Author POV
Alex dan Elica saling melempar tatapan tajam. Untuk beberapa saat mereka belum ada yang mau memulai berbicara. Elica sebenarnya sudah lelah jika dia harus meladeni ucapan pria gila didepan nya ini. Begitupun dengan Alex, dia ingin mendengar sebuah alasan yang akan keluar dari mulut manis Elica.
"Apa yang kau lakukan di kamar ku, Mr Dawson" tanya Elica acuh dan berjalan menuju meja rias. Alex belum menjawab pertanyaan Elica, dia masih menatap Elica lewat cermin dengan tajam. Tapi Elica mencoba untuk menghiraukan nya.
"Aku menunggumu 2 jam di kampus mu, bukan kah kau sendiri yang bilang kau paling benci dengan menunggu. Kemana kau tadi pergi?" ucapan Alex dingin.
"Aku ada kegiatan tambahan tadi, dan aku lupa memberi tahu mu karena ponsel ku mati"
"Apa yang kau maksud kegiatan tambahan dengan seorang pria dan pergi kesebuah Mall begitu?"
"Mengikuti ku rupanya, lalu kenapa kau bertanya" Alex yang mulai geram dengan jawaban Elica, akhirnya beranjak dari duduknya nya dan berjalan ke arah Elicaca yang sedang mengoleskan krim tidur di wajah nya. Alex langsung membalikkan tubuh Elica menghadap nya dan menarik pinggang Elica.
Elica yang terkejut hanya diam, begitu alex tiba-tiba memeluk nya. Alex memposisikan wajah nya di celekuk leher Elica. Nafasnya memburu seolah sedang menahan amarahnya. Elica masih diam. Begitupun saat tangan menyentuh pundak nya dan menuju ke tangan Elica.
"Buang gelang ini sayang, aku tidak suka milikku memakai barang dari pria lain selain aku" ucap Alex sededuktif mungkin.
"Bagaimana jika aku tidak mau?" jawab Elica malah menantang alex
"Aku yang akan melepasnya dari tangan mu, beserta dengan baju yang kau pakai saat ini. Kau mau aku melakukan nya?" Kini Alex mulai menggesekkan hidung nya di hidung Elica. Dia sangat menyukai aroma dari gadis ini. Aroma vanila yang begitu manis. Ingin sekali setiap saat alex menyesap bibir itu tanpa henti.
Mendengar hal itu Elica hanya tersenyum menyeringai. Sepertinya tujuan nya menghancurkan hubungan Alex dan ibu nya akan berhasil. Buktinya saja sekarang Alex sudah mau bertekuk lutut kepadanya.
"Apa yang membuat mu menjadi sangat posesif kepada gadis 20 tahun ini, Mr Dawson? Bukan kah kau bilang sangat mencintai ibu ku. Hm?" tanya Elica dengan mengelus dada Alex dengan gerakan menggoda.
Alex yang menerima perlakuan tersebut langsung memejamkan mata nya menikmati sentuhan Elica. Yeah, dia sangat senang ketika gadis nya ini bersikap agresif untuk menggodanya.
"Well, kurasa aku mulai tertarik dengan mu nona, andaikan saja kita bertemu lebih awal, mungkin aku akan memilih mu menjadi pasangan hidup ku. Tapi sayang nya aku juga mencintai ibumu" jelas Alex yang tengah menatap Elica yang tatapan nya sudah dipenuhi nafsu.
Elica yang mendengar hal itu hanya tersenyum miris.
Elica pun mulai mendorong dada Alex agar sedikit menjauh, Alex mendapati perlakuan Elica langsung mengangkat satu alis nya pertanda dia bingung dengan sikap Elica yang tiba-tiba berubah.
"Kenapa? Apa kau marah, sayang?"
"Aku hanya mengingatkan mu Mr. Dawson jika aku sangat membencimu. Jangan lupakan hal itu. Dan segeralah keluar aku sangat lelah"
Elica pun membalikkan kembali tubuh nya menghadap cermin untuk melakukan aktivitas nya kembali mengoleskan krim ke wajah nya yang tadi di ganggu Alex.
"Jangan mengacuhkan ku Elica, aku tidak suka. Dan lepaskan gelang ini"
Kini Alex memposisikan dirinya memeluk Elica dari belakang dan meletakkan dagunya di pundak Elica. Dan terus menatap setiap gerakan Elica.
