Happy reading."Abang tidur, cuman pas Papa nggak ada bangun dan mencari papa! Papa berada di kamar sebelah sama tante Lulu!" Anak itu begitu polos.Sekar menata putranya dengan sangat lekat. Perasaan yang sesak berusaha ia sembunyikan, walaupun pikirannya mulai traveling dengan yang mereka lakukan semalam! namun bikin kecewa kenapa dan kenapa Ridho harus menjadi saksi kenakalan papanya bersama wanita lain."Ya sudah ya, Sayang ... nanti kesiangan. Jangan nakal ya belajarnya yang rajin! nanti mbak Sita yang jemput!" Sekar membelai kepala Ridho sembari mengedarkan pandangan keluar, dimana terlihat anak-anak sudah mulai masuk kelas."Baiklah Mah, Abang sekolah dulu ya!" anak itu mencium tangan Sekar penuh hormat. "Mama hati-hati ya! Dah ....""Iya Sayang, jangan lupa ya yang rajin yang pintar!" Sekar melambaikan tangan dan menatap putranya yang memasuki kelas, setelah memastikan putranya sudah berada di dalam kelas, Sekar berniat melajukan mobilnya. Namun tiba-tiba matanya memanas dan s
Happy reading.Saking kuatnya, Sekar mendorong dada Sanjaya. Sehingga tubuhnya terjerembab ke belakan dan kepalanya mengenai jendela. Sanjaya nyengir memegangi kepalanya bagian belakang.Membuat Sekar kaget dan gugup! takut Sanjaya kenapa-napa. "Maaf, kamu nggak kenapa-napa kan?" Tatapannya cemas sembari membuka sabuk pengaman, meringsut mendekat.Sanjaya hanya menggeleng seraya masih memegangi kepalanya yang terasa sakit. Tangan Sekar menyentuh dan menulusuri kepala Sanjaya, dia sangat khawatir kalau Sanjaya sampai kenapa-napa."Maaf, maaf aku nggak sengaja!" Sekar kembali meminta maaf dengan tangan masih memegang kepala Sanjaya.Sanjaya menatap Sekar, yang berada di jarak dekat dengannya. Bikin dada berdegup sangat kencang, suara nafas pun bersahutan di antara keduanya.Tangan Sanjaya tampak bergerak membingkai wajah Sekar yang tampak gugup dan tegang, sorot matanya mengarah pada sanjaya dengan raut wajahnya sangat gelisah.Jemari Sanjaya bergerak mengelus lembut pipi Sekar. Sesaat
Happy reading.Sanjaya beranjak dari duduknya dan berjalan ke arah depan untuk melihat siapa yang datang. Ternyata itu mobil kedua orang tuanya Sanjaya yang datang.Dan mereka sudah turun dari mobil berjalan menuju ambang pintu yang kemudian Sanjaya pun langsung membukanya. "Assalamualaikum, kok nggak bilang-bilang mau datang, mana hujan lagi!""Waalaikumsalam ... kami kangen sama kamu, tadinya mau besok ke sini tapi kan besok kami harus pergi ke luar negeri juga jadi malam-malam datang ke sini!" Kata Mama sambil meluk putranya."Itu mobil siapa? yang di depan!" tanya sang ayah setelah berpelukan dengan putra kedua mereka."Oh ... itu, Yah mobilnya Sekar, Mah. Pah, Pasti kalian masih ingat kan temen saya dulu dan tadi dia menjemput saya ke Bandara!" Jawabnya Sanjaya sembari mengajak kedua orang tuanya untuk masuk. Sekar segera menyudahi makannya dan lekas menghampiri kedua orang tua Sanjaya, setelah sebelumnya dia mencuci tangan hingga bersih.Melihat Sekar keluar dari ruang makan. I
