Happy reading."Sayang, jangan pergi dulu!" pinta Sanjaya sambil memegangi kedua tangan Sekar yang hendak pergi, lalu pandangannya kabur dan tidak ingat apa-apa lagi.Sekar panik, terhenyak melihat tubuh Sanjaya yang terjatuh ke lantai, dia pingsan. Sekar langsung bersimpuh mengangkat kepala Sanjaya ke dalam pangkuannya sambil terus manggil-manggil namanya."San bangun, San? Sanjaya bangun? Kamu jangan begini, kamu jangan bikin aku cemas, San bangu ..." sambil menepuk-nepuk pipinya yang tidak juga sadar.Pada akhirnya Sekar berteriak minta tolong dan berangsur beberapa staf datang lalu Sekar meminta untuk membawa Sanjaya ke rumah sakit saja karena dia cemas, sangat khawatir.Kini Sanjaya sudah ditangani oleh pihak dokter di ruangan, wajah Sekar sangat pucat. Dia panik, takut Sanjaya kenapa-napa. Terlihat jelas dari wajahnya sebuah kecemasan, Sekar terduduk di sofa sambil memandangi Sanjaya yang sedang diperiksa oleh dokter dan Di sana juga ada beberapa suster.Sekar baru ingat kalau d
Happy reading.Zulfan langsung rem mendadak seiring suara Lulu yang terdengar panik. Namun itu terlambat dengan menabraknya sebuah gerobak yang sedang berjalan. Untung saja orangnya melompat ke pinggir."Astagfirullah," Zulfan terbengong-bengong, shock dengan kejadian beberapa detik berlalu. Di luar pun riuh orang-orang mendatangi si pemilik gerobak dan mengangkat gerobaknya."Mas ... kamu dah nabrak, Mas!" gumam Lulu dengan perasaan yang deg-degan, berdebar dan badan mendadak panas dingin.Zulfan membisu seribu kata, lalu dia turun dan bagaimanapun dia harus tanggung jawab. Zulfan menghampiri dan berbincang di sana. Sementara Lulu terdiam di tempat jantungnya berdegup sangat kencang, shock dengan kejadian barusan.Gimana kalau menabrak orang, menghilangkan nyawa? Atau sesuatu yang tak dapat terduga sebelumnya. Membuat Lulu merasa was-was dan ketakutan yang teramat sangat menyelimuti angannya. Memenuhi batin dan isi kepala Lulu.
Happy reading.Hening.Suasana begitu hening, bahkan suara dentingan sendok Sanjaya pun nyaris tidak terdengar. Sekar menoleh pada Sanjaya yang kebetulan melihat pada dirinya sehingga pandangan pun bertemu."Ehem, Mah. Aku akan menikah dengan Sekar, tolong Mama restui," suara bariton itu memecah keheningan yang ada.Sekar hanya melirik dengan ujung matanya disertai perasaan yang tidak karuan, ia dapat merasakan kalau mama nya Sanjaya tidak menyukai dirinya."Apakah tidak ada pilihan lain selain wanita ini? ya, Mama tahu kalau dia cinta sejatimu dari awal kamu jatuh cinta sampai sekarang. Tapi Mama nggak suka, kenapa sih wanita ini tidak bersyukur ketika dulu kamu lamar beberapa kali malah ditolak dan menikah dengan orang yang tidak bertanggung jawab! akhirnya selingkuh dan sekarang menjadi janda punya buntut dua!" ujar mamanya tanpa menoleh pada Sekar maupun pada Sanjaya."Nah mungkin dulu kami belum jodoh, jadi mama jangan menyalahkan sekar!" ucap Sanjaya dengan cepat."Terus, sekara
