lalu ke rumah sakit. Tapi Gendis khawatir kalau orang-orang yang lewat melihatnya berpelukan dengan Dexter."Aku cuma mau meluk kamu sebentar, aku kangen." Dexter bergumam pelan menyampaikan perasaannya. Sudah lama ia hanya bisa menyimpan sendiri perasaan itu. Kemarin malam saat mereka bertemu setelah sekian lama, Dexter juga tidak sempat memeluk Gendis lantaran harus menggendong Bobby."Tapi nanti ada yang melihat kita," ucap Gendis masih takut."Biarin. Aku nggak peduli.""Dex, jangan begini. Kontrol diri kamu, jangan bahayakan posisiku," ucap Gendis memohon pengertian Dexter. Para tetangga yang lewat dan tidak sengaja melihat bisa saja berasumsi lain kemudian

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-25
  • Selir Hati Tuan Muda   Kamu Wajib Datang

    Gendis terdiam sekian lama mendengar permintaan Dexter yang begitu sulit baginya. Ia tidak dapat memberi jawaban. Di satu sisi Gendis ingin sekali tinggal bersama Dexter di rumah lelaki itu. Ia bisa dekat dengan Bobby dan mengurusnya setiap hari. Ia juga bisa memeluk anak itu kapan pun diinginkan. Akan tetapi, jangan lupakan ada Catherine di rumah itu. Gendis tidak bisa tinggal di sana. "Ndis ...," tegur Dexter lantaran perempuan itu membungkam mulutnya."Maaf, Dex, aku nggak bisa.""Kenapa?"Gendis menggelengkan kepalanya tanpa kata-kata."Jawab aku, Ndis. Apa kamu nggak mau kita tinggal bersama? Apa kamu nggak mau dekat dengan anak kita setiap hari?""Bukan aku nggak mau," tepis Gendis."Jadi kenapa? Kasih tahu aku alasannya."Gendis menundukkan kepalanya dalam-dalam. Tidak sanggup membalas tatapan Dexter yang meminta kejujuran darinya."Ndis ..." Lelaki itu memanggil tapi Gendis tetap tidak bersuara. "Jawab aku, Ndis. Apa yang bikin kamu khawatir?"Dan Gendis masih seperti tadi, m

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-26
  • Selir Hati Tuan Muda   Kehilangan Ambisi

    Rumah megah dengan arsitektur klasik modern itu tampak begitu ramai hari ini. Berbagai kendaraan tampak berbaris hingga tumpah ruah ke jalan. Deretan papan bunga juga berjajar rapi hingga bermeter-meter dari rumah tersebut. Isi papan bunga itu adalah ucapan selamat atas kelahiran putra pertama Dexter dengan Catherine.Acara tersebut diselenggarakan secara besar-besaran sesuai dengan keinginan Catherine. Perempuan itu juga yang mengatur segala sesuatunya. Ia mengundang banyak orang. Mulai dari teman-teman sosialitanya, rekan bisnis Dexter, hingga awak media. Maklum saja, nanti ada pembagian santunan kepada anak-anak panti asuhan. Catherine yang haus validasi tentu tidak akan melewatkan momen itu. Orang-orang harus tahu bahwa selain cantik dan kaya-raya ia juga dermawan.Para tetamu sudah banyak yang berdatangan termasuk keluarga Dexter. Saat ini Bobby sedang berada dalam gendongan Martha. Ada Rosa dan anak-anaknya juga di sana. Andrew dan Kelly asyik bercengkrama dengan bayi berpipi ch

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-26
  • Selir Hati Tuan Muda   Nekat

    Hari ini perayaan syukuran satu bulanan Bobby diselenggarakan. Gendis melihat Bondan dan Dona bersiap-siap untuk menghadirinya.Gendis sangat ingin sekali melihat anaknya itu. Apalagi Dexter juga mengundangnya. Hanya saja Gendis masih menggunakan akal sehatnya. Ia tidak mungkin datang ke acara tersebut dan menunjukkan diri di sana. Orang-orang memang tidak mengenalnya. Tapi Catherine, Rosa, serta yang lain bisa saja menemukannya di antara keramaian. Gendis tidak ingin merusak suasana. Sebesar apa pun keinginannya untuk menyaksikan putranya namun ia harus mampu menahan diri."Gendis!"Gendis yang sedang mencuci piring hampir saja menjatuhkan piring di tangannya ketika mendengar suara lantang yang menyerukan namanya.Perempuan itu menoleh ke belakang dan mendapati Dona sedang berdiri di sana. Perempuan itu tampak cantik dengan dress batiknya, hanya saja terkesan tua karena lipstik coklat yang ia gunakan."Iya, Bu," jawab Gendis sopan."Saya dan suami saya mau pergi. Kamu jangan ke mana