"Ini dari kekasih ku, dan aku menyukai gelang ini kenapa aku harus melepaskan nya?" Jawab Elica dengan nada yang dibuat polos yang malah membuat nya mendapat tatapan tajam Alex dari cermin.
Alex yang sudah geram akhirnya dia pun langsung melepas paksa gelang tersebut hingga gelang itu terputus. Elica sangat kaget dengan perlakuan Alex tersebut, dia sebenernya ingin memaki perlakuan Alex tapi dengan cepat Alex langsung mencium nya dengan cepat. Ciumannya sangat menyakitkan, terasa jika sekarang Alex sangat marah kepada nya.
Elica mencoba mendorong Alex dengan sekuat tenaga, namun usaha nya sia-sia. Kini Alex malah mencoba membuka piyama tidur nya. Namun segera ditampik oleh tangan Elica. Alex tidak menyerah dan akhirnya dia merobek piyama Elica dengan cepat.
Ciuman nya pun kini sudah menjalar ke leher Elica, Elica pun juga masih belum menyerah. Dia masih mencoba memberontak dengan memukul-mukul dada Alex.
"Berhenti brengsek" Alex tidak menghiraukan ucapan Elica. Dia malah makin gencar mencumbu elica. Bagi Alex semua tubuh Elica terasa manis di bibir nya.
Elica pun menyerah, dia tidak memberontak lagi. Dia membiarkan Alex menjamah tubuh nya. Alex pun juga merasa terkejut dengan diam nya Elica yang tiba-tiba. Tidak mendapat penolakan lagi, tapi Alex justru menghentikan aksinya tersebut. Dia menatap elica yang tertunduk. Dia berpikir, gadis yang selama ini keras kepala sedang menunduk dan dia juga melihat air mata Elica mulai terjatuh di pipi mulusnya.
Alex pun mengangkat dagu Elica, agar gadisnya itu menatapnya. Ya, dia sudah memantapkan hatinya dengan mengklaim Elica kini menjadi gadisnya.
"Maaf sayang, aku hilang kendali tadi. Jangan menangis oke?" ucap Alex dengan lembut seraya menghapus air mata Elica. Terlihat bibir Elica sedikit membengkak karena ulah nya tadi yang menyerang Elica tiba-tiba. Dia kira Elica akan mengikuti permainan nya ternyata gadis itu malah bersikap di luar dugaannya.
Alex pun dengan lembut menarik Elica ke dalam pelukannya. Lama mereka berpelukan akhirnya Alex pun menggendong Elica ala bridal menuju ranjang. Dia meletakan Elica dengan hati-hati. Lalu kembali memeluk gadis itu. Dia mengelus rambut Elica dengan sayang. Sesekali dia juga mencium kening elica. Hingga tanpa sadar elica pun sudah tertidur diperlukan nya, mungkin karena nyaman.
Lama Alex memperhatikan wajah cantik Elica. Bulu mata yang lentik, hidung nya yang mungil, dan bibir nya yang membuat candu nya untuk selalu mencium Elica. Dia berpikir, apa kah dia sekarang benar-benar sudah tertarik dengan gadis ini.
Akhirnya Alex beranjak dari ranjang Elica dan keluar dari kamar Elica. Rasa nya tenggorokan nya haus, lalu dia pun berjalan menuju dapur. Ini sudah pukul tengah malam, kondisi dapur sudah sepi tidak ada pelayan disana. Ketika Alex sedang meneguk minuman nya, tiba-tiba Hilda, ibunya Elica datang.
"Rupa nya kau disini, kenapa belum tidur Alex?" Ucap hilda penuh perhatian
"Aku haus sayang, jadi aku kesini" jawab Alex lalu kembali minum.
"Aku tadi ke kamar mu, tapi kau tidak disana, lalu kau dari mana?" Seketika Alex langsung menghentikan minumnya lagi, dia nampak berpikir sejenak.
"Aku ada di ruang kerja, aku tertidur disana saat mengerjakan pekerjaan ku" jawaban Alex yang dibarengi dengan senyuman palsu berbohong. Padahal dia baru saja dari kamar Elica gadisnya yang sebentar lagi menjadi anak tirinya. Yang tadi jika ia sedikit saja hilang kendali maka dipastikan gadis itu sudah menjadi milik nya seutuhnya. Yah, karena Sekarang tujuan Alex adalah hal itu.