Happy reading.Keduanya terdiam. Menikmati angin malam dan derasnya air hujan yang jatuh begitu keras menimpa pada badan mobil. Sekar memeluk dirinya sambil bersandar, sesekali memandangi wajah Sanjaya yang tampak fokus menyetir. Sekar segera memalingkan wajahnya saat Sanjaya menoleh padanya."Kenapa, aku tampan ya? kenapa baru nyadar sekarang! bukankah kita sudah lama kenal!" Sanjaya mesem lalu kembali mengarahkan pandangan ke depan. Kaca depan kadang buram terkena air hujan dan kadang jernih di sapu oleh wiper yang bekerja dengan sempurna.Sekar tidak menjawab. Hanya melirik sebelah mata saja, dan di pikirannya terngiang obrolan orang tua Sanjaya tadi. Hingga dadanya merasai sakit dan matanya mulai menghangat, pandangan berkaca-kaca yang ia usahakan agar air mata itu tidak sampai terjatuh apalagi terlihat oleh Sanjaya.Sanjaya menoleh pada Sekar yang melihat ke samping jendela yang hanya diam membisu, tanpa kata yang terucap dan dia tampak anteng melamun.Tiba-tiba Sanjaya tertawa t
Happy reading."Woy, baju ku mana?" bentak Zulfan mengagetkan Fitri yang sedang tertidur dengan sisa sesenggukan.Fitri terbangun dan duduk, menoleh pada Zulfan yang hanya menggunakan handuk saja melilit di pinggang dan bertelanjang dada uang sedikit berbulu. Dalam setengah sadar Fitri kurang mendengar apa yang dikatakan oleh Zulfan."Apa Mas? kamu bilang apa!" tanya Fitri sambil memicingkan matanya yang tampak sembab."Ck, bajuku mana? bukannya disiapkan, malah molor! emangnya seharian kamu kerja apaan? Bukannya seharian tidak kerja!" bentak Zulfan kembali."Mas, aku nggak kerja itu ... sebab gak enak badan, di rumah juga banyak kerjaan! mencuci, beres-beres rumah. Cucian sangat numpuk, nyetrika. Boro-boro Aku istirahat!" sambil perlahan turun dari tempat tidur."Alah ... jangan banyak alasan! buruan siapkan semua bajuku dan aku akan pergi!" hardik Zulfan dengan sorot mata yang melotot kepada Fitri. "Lelet!""Kamu ini kenapa sih, Mas ... galak begitu, kasar sama aku?" Protes Fitri sam
Happy reading.Sekar terbatuk-batuk. Ohok-ohok, ohok-ohok. Sekar mengeluarkan sesuatu dari mulutnya. "Ohok, apa ini?" Sekar menatap heran pada benda kecil melingkar bulat di tangannya dan Sanjaya hanya diam dan tersenyum."Kau ingin mencelakai ku ya?" Sekar menatap curiga pada Sanjaya. Sanjaya tetap terdiam lalu mengalihkan pandangannya ke lain arah.Benda kecil itu sebuah cincin permata biru langit. "Masyaallah ... indah sekali?" Sekar melihat ke arah pria yang duduk berada di hadapannya itu. "Maksudnya apa nih?"Sanjaya berdehem. "Ehem. Kamu suka? saat ini ... aku melamar mu, maukah kamu menjadi istri ku? menjadi ibu dari anak-anak ku?" ucapan Sanjaya begitu serius dan menyentuh hati.Sekar terharu dan merasa tersanjung. Akan tetapi dalam hati yang paling kecil dia merasa was-was. Dengan orang tua Sanjaya yang meragukan yang tepatnya akan tidak setuju bila putranya menjalin hubungan yang serius dengan wanita yang merupakan seorang janda.Bibir wanita itu terkunci dan membungkam samb
Happy reading.Sekar begitu panik ketika melihat Sanjaya meringis kesakitan hingga mengadu sambil memegangi kepalanya. "Kamu kenapa San? Kamu sakit apa?" panik.Sanjaya tidak menjawab dia tampak sangat kesakitan dan terus-terusan memegang kepalanya sambil terpejam.Sekar semakin mendekat dan ikut memegangi kepala Sanjaya lalu menoleh pada Sita. "Sita, tolong ambilkan air minum ya dan obat di kotak!"Sesaat kemudian Sita kembali dengan membawa segelas air putih. Lalu Sekar meminumkan pada Sanjaya, namun ketika mau dikasih obat Sanjaya menolak dengan alasan dia ada obat di mobil."Tolong ambilkan tasku di mobil dan di situ ada obat!" Suara Sanjaya begitu berat.Sita hendak pergi untuk menampilkan tas yang dipinta oleh Sanjaya, namun Sekar memintanya untuk menjaga anak-anak saja."Biar aku saja yang ngambil, mana kuncinya?" Sekar tampak cemas dan Minta kunci dari Sanjaya yang kini tiduran di atas sofa. Karena beberapa saat Sanjaya tidak juga memberikan kuncinya, Sekar pun berinisiatif me