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-27
  • Selir Hati Tuan Muda   Isyarat Dari Dexter

    Perjalanan ke rumah Dexter bagi Gendis adalah sebuah penyiksaan. Bagaimana tidak? Doni yang duduk di jok belakang dengannya selalu mengganggu Gendis dengan menarik-narik bajunya atau pun rambutnya yang membuat perempuan itu merasa risih dan juga jengkel. Namun apa daya,bisa tidak berdaya."Jangan ya, Sayang, rambut Mbak sakit kalau ditarik terus," larang Gendis kemudian mengikat rambutnya yang tadi tergerai tinggi-tinggi. Alih-alih akan berhenti anak itu malah menarik lagi rambut Gendis dengan lebih kuat hingga Gendis kesakitan dan rambutnya kembali tergerai."Aduh, sakit! Lepasin rambut Mbak, Doni!" Gendis mengaduh karena anak nakal itu tidak melepaskan tarikannya dari kumparan rambut Gendis.Anak berbadan gendut itu tertawa. Sedangkan Dona acuh tak acuh. Perempuan itu tetap fokus memainkan ponsel yang ada di genggamannya. Hanya Bondan yang melirik melalui spion tengah kemudian menegur anaknya."Doni, jangan nakal. Jangan ganggu Mbak Gendis."Doni melepaskan cengkramannya dari rambut

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-28
  • Selir Hati Tuan Muda   Rencana Membawa Bobby Kabur

    Gendis tidak tahu bagaimana mungkin di antara sekian banyak orang Dexter masih mengenalinya. Padahal ia sudah menutupi wajahnya dengan rambut.Dexter berjalan bukan ke arah rumah, tapi melintasi para tamu.Gendis terpukau melihat Bobby berada dalam gendongan Dexter. Dexter sangat bahagia yang terlukis dengan jelas di wajahnya. Dexter berbicara dengan orang-orang yang menyapanya dan memberikan ucapan selamat sambil sesekali mencuri cium pipi Bobby yang sudah diam penuh kasih sayang. Perasaan haru seketika menyelimuti Gendis melihat interaksi ayah dan anak itu. Titik air mata dan senyum di bibirnya hadir di detik yang sama. Gendis merasa sangat bahagia walau hanya bisa menyaksikan semuanya dari jauh. Ia tidak mungkin mendekat dan menampakkan diri di hadapan mereka walaupun Dexter memberi isyarat padanya.Di depan sana Catherine masih bercerita. Bahwa saat ia hamil dan ngidam, Dexter rela melakukan apa pun untuknya. Termasuk ketika tengah malam Catherine menginginkan lobster roll. Dexter

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-28

Bab terbaru

  • Selir Hati Tuan Muda   Happily Ever After

    "Mama, nun, Ma ..." Tangan kecil yang menggapai-gapai serta suara cadel yang memanggilnya memaksa Gendis membuka kedua matanya. Perempuan itu terjaga dari tidurnya dan mendapati putra kecil kesayanganya sedang berada di tengah-tengah di antara dirinya dan Dexter. Menyadari dirinya terbangun bersamaa Dexter di sisinya membuat seulas senyum tipis terukir manis di bibir Gendis.Sudah sejak dua belas bulan yang lalu situasi ini terjadi. Lebih tepatnya sejak dirinya menikah dengan Dexter."Pagi, Sayang, anak Mama udah bangun?""Dah, Ma.""Sini cium Mama dulu."Bobby menghambur menciumi pipi Gendis dengan penuh semangat yang membuat Gendis tertawa. Biasanya Gendis akan meletakkan Bobby di atas perutnya. Hanya saja hal itu tidak bisa lagi dilakukannya karena perutnya yang tinggi menyamai dada. Saat ini Gendis sedang mengandung. Tidak butuh waktu lama bagi Dexter membuatnya berbadan dua. Beberapa bulan pasca menikah Gendis dinyatakan positif hamil. Dan hal itu membuat seluruh keluarga berbaha

  • Selir Hati Tuan Muda   Kembali Padamu

    Gendis menegakkan duduknya. Seluruh indera perempuan itu terjaga waspada menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya.Perlahan kelopak mata Dexter terbuka. Pertama-tama yang dirasakannya adalah penglihatannya yang terasa kabur. Namun lama kelamaan semua yang berada di ruang pandangnya mulai terlihat dengan jelas, termasuk presensi Gendis dan juga Bobby."Ndis ...," panggil lelaki itu lirih dengan keadaannya yang masih lemah."Dex, ini aku. Kamu sudah sadar?"Dexter tak seketika menjawab. Pria itu berupaya mengumpulkan serpihan ingatan. Namun semakin kuat ia mengingat, kepalanya terasa bertambah sakit. Bukan. Dexter tidak mengalami amnesia. Buktinya ia ingat siapa Gendis dan siapa Bobby. "Apa yang terjadi, Ndis?" tanyanya masih selesu tadi."Bu Catherine menusuk kamu dengan pisau. Lukamu sangat dalam dan harus dioperasi. Sejak pertama kejadian itu kamu nggak sadarkan diri. Ini adalah hari ketiga kamu di rumah sakit."Dexter termangu mendengar cerita Gendis. Lamat-lamat ingatannya akan