Alex pun meletakkan gelasnya di meja, lalu berjalan menghampiri hilda. Dengan satu tarikan dia menarik tangan Hilda agar dia mendekat kearahnya.
"Lalu kenapa kau juga belum tidur sayang, apa kau tidak bisa tidur karena kau teringat belum memberikan ku ciuman sebelum tidur?" ucap alex berbisik ke telinga hilda.
Hilda yang mendengar nya lalu tersenyum.
"Maafkan aku Alex, karena tadi aku sibuk jadi aku melupakan semua keperluan mu" Hilda mulai mengelus rahang alex Dengan pelan.
"Maka dari itu sebagai gantinya cium aku sayang" alex nilai menarik pinggang hilda untuk mendekat kearahnya. Dan hilda pun tidak menolak. Dia langsung mencium Alex dan dengan senang hati Alex langsung membalas ciuman wanita itu, yang sebentar lagi menjadi istrinya.
Namun dengan sialnya saat ditengah dia berciuman dengan Hilda, Alex justru membayangkan sedang berciuman dengan Elica. Otak nya benar-benar tidak beres sekarang.
Tanpa berlama-lama Alex pun malah melepaskan ciuman tersebut, yang membuat Hilda terkejut. Belum sempat hilda berbicara, Alex justru membuka mulutnya.
"Ini sudah malam, kau istirahat saja pasti kau sudah lelah sayang, dan terimakasih untuk yang tadi" ucap Alex sambil mengedipkan satu mata nya lalu mencium kening Hilda. Dan akhirnya hilda pun mengangguk setuju dan pergi meninggalkan Alex.
Alex pun memejamkan mata nya lalu mengusap wajah nya kacau. Semua ini gara-gara Elica. Membuat pikiran nya selalu tertuju ke gadis itu.
TBC
SEMOGA KALIAN SUKA SAMA CERITA NYA. JANGAN LUPA LIKE, VOTE, DAN TINGGALKAN KOMENTAR YA.
Keesokan pagi nya, Alex dan Hilda sudah terlihat rapi dengan baju ala kantoran yang mereka pakai. Mereka berdua sedang sarapan. Terlihat Elica turun dari kamarnya dengan menuruni tangga. Dia berjalan ke arah meja makan yang memperlihatkan ibu nya dan Alex.Elica pun duduk dihadapan ibu nya. Sedangkan Alex berada di tengah."Pagi semua" sapa Elica dengan nada malasnya lalu duduk."Pagi sayang, kau mau sarapan apa? Roti atau sereal?" Tanya sang ibu dengan lembut.Dengan mengacuhkan ibunya, Elica tidak menjawab. Malah mengambil roti tawar yang dihadapan nya lalu memakannya langsung. Melihat sikap Elica, baik ibunya dan Alex kini tengah memandang kearah Elica."Kau ada kelas hari ini, sayang? Apa mau berangkat bersama Mommy?""Aku tidak masuk hari ini" jawab Elica Acuh."Aku akan ingin bertemu Daddy, mungkin aku akan menginap disana malam ini
vote dulu jangan lupa dan tinggalkan komentar setelah membaca Malam hari pukul 12 malam, Elica dan Alex terlihat pulang bersama. Jangan berfikir Mereka tidak melakukan hal di luar batas hingga pulang selarut ini. Hanya saja Alex meminta Elica untuk menemaninya makan malam juga. Elica berniat menolak, namun sial nya Alex mengancam nya dengan pernikahan bersama ibu nya. Elica pun hanya bisa menuruti kemauan Alex saat ini. Mereka berdua terlihat memasuki Mansion mewah Alex. Dan sepertinya semua orang sudah tertidur. "Kalian dari mana?" Tanya Hilda tiba-tiba yang membuat Alex dan Elica terkaget. "Sayang kau belum tidur?" Ucap Alex mendekati Hilda berniat mengalihkan pembicaraan. "Belum. Aku menunggu kalian, kenapa kalian bisa pulang bersama?" "Tadi aku bertemu Elica di luar. Dia sedang bersama temannya. Jadi aku mengajak nya untuk pulang bersama" Jelas Alex berbohong. "Benarkah itu Elic
Malam hari Elica dan ayah nya sedang menonton tv bersama. Elica memposisikan kepalanya di pangkuan sang ayah. hal yang sudah lama dia tidak lakukan, membuat nya merindukan kenangan bersama keluarga dulu sebelum semua kehancuran ini terjadi. sang ayah pun fokus ke layar tv sambil mengelus rambut halus Elica. Dia senang karena malam ini tidak merasa kesepian karena ada anak kesayangan nya yang menginap di rumah. "Daddy" "kenapa sayang?" "apa Daddy masih mencintai Mommy?" sejenak sang ayah tidak langsung menjawab pertanyaan Elica. "Daddy selalu mencintai kalian. entah itu Mommy mu ataupun kau Elica. Daddy rela melepaskan Mommy mu asalkan dia bahagia dengan kehidupan nya sekarang, begitu pun juga kau nak. Bagi Daddy kebahagiaan kalian lebih penting daripada diri Daddy sendiri" Elica pun terdiam mendengar ucapan ayah nya. Bagi Elica di dunia ini pria yang terbaik adalah ayah nya. tempat dia pulang, dan tempat dia mengadu semua nya.