Sekar merasa heran. Saat terbangun dari tidurnya yang berada di atas tempat tidur. Sementara semalam ia ingat betul kalau dia tidur di sofa nemenin Sanjaya yang berbaring di sofa.Sekar gegas turun dan mencari Sanjaya yang ternyata sudah tidak ada di tempat, dan tidak ada bekasnya sekalipun. Melihat ke depan pun mobilnya sudah hilang, Sekar terdiam! bengong. Kapan dia pulangnya?"Sita ... apa kamu melihat pak Sanjaya pulang? kapan?" tanya Sekar menoleh pada Sita yang memegangi sapu dan pel."Hmm ... kurang tahu, Bu! soalnya tadi jam 04.00 saya keluar pun sudah tidak ada Pak Sanjaya, mobilnya juga sudah tidak berada di tempat!" jawabnya Sita."Oke," Sekar termangu lalu gegas kembali mendatangi kamarnya. Dia harus tanyakan Sanjaya berada di mana sekarang. Apa benar dia pulang? terus kenapa nggak bilang-bilang."Kamu di mana, San?" kirim centang dua.Sekar menunggu jawaban hingga beberapa saat, namun tidak juga ada balasan dan pesannya masih centang dua."San, balas dong. Aku cemas, di m
"Ada apa, Bi?" Sekar menatap heran."Itu, Mbak Lulu datang dengan wajah bonyok." Kata bibi dengan suara tergesa-gesa."Apa?" Sekar langsung melonjak naik setengah berlari ke depan.Sekar menatap sang adik yang memang benar yang dikatakan oleh bibi. Kalau Lulu mukanya bonyok. “Kamu kenapa, Lu?” langsung menegur dan mendekat. Lulu berhambur ke dalam pelukan Sekar dan menangis tersedu dalam pelukan sang kakak. Tangis Lulu terdengar begitu pilu. Membuat hati Sekar Terenyuh dan sedih melihat kondisi sang adik dengan perasaan yang bertanya-tanya. “Kak. Aku mau bercerai dengan mas Zulfan. Di sudah selingkuhi aku dengan baby sitter ku.” Kata-kata itu membuat Sekar terkesiap dan setengah tidak percaya. Kok Zulfan dengan tega melakukan hal yang sama dan parahnya lagi tega main tangan segala, sehingga wajah Lulu bonyok. Sekar mengusap punggung Lulu dengan lembut. “Bercerita Lah pada ku. Ada apa yang sebenarnya.” Kemudian, Lulu menceritakan semua pada Sekar yang sebenarnya terjadi, kalau Zul
Sekitar pukul sepuluh malam. Cece baru pulang dengan langkah yang sedikit mengendap. Kepala celingukan. Lulu yang masih berada di ruag Tengah karena menunggu suaminya yang belum pulang, bahkan nomornya pun tidak aktif. Membuat Lulu merasa khawatir dan cemas. “Dari mana kamu? Bukannya saya sudah bilang cukup satu jam saja keluarnya? Maksimal sebelum pukul sepuluh sudah pulang. ini pukul berapa nih? sepuluh lewat.” Lulu merepet dan menuding ke arah jarum jam. Cece menunduk dalam. Dan juga merasa gugup khawatir ketahuan, akan tetapi Zulfan belum pulang dan dia masih menunggu Cece masuk dulu. “Maaf, Bu … saya kebablasan,” ucapnya. “Lain kali … harus tepat waktu. Sebab kalau ada apa-apa. Saya yang akan kena, sebab kamu tinggal di sini.” Jelas Lulu disertai tatapan yang tajam menelisik ke arah Cece yang menunduk. Tetpi dengan ketajaman mata Lulu. Bisa mendapatkan sebuah kejanggalan dari Indera penglihatannya tersebut. “I-iya, Bu! Saya janji … lain kali akan tepat waktu.” Dengan masih me