Wajan, ketel. Sodet semuanya Fitri lempar ke lantai, dia benar-benar marah! kesal, jengkel dan dia pun berteriak histeris. Kadang kegaduhan itu sangat mengganggu pendengaran para tetangga yang tinggal di sekitar kontrakannya itu."Mas, aku ini istri kamu bukan boneka Dan juga bukan pembantumu. Aku istri kamu yang sepatutnya kamu perhatikan! kamu sayangi, kamu pedulikan bukan semacam ini!" Teriak Fitri sambil memukul-mukul meja kompor dengan tangannya yang terasa panas."Kamu sudah gila apa? teriak-teriak, apa kamu mau dibilang orang gila sama tetangga-tetangga!" Zulfan muncul dari pintu kamarnya berdecak pinggang, dengan pandangan mata yang melotot dengan sangat sempurna kepada Fitri. Di Rumah itu setiap hari selalu aja ada pertengkaran dengan permintaan Fitri yang ingin lebih diperhatikan.Dan pada kenyataannya Zulfan terlalu ilfil dan tidak ingin selalu berada di rumah, bawaannya nggak betah dan dia sepulang bekerja lebih asik di luar bersama Lulu ataupun nongkrong. Kalau tidak bersa
Happy reading"Aku juga sangat bahagia, maafkan aku jika tidak menjadi istri yang sempurna untukmu nantinya!" Sekar membalas disertai senyuman yang indah pada Sanjaya."Jangan bicara seperti itu sayang dan kita akan belajar lebih baik, sama-sama belajar menjadi orang yang saling melengkapi!" Sanjaya meremas jemarinya sekar yang lentik.Bibir Sanjaya terus mengembang memandangi ke arah Sekar yang kini mengenakan kebaya pengantin berwarna putih tulang, dipadukan dengan batik yang senada. Disanggul sederhana dan mengenakan bunga melati yang tersusun menjuntai. Begitu tampak sangat cantik. Dengan make up yang sesederhana mungkin, sebab Sekar tidak suka make up yang terlalu berlebihan.Begitupun Sanjaya, saat ini ia memakai setelan putih tulang juga. Di sakunya terselip setangkai bunga kecil menambah manis, memakai peci hitam menambah ketampanan. Berwibawa dan teduh, terpancar dari wajahnya.Tetapi lain lagi dengan wajah ibunda Sanjaya yang begitu ditekuk, dia tidak merasakan bahagia dengan
Selamat membaca dan semoga tidak bosan ya ....Pagi-pagi Sekar sudah terbangun dan sudah rapi juga wangi. Sanjaya mengilas senyum nya dari atas tempat tidur, dia baru saja terbangun langsung di suguhkan dengan penampilan sang istri tampak sudah segar sehingga tercium bau wanginya."Pagi sayang, sudah mandi ya, kok gao bangunkan aku dan mengajak ku mandi bareng." Suara Sanjaya terdengar parau khas orang bangun tidur."Pagi juga ... bangun, sudah subuh nih! nanti keburu siang lho ...." Sekar mendekat yang langsung di tarik oleh Sanjaya."Em ... masih kangen!" Sanjaya memeluk erat tubuh Sekar. Lalu di ciumnya berulang kali di area wajah."Eeh ... sudah-sudah. Buruan bangun! dah siang." Sekar menggelinjang bangun dan menjauh dari tubuh Sanjaya yang langsung berekspresi kecewa di wajahnya.****Zulfan terdiam di ujung lorong rumah sakit, mendengar Fitri keguguran membuat dia terbengong-bengong. Berarti dia sudah kehilangan janinnya sendiri, tapi Zulfan tidak merasa menyesal sama sekali.Zu
Selamat membaca.Zulfan bangkit dengan mata merah dan menahan rasa sakit di dadanya, dia tidak mengerti kenapa dua orang itu malah menghajarnya! kemudian dia mundur mencari tempat yang lebih leluasa dan dia pun tidak ingin merusak barang-barang yang ada di restoran nya Lulu! sehingga akhirnya Zulfan berlari keluar tentunya mengajak kedua orang itu."Saya tidak mengerti kenapa kamu menghajar saya, kita tidak pernah kenal sebelumnya. Siapa kalian?" Zulfan sembari memegangi dadanya yang berasa sangat sakit."Situ tidak perlu tahu siapa kami, yang jelas kami tidak suka sama kamu! makanya rasakan ini." Bugh, bugh. Dugh.Kedua orang itu menghajar Zulfan, memukul. Menendang membabi buta sehingga tentunya Zulfan kewalahan dan tubuhnya terkapar di lantai. Lulu yang merasa sangat terkesiap atas kejadian itu tidak langsung mengikuti keluar, dia telepon ke kepolisian setempat.Semua yang melihat pada menjeritnya histeris di saat Zulfan tidak bisa melawan. Lulu berlari bersama beberapa security da