Jangan lupa Like vote dan tinggalkan komentar setelah membaca....Hargai karya Author...Keesokan harinya Elica pergi ke apotek untuk membeli pil kontrasepsi. Dia sadar betul sudah dua kali dia tidur dengan Alex tanpa menggunakan alat kontrasepsi, dan Elica pun tidak ingin menanggung resiko jika kedepannya dia akan hamil anak pria Brengsek itu.Mengingat tadi pagi Elica hanya ditinggalkan begitu saja di kamar setelah Alex berhasil meniduri nya lagi. Sialan memang.Mobil Elica terlihat sudah sampai di Apotek. Dia pun turun dan bergegas masuk ke dalam."Elica"Panggil seorang wanita yang sontak membuat Elica menoleh. Sesaat Elica pun mengangkat sebelah alisnya setelah melihat wanita tersebut."Kak mia"Wanita itupun terlihat berjalan mendekat kearah Elica. Dia adalah Mia, anak dari bibi nya."Hai Elica, aku tidak menyangka bis
Vote dan Like dulu sebelum baca, dan tinggalkan komentar setelah membaca.Hargai karya Author yah...3 hari kemudian.Elica terlihat masih tiduran di ranjang nya, padahal hari sudah menunjukkan pukul 12 siang. Namun dia juga belum beranjak sedikit pun dari tempat tidur nya itu. Mengingat hari ini dia juga tidak masuk kuliah karena sedang tidak enak badan, tapi 15 menit yang lalu Leo tiba-tiba menelpon nya dan mengajak dia makan siang bersama dengan alasan ada hal yang ingin dia tanyakan pada Elica.Jadi dengan terpaksa Elica pun harus bergegas untuk Bagun dari tidurnya itu.Bahkan Elica pun tadi pagi juga tidak ikut sarapan bersama, karena dia yang minta agar makanan nya di bawakan ke kamarnya. Tapi sepertinya ibu nya juga tidak menghiraukan hal itu, mungkin karena ibu nya juga sedang sibuk mengurus pernikahannya.30 menit berlalu, Elica sudah berbeda dari sebelumnya. Dia sudah rapi den
Budayakan vote dulu sebelum membaca ya beb...Dan tinggalkan komentar setelah membaca....Plaakkk....Elica terlihat sangat marah atas apa yang Alex ucapkan di menampar Alex hingga wajah Alex menoleh ke samping sangking keras nya tamparan tersebut. Tanpa Alex sadari ucapan nya itu sangat merendahkan diri Elica secara langsung."Bajingan kau Alex. Kau tidak pantas mengatakan hal itu padaku. Apa kau tidak sadar dengan apa yang kau perbuat kepada ku? Kau sudah merusak ku dan juga hidup ku, BRENGSEK" teriak Elica di depan wajah Alex, tak hanya Elica. Alex pun juga terpancing emosi dengan teriakan Elica.Dengan cepat Alex langsung mendorong Elica sambil mencekik leher nya."Kau pikir kau siapa bisa berteriak di depan ku, hah. Kau harus nya sadar Elica, kau itu hanya jalang di mata ku. Padahal aku sudah menawarkan banyak hal menguntungkan pada mu. Tapi begini kah cara terimakasi