"Memang benar. Mereka akan semakin tumbuh dewasa dan mengerti, aku hanya khawatir saja." tambah Arka. Setelah beberapa saat, Arka bangun dan tanpa bicara membawa sang istri di gendongnya. Sekar terkesiap dan langsung merangkul pundak Arka takut jatuh. Arka membawanya ke kamar mandi. Untuk mandi bersama, akan tetapi sebelum membersihkan diri Arka malah melanjutkan pergulatan nya berakhir beberapa waktu lalu. Di dalam bathub pun jadi, mereka bermain cantik.Setelah 30 puluh menit kemudian, mereka pun menyudahi dan gegas membersihkan diri di bawah shower yang hangat.Kini mereka sudah berada di dalam mobil yang melaju dengan kecepatan sedang menuju rumah Sekar. Di Tengah perjalanan mereka mampir di sebuah restoran. Untuk makan malam terlebih dulu, perut terasa sangat lapar apalagi tenaganya sudah terkuras habis dengan permainan tadi.“Aku akan membuat syukuran untuk mendoakan kehamilan ku ini. Apa kau setuju?” Sekar menatap suaminya yang sedang meni
Setelah beberapa saat berada di panti asuhan, pasangan suami istri yang tengah dilanda kebahagiaan menyambut kehamilannya itu pun berpamitan pada penjaga pantai asuhan."Oke, kalau begitu kami pamit dulu!Pak, Bu ... lain kali kami akan datang lagi dan jangan lupa kalau ada keperluan, langsung telepon saja. Insya Allah akan dengan senang hati membantu!" ucap Sekar yang ditambahi oleh sang suami."Insya Allah, kami akan membantu dengan cepat jika memang di panti ini memerlukan suatu ataupun bantuan, kalian bisa datang ke rumah ataupun ke kantor itu sama aja!" Arka mengulurkan tangannya pada pengurus panti asuhan."Iya, kami tidak akan ragu-ragu untuk meminta bantuan jika kami sedang memerlukan, tapi untuk sekarang ini anak-anak sedang membutuhkannya, dan kami mengucapkan sangat banyak-banyak terima kasih! atas semua yang sudah diberikan dan juga tawarannya!" balas seorang lelaki paruh baya."Oke, kalau begitu kami pergi dulu dan mohon doanya untuk kebaikan keluarga kecil kami! Assalamu'
"Aku akan siap sedia menemani istri ku ke bidan dan periksakan kehamilan," ucap Arka dengan nada yang bersungguh-sungguh sebagia suami yang harus bertanggung jawab."Iya, aku tahu kau tidak akan membiarkan ku sendirian. Makasih ya untuk semuanya!" Sekar memeluk mesra suaminya.Kini Sekar sudah berada di kantor menghadapi segudang pekerjaannya yang seharian kemarin terbengkalai begitu saja."Selamat pagi Sekar, saya dengar kemarin kamu tidak masuk kerja?" Tiba-tiba suara itu berada di ruangan Sekar, membuat wanita itu terkesiap."Oh selamat pagi Pak!" Sekar langsung berdiri dan membungkuk hormat kepada pria yang menjadi bosnya itu."Selamat pagi juga! Gimana kabar kamu? Saya dengar kemarin tidak masuk, sakit atau gimana? soalnya tanpa konfirmasi sama saya!" ucap pria yang bernama Alex lantas duduk di kursi yang ada di hadapan meja kerja Sekar."Oh iya, maaf Pak. Saya lupa untuk ngasih konfirmasi bahwa kemarin saya tidak masuk kerja!" Sekar menundukkan kepalanya dengan masih di posisi b
Pagi-pagi Sekar dah deg-degan bagai menunggu sesuatu yang teramat menebarkan. Mondar-mandir di kamar mandi, menanti hasil dari tes peck yang dia gunakan untuk tes kehamilan.Sekar terus mondar-mandir sambil melipat tangannya di dada sesekali mengigit kuku nya. Sambil mengarahkan pandangannya pada wadah kecil yang ada tes peck nya."Ya Allah ... mudah-mudahan ada kabar baik. Semoga aja aku benar hamil!" sesaat wajah Sekar mendongak ke langit-langit.Pada waktu yang diperkirakan sudah tepat, tangan Sekar perlahan mengambil benda kecil tersebut dan mengeceknya, seakan-akan pandangan mata pun tidak ingin berkedip biar jelas sejelas-jelasnya dapat melihat hasil dari usahanya."Bismillah ..." Dalam hati ia berucap. Dan ternyata hasilnya garis 2. Membuat Sekar seakan-akan ingin berjingkrak dan mengucap syukur. Sebab garis 2 itu diyakini kalau memang tanda kehamilan.Lalu Sekar keluar dari kamar mandi dengan sangat tergesa-gesa dan mendatangi suaminya yang sedang nge-gym di ruangannya. Dengan