Ketika saat asyik mengobrol dan berkumpul sama keluarga tiba-tiba Sanjaya merasakannya pusing kembali. Menyerang kepalanya yang hampir saja ia terjatuh.Sekar yang melihat Sanjaya memegang kepalanya seketika menjadi panik. "Kamu kenapa? sakit kepala lagi!" Sekar memegangi tangan Sanjaya yang memegang kepalanya."Papa, Papa kenapa Mah, Papa sakit lagi?" Ridho dan sang adik mendekat menatap heran pada sanjaya.Tanpa menunggu jawaban, sekarang mencari obat yang biasa Sanjaya konsumsi. Dengan perasaan yang bergemuruh hebat dan bertanya-tanya sebenarnya suaminya sakit apa sih? karena pernah bertanya pada dokter tapi tidak mendapatkan jawaban yang signifikan."San, minum dulu minum obatnya!" Sekar memberikan obat kepada Sanjaya dan juga minumnya.Sembari memegangi kepalanya yang terasa sakit sambil membuka mulutnya menerima asupan yang Sekar berikan."Ohc ... sakit." Desisnya sambil terus memegangi kepalanya yang sedikit dipijat-pijat."Kita ke rumah sakit ya!" Ajak Sekar dengan wajah yang
"Ada apa, Bi?" Sekar menatap heran."Itu, Mbak Lulu datang dengan wajah bonyok." Kata bibi dengan suara tergesa-gesa."Apa?" Sekar langsung melonjak naik setengah berlari ke depan.Sekar menatap sang adik yang memang benar yang dikatakan oleh bibi. Kalau Lulu mukanya bonyok. “Kamu kenapa, Lu?” langsung menegur dan mendekat. Lulu berhambur ke dalam pelukan Sekar dan menangis tersedu dalam pelukan sang kakak. Tangis Lulu terdengar begitu pilu. Membuat hati Sekar Terenyuh dan sedih melihat kondisi sang adik dengan perasaan yang bertanya-tanya. “Kak. Aku mau bercerai dengan mas Zulfan. Di sudah selingkuhi aku dengan baby sitter ku.” Kata-kata itu membuat Sekar terkesiap dan setengah tidak percaya. Kok Zulfan dengan tega melakukan hal yang sama dan parahnya lagi tega main tangan segala, sehingga wajah Lulu bonyok. Sekar mengusap punggung Lulu dengan lembut. “Bercerita Lah pada ku. Ada apa yang sebenarnya.” Kemudian, Lulu menceritakan semua pada Sekar yang sebenarnya terjadi, kalau Zul
Sekitar pukul sepuluh malam. Cece baru pulang dengan langkah yang sedikit mengendap. Kepala celingukan. Lulu yang masih berada di ruag Tengah karena menunggu suaminya yang belum pulang, bahkan nomornya pun tidak aktif. Membuat Lulu merasa khawatir dan cemas. “Dari mana kamu? Bukannya saya sudah bilang cukup satu jam saja keluarnya? Maksimal sebelum pukul sepuluh sudah pulang. ini pukul berapa nih? sepuluh lewat.” Lulu merepet dan menuding ke arah jarum jam. Cece menunduk dalam. Dan juga merasa gugup khawatir ketahuan, akan tetapi Zulfan belum pulang dan dia masih menunggu Cece masuk dulu. “Maaf, Bu … saya kebablasan,” ucapnya. “Lain kali … harus tepat waktu. Sebab kalau ada apa-apa. Saya yang akan kena, sebab kamu tinggal di sini.” Jelas Lulu disertai tatapan yang tajam menelisik ke arah Cece yang menunduk. Tetpi dengan ketajaman mata Lulu. Bisa mendapatkan sebuah kejanggalan dari Indera penglihatannya tersebut. “I-iya, Bu! Saya janji … lain kali akan tepat waktu.” Dengan masih me