  • Selir Hati Tuan Muda   Bertiga Bersama

    Gendis keluar dari ruang rawat Dexter. Ia bermaksud pergi dari rumah sakit itu. Ia tidak mau terlibat dengan apa pun yang berhubungan dengan Dexter lagi. Hubungannya dengan Dexter sudah lama berakhir. Bagi Gendis lebih baik mereka menjalani hidup sendiri-sendiri seperti saat ini."Gendis!" Suara Martha menahan langkahnya, membuat Gendis menoleh ke belakang. Ia langsung menemukan Martha yang berjalan mendekat ke arahnya."Kamu mau ke mana?" tanya perempuan itu."Saya mau pulang, Bu.""Pulang?" Martha mengerutkan dahi. "Kamu nggak mau menunggu sampai Dexter sadar?""Maaf, Bu, saya nggak bisa," jawab Gendis memberi penolakan."Tapi Dexter butuh kamu. Kehadiran kamu sangat berarti buat dia."Gendis menahan senyum getir agar tidak terlihat. Jadi ceritanya sekarang dirinya sudah dianggap?"Oh iya, Rosa sudah cerita semua sama saya. Saya salut dan kagum sama kamu, Gendis. Kamu perempuan hebat dan luar biasa.""Terima kasih, Bu," jawab Gendis sekenanya. "Maaf, saya harus pulang. Ada hal lain

  • Selir Hati Tuan Muda   Membesuk Dexter

    Acara Junior Chef dengan cepat melejit dan terkenal di kalangan pemirsa Citra Televisi. Bukan hanya karena pesertanya anak-anak yang lucu dengan segala tingkah mereka yang beragam, namun juga karena adanya Gendis, juri yang cantik, masih muda dan energik. Otomatis Gendis menjadi idola baru bagi pemirsa Citra Televisi. Perlahan tapi pasti nama Gendis merambat naik dan mulai dikenal orang-orang. Beberapa orang yang mengenalnya ada yang meminta tanda tangan atau foto bersama saat bertemu dengan Gendis di luar, membuat Gendis merasa takjub pada pencapaiannya saat ini.Gendis baru saja keluar dari bangunan Citra Televisi ketika lagi-lagi ia bertemu dengan Rosa."Bu Rosa ..."Tiada senyum di bibir Rosa ketika Gendis menyapanya. Perempuan itu terlihat tegang yang membuat Gendis ikut kaku."Gendis, ikut dengan saya sekarang," kata Rosa tanpa basa-basi atau salam pembuka."Ke mana, Bu?""Ke rumah sakit.""Ke rumah sakit?" Gendi

  • Selir Hati Tuan Muda   Salah Sasaran

    "Ma-mami ... Sejak kapan Mami di sini?" tanya Rosa gelagapan."Memangnya kenapa? Kalian takut Mami mendengar semuanya?""Mami jangan salah paham dulu!" ujar Catherine ketakutan sambil berusaha memegang tangan mertuanya itu namun dengan cepat Martha menepisnya."Tadi Mami dengar katanya kamu mau membunuh Rosa. Itu betul?""Itu nggak benar, Mi. Itu hanya bercanda," sangkal Catherine dengan raut ketakutan. Semua image baik yang dibangunnya selama bertahun-tahun runtuh dalam sekejap."Ngeri sekali bercandamu, Cat. Bercandanya saja main bunuh-bunuhan, gimana aslinya?" Martha menggeleng-gelengkan kepala tidak habis pikir pada kelakuan menantunya."Itulah salahnya Mami. Selalu saja suka menguping pembicaraan orang. Apa salahnya Mami tanya aku baik-baik?" Martha menatap Catherine lebih lekat mendengar perkataan Catherine yang terkesan sedang melawannya."Jadi kamu melawan Mami? Berani kamu sekarang?""Dari dulu aku memang berani, Mi. Aku nggak pernah takut pada siapa pun. Bahkan kalau aku ma