Sekar terdiam mengingat yang dikatakan oleh suaminya barusan. Teringat dia memang sudah telat 1 minggu, tapi dia pikir ah cuma satu minggu ini. Nggak mungkin juga dia hamil."Kenapa kok diam, sudah telat kan?" Arka kembali bertanya dan penasaran karena istrinya malah diam."Nggak tau juga, perasaan memang telat seminggu! tapi apa mungkin aku hamil?" Sekar menatap sang suami dengan datar."Lho ... mana ku tahu, kan aku belum pernah hamil? Sayang 'kan sudah dua kali hamil masa nggak ngeh. Gitu!" Arka mengusap bahu sang istri dengan lembut."Apa Iya ya, kan?" Sekar bertanya pada dirinya sendiri sembari bengong. Apa mungkin dia sedang mengidam. Apalagi akhir-akhir ini kepala terasa sering pusing sedikit mual juga dan pengennya banyak rebahan, bekerja pun kurang bersemangat."Gimana kalau kita ke bidan aja ya? periksakan biar jelas!" Ajak Arka dengan sangat penasaran dan kalau memang iya, berarti itu kabar yang sangat baik, membahagiakan untuknya dan keluarga."Em ... Jangan dulu deh, nant
"Aku pun ikhlas dan Ridho jika memang ditakdirkan tidak punya anak dari benih ku sendiri dan aku tidak akan pernah mau menikah lagi atau pun berpisah darimu!" ucap Arka dengan sangat serius dan menggenggam kedua tangan Sekar.Bibir Sekar tampak tersenyum getir. Lalu kembali memeluk Arka dengan sangat erat.*****Suatu saat Sekar merasa kurang fit dan bermalas-malasan di rumah. Dan kini dia sedang menemani anak-anak berenang. Setelah dari pagi kerjaan cuma baringan saja."Mama, ayo ke sini berenangnya. Jangan di pinggir malu." Teriak Shasa sambil berenang ke tengah."Hooh. Cemen ... berenangnya di situ Mulu ach. Sini dong yang jauh seperti aku sama kalau dengan papa Arka." Tambah Ridho seraya mencipratkan air ke arah mamanya."Ahc, Mama 'kan cuma nemenin kalian saja. Jadi tak apa lah di pinggir juga kalian yang ke tengahnya tapi jangan sampai ke tempat yang lebih dalam ya takut!" Jawab Sekar sambil naik dan duduk di tepi kolam renang."Aku kemarin renang sama papa Zul, ke tempat yang d
Selamat membaca.Zulfan berlari mendatangi sumber suara yang begitu riuh dan mengagetkan sambil menggendong putranya. Dan ternyata sambil memangku Putri kecilnya, barang yang ada di hadapannya dilempar sehingga di ruangan tersebut seperti tak ubahnya kapal pecah. Lulu berteriak-teriak seiring suara tangisan putrinya.Zulfan langsung memberikan putranya kepada bibi dan dia mendatangi Lulu yang tampak stres. Lantas mengambil putri kecilnya takut kenapa-napa, suasana di sana tidak karuan dengan apa yang harus didengar, teriakan Lulu dan tangisan anak-anak sungguh mengacaukan pendengaran."Bi, tolong bawa anak-anak jauh dari sini. Biar saya mengurus mamanya!" Pinta Zulfan sembari memberikan putri kecilnya kepada Bibi agar membawa balita itu menjauh dari ruangan tersebut.Lantas jawaban kembali mendekati sang istri yang sedang meraung menangis, melemparkan pas foto, vas bunga. "Kamu apa-apaan sih? ini bisa bahaya!" langsung Zulfan merangkul bahu Lulu dan membawanya jauh dari tempat itu."K