"Memang benar. Mereka akan semakin tumbuh dewasa dan mengerti, aku hanya khawatir saja." tambah Arka. Setelah beberapa saat, Arka bangun dan tanpa bicara membawa sang istri di gendongnya. Sekar terkesiap dan langsung merangkul pundak Arka takut jatuh. Arka membawanya ke kamar mandi. Untuk mandi bersama, akan tetapi sebelum membersihkan diri Arka malah melanjutkan pergulatan nya berakhir beberapa waktu lalu. Di dalam bathub pun jadi, mereka bermain cantik.Setelah 30 puluh menit kemudian, mereka pun menyudahi dan gegas membersihkan diri di bawah shower yang hangat.Kini mereka sudah berada di dalam mobil yang melaju dengan kecepatan sedang menuju rumah Sekar. Di Tengah perjalanan mereka mampir di sebuah restoran. Untuk makan malam terlebih dulu, perut terasa sangat lapar apalagi tenaganya sudah terkuras habis dengan permainan tadi.“Aku akan membuat syukuran untuk mendoakan kehamilan ku ini. Apa kau setuju?” Sekar menatap suaminya yang sedang meni
Setelah beberapa saat berada di panti asuhan, pasangan suami istri yang tengah dilanda kebahagiaan menyambut kehamilannya itu pun berpamitan pada penjaga pantai asuhan."Oke, kalau begitu kami pamit dulu!Pak, Bu ... lain kali kami akan datang lagi dan jangan lupa kalau ada keperluan, langsung telepon saja. Insya Allah akan dengan senang hati membantu!" ucap Sekar yang ditambahi oleh sang suami."Insya Allah, kami akan membantu dengan cepat jika memang di panti ini memerlukan suatu ataupun bantuan, kalian bisa datang ke rumah ataupun ke kantor itu sama aja!" Arka mengulurkan tangannya pada pengurus panti asuhan."Iya, kami tidak akan ragu-ragu untuk meminta bantuan jika kami sedang memerlukan, tapi untuk sekarang ini anak-anak sedang membutuhkannya, dan kami mengucapkan sangat banyak-banyak terima kasih! atas semua yang sudah diberikan dan juga tawarannya!" balas seorang lelaki paruh baya."Oke, kalau begitu kami pergi dulu dan mohon doanya untuk kebaikan keluarga kecil kami! Assalamu'
"Aku akan siap sedia menemani istri ku ke bidan dan periksakan kehamilan," ucap Arka dengan nada yang bersungguh-sungguh sebagia suami yang harus bertanggung jawab."Iya, aku tahu kau tidak akan membiarkan ku sendirian. Makasih ya untuk semuanya!" Sekar memeluk mesra suaminya.Kini Sekar sudah berada di kantor menghadapi segudang pekerjaannya yang seharian kemarin terbengkalai begitu saja."Selamat pagi Sekar, saya dengar kemarin kamu tidak masuk kerja?" Tiba-tiba suara itu berada di ruangan Sekar, membuat wanita itu terkesiap."Oh selamat pagi Pak!" Sekar langsung berdiri dan membungkuk hormat kepada pria yang menjadi bosnya itu."Selamat pagi juga! Gimana kabar kamu? Saya dengar kemarin tidak masuk, sakit atau gimana? soalnya tanpa konfirmasi sama saya!" ucap pria yang bernama Alex lantas duduk di kursi yang ada di hadapan meja kerja Sekar."Oh iya, maaf Pak. Saya lupa untuk ngasih konfirmasi bahwa kemarin saya tidak masuk kerja!" Sekar menundukkan kepalanya dengan masih di posisi b
Pagi-pagi Sekar dah deg-degan bagai menunggu sesuatu yang teramat menebarkan. Mondar-mandir di kamar mandi, menanti hasil dari tes peck yang dia gunakan untuk tes kehamilan.Sekar terus mondar-mandir sambil melipat tangannya di dada sesekali mengigit kuku nya. Sambil mengarahkan pandangannya pada wadah kecil yang ada tes peck nya."Ya Allah ... mudah-mudahan ada kabar baik. Semoga aja aku benar hamil!" sesaat wajah Sekar mendongak ke langit-langit.Pada waktu yang diperkirakan sudah tepat, tangan Sekar perlahan mengambil benda kecil tersebut dan mengeceknya, seakan-akan pandangan mata pun tidak ingin berkedip biar jelas sejelas-jelasnya dapat melihat hasil dari usahanya."Bismillah ..." Dalam hati ia berucap. Dan ternyata hasilnya garis 2. Membuat Sekar seakan-akan ingin berjingkrak dan mengucap syukur. Sebab garis 2 itu diyakini kalau memang tanda kehamilan.Lalu Sekar keluar dari kamar mandi dengan sangat tergesa-gesa dan mendatangi suaminya yang sedang nge-gym di ruangannya. Dengan