  • Selir Hati Tuan Muda   Terbongkarnya Rahasia Catherine

    "Bagaimana cara agar perut terlihat besar seperti orang hamil?"Rosa mengetikkan sepotong kalimat tersebut di search engine ponsel pintarnya.Di detik selanjutnya mulut perempuan itu ternganga ketika melihat jawaban yang keluar."Perut bisa terlihat besar dengan memakai perut silikon palsu."Tidak hanya itu saja, di mesin pencari tersebut juga tersedia link yang menghubungkan ke berbagai market place yang menjual perut palsu tersebut.Rosa menelusurinya sati demi satu. Terbukti jika perut-perut silikon tersebut sering digunakan orang-orang untuk berpura-pura hamil dan lebih seringnya digunakan dalam film atau sinetron-sinetron.'Apa mungkin Catherine menggunakan perut seperti ini untuk mengelabui orang-orang?' Rosa tidak henti bertanya di dalam hatinya. Rosa bertekad untuk membuka kebusukan Catherine. Namun bagaimana cara membuktikannya? Apalagi perempuan itu begitu licik.Belum putus asa, Rosa kembali mengunjungi toko-toko yang menjual perut palsu tersebut. Ia membaca satu demi satu

  • Selir Hati Tuan Muda   Memecahkan Teka-Teki

    Sudah sejak lama Rosa menaruh curiga pada Catherine. Gerak-gerik perempuan itu terlihat begitu mencurigakan. Terlepas dari persaingan mereka untuk menjadi pewaris harta sang mertua, secara pribadi Rosa tidak menyukai Catherine. Kecurigaan Rosa semakin menjadi ketika tahu wajah Bobby tidak mirip dengan Dexter apalagi Catherine. Malah dari hari ke hari anak itu semakin menunjukkan kesamaan fisik dengan Gendis. Hanya saja Rosa tidak punya bukti yang kuat selain perselingkuhan Dexter dan Gendis."Mami, lihat! Kakak itu jago banget masaknya. Kuenya bagus, Mi. Pasti enak," seru Kelly yang sejak tadi menikmati tayangan di televisi.Renungan Rosa terhenti. Dialihkannya tatapan ke arah televisi. Di sana sedang ditayangkan acara Junior Chef. Ajang kompetisi memasak anak-anak berumur sepuluh sampai tiga belas tahun."Kelly mau ikut acara itu juga, Mi.""Tapi Kelly masih kecil, Sayang. Umur kamu belum cukup. Nanti ya kalau udah sebesar kakak itu.""Masih lama ya, Mi?" Kelly tampak kecewa."Dua at

  • Selir Hati Tuan Muda   Kecurigaan Rosa

    "Selamat datang kembali di Indonesia, Ndis." Perempuan muda berambut sepunggung itu menggumam pelan ketika kakinya menapak di bumi seturunnya ia dari pesawat. Dengan tekadnya yang bulat Gendis memutuskan kembali ke Indonesia walau Laura menghalangi dengan bujukan menggoda.Selepas dari bandara Gendis menuju sebuah hotel untuk istirahat karena ia tidak punya tempat berteduh.Sambil membaringkan tubuhnya, ingatan masa lalu menyapa benak Gendis. Dulu saat dirinya diusir Catherine ia tidak punya tempat tinggal sama sekali bahkan ia pernah menjadi pemulung yang tidur di antara gunungan sampah.Lihatlah sekarang, Gendis bisa memilih ingin tidur di mana pun yang ia suka. Gendis sangat mensyukuri kehidupannya saat ini yang serba berkecukupan. Uang apresiasi sebagai best student sangat cukup untuk kehidupannya sendiri selama beberapa tahun ke depan.Setelah bangun tidur siang Gendis menghubungi Maya untuk memberi kabar bahwa ia sudah kembali berada di Indonesia.Cukup lama menunggu barulah May

  • Selir Hati Tuan Muda   Pulang Ke Indonesia

    Summer telah lama berlalu. Disusul oleh Autumn dan winter yang super dingin. Lalu saat ini Paris sedang berada di musim semi. Musim yang menyenangkan bagi para penduduknya.Pada musim semi orang-orang semakin banyak berkeliaran di jalan, menikmati suasana kota yang menyenangkan. Tak terkecuali dengan Gendis.Hari itu Gendis sedang duduk di taman berdua dengan Laura. Mereka baru saja pulang makan. France onion soup yang lezat membuat mereka kekenyangan."Apa rencanamu berikutnya, Ndis?" tanya Laura.Tanpa terasa sudah sembilan bulan Gendis di Paris. Minggu depan adalah jadwal kepulangannya ke Indonesia."Yang pasti melanjutkan hidup sih." "Kamu tidak punya rencana untuk membuka toko kue atau usaha kuliner lain?"Gendis menggaruk hidungnya. Uang saku yang diberi pihak Modeta tidak pernah ia pakai. Biaya tempat tinggal dan makan juga sudah ditanggung oleh pihak Modeta. Paling Gendis hanya belanja sedikit-sedikit sehingga uang sakunya masih banyak bersisa. Namun untuk membuka usaha, Gen

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status