Sekar terdiam mengingat yang dikatakan oleh suaminya barusan. Teringat dia memang sudah telat 1 minggu, tapi dia pikir ah cuma satu minggu ini. Nggak mungkin juga dia hamil."Kenapa kok diam, sudah telat kan?" Arka kembali bertanya dan penasaran karena istrinya malah diam."Nggak tau juga, perasaan memang telat seminggu! tapi apa mungkin aku hamil?" Sekar menatap sang suami dengan datar."Lho ... mana ku tahu, kan aku belum pernah hamil? Sayang 'kan sudah dua kali hamil masa nggak ngeh. Gitu!" Arka mengusap bahu sang istri dengan lembut."Apa Iya ya, kan?" Sekar bertanya pada dirinya sendiri sembari bengong. Apa mungkin dia sedang mengidam. Apalagi akhir-akhir ini kepala terasa sering pusing sedikit mual juga dan pengennya banyak rebahan, bekerja pun kurang bersemangat."Gimana kalau kita ke bidan aja ya? periksakan biar jelas!" Ajak Arka dengan sangat penasaran dan kalau memang iya, berarti itu kabar yang sangat baik, membahagiakan untuknya dan keluarga."Em ... Jangan dulu deh, nant
"Aku pun ikhlas dan Ridho jika memang ditakdirkan tidak punya anak dari benih ku sendiri dan aku tidak akan pernah mau menikah lagi atau pun berpisah darimu!" ucap Arka dengan sangat serius dan menggenggam kedua tangan Sekar.Bibir Sekar tampak tersenyum getir. Lalu kembali memeluk Arka dengan sangat erat.*****Suatu saat Sekar merasa kurang fit dan bermalas-malasan di rumah. Dan kini dia sedang menemani anak-anak berenang. Setelah dari pagi kerjaan cuma baringan saja."Mama, ayo ke sini berenangnya. Jangan di pinggir malu." Teriak Shasa sambil berenang ke tengah."Hooh. Cemen ... berenangnya di situ Mulu ach. Sini dong yang jauh seperti aku sama kalau dengan papa Arka." Tambah Ridho seraya mencipratkan air ke arah mamanya."Ahc, Mama 'kan cuma nemenin kalian saja. Jadi tak apa lah di pinggir juga kalian yang ke tengahnya tapi jangan sampai ke tempat yang lebih dalam ya takut!" Jawab Sekar sambil naik dan duduk di tepi kolam renang."Aku kemarin renang sama papa Zul, ke tempat yang d
Selamat membaca.Zulfan berlari mendatangi sumber suara yang begitu riuh dan mengagetkan sambil menggendong putranya. Dan ternyata sambil memangku Putri kecilnya, barang yang ada di hadapannya dilempar sehingga di ruangan tersebut seperti tak ubahnya kapal pecah. Lulu berteriak-teriak seiring suara tangisan putrinya.Zulfan langsung memberikan putranya kepada bibi dan dia mendatangi Lulu yang tampak stres. Lantas mengambil putri kecilnya takut kenapa-napa, suasana di sana tidak karuan dengan apa yang harus didengar, teriakan Lulu dan tangisan anak-anak sungguh mengacaukan pendengaran."Bi, tolong bawa anak-anak jauh dari sini. Biar saya mengurus mamanya!" Pinta Zulfan sembari memberikan putri kecilnya kepada Bibi agar membawa balita itu menjauh dari ruangan tersebut.Lantas jawaban kembali mendekati sang istri yang sedang meraung menangis, melemparkan pas foto, vas bunga. "Kamu apa-apaan sih? ini bisa bahaya!" langsung Zulfan merangkul bahu Lulu dan membawanya jauh dari tempat itu."K