Follow IG : @akiokokoru_69Budayakan vote Like dan tinggalkan komentar setelah membaca.Meskipun baru pertamakali Elica bertemu dengan teman-teman Leo, namun mereka semua sudah akrab dengan kedatangan Elica. Hal yang Elica syukuri juga, semua pikiran negatif nya pada teman Leo tidak lah benar. Termasuk Disa, dia adalah wanita yang menyambut Elica dengan antusias. Wanita dengan rambut pendek itu selalu menemani Elica dengan obrolan dan celoteh nya yang tidak bisa diam."Kau tidak minum Elica?" Tanya Disa."Tidak. Aku akan menyetir untuk pulang nanti""Ah begitu, ku kira kau kesini dengan Leo tadi. Tapi tidak asyik jika kau belum minum, cobalah sedikit saja" Ujar Disa kemudian menyodorkan segelas kecil Vodka pada Elica."Dia tidak mau Disa, jangan memaksa nya" Leo yang mulai geram karena Disa menyuruh Elica minum, akhirnya merebut gelas tersebut dari tang
Follow IG : @akiokokoru_69Jangan lupa vote Like dan tinggalkan komentar setelah membacaSiang hari Leo sengaja pulang ke apartemen nya untuk membawakan Elica makan siang. Dia telah sampai di depan pintu kemudian menekan kode apartemen nya. Leo pun masuk dan mencari keberadaan Elica, namun beberapa saat dia telah berkeliling menyusuri ruang apartemen nya, diapun belum menemukan keberadaan Elica.Leo pun langsung merogoh saku nya dan mengambil ponsel milik. Dia menelpon Elica, namun ponsel nya juga tidak aktif. Dia pun makin bingung dan cemas akan keberadaan Elica sekarang. Leo kembali menelpon seseorang yang tak lain adalah penjaga yang ada di Club nya. Menanyakan apakah Elica telah mengambil mobilnya yang berada di Club nya atau tidak, namun dia mendapatkan jawaban jika mobil Elica masih terparkir disana.Karena dia tidak mendapatkan keberadaan Elica akhirnya Leo memutuskan untuk kembali ke kantor n
Elica POV.Entah sampai berapa lama aku akan bertahan. Disakiti oleh orang yang sama dalam waktu yang berulang-ulang. Sakit, adalah hal paling akrab dengan ku akhir-akhir ini, seperti luka yang basah dan selalu di beri garam saat aku bersuara.Kau, bukankah dulu pernah mengatakan mencintai ku. Ucapan mu bagaikan angin yang berhembus ke telinga ku, terdengar meyakinkan tetapi cepat berlaluJika memang takdir tidak mengizinkan ku bahagia, lalu mengapa aku selalu berikan rasa sakit oleh dia. Aku lelah, bagaikan pasir putih yang diterpa ombak laut, aku ingin menghilang. Terkadang aku berpikir, Kenapa Tuhan memberikan ku seorang malaikat kecil, yang kini berada di perutku. Aku bahkan tidak bisa menjaga diri ku, tetapi kenapa Tuhan menitipkan nya pada ku. Aku sungguh tidak mampu, maafkan aku."Kepala ku pusing sekali" aku membuka mata ku seraya memegangi kepala ku, dan tersadar jika semalam aku tertidur di samping ranjang dengan posisi terduduk.Aku ingat jika aku menangis sangat lama dan
Alex menghentikan laju mobil di depan sebuah gedung yang cukup tinggi. Pria itu membawa koper yang biasa dibawa untuk bekerja, dan kemungkinan didalam nya terdapat dokumen yang sangat penting.Berjalan menghampiri meja resepsionis yang menyambutnya dengan sapaan sopan. Setelah Alex mengatakan jika dirinya telah memiliki janji dengan sang pimpinan, si resepsionis tersebut pun mengantar Alex menuju ke ruangan yang bertuliskan "Direktur".Mengetuk pintu ruangan tersebut satu kali dan tidak lama terdengar suara dari dalam yang mengizinkan nya untuk masuk."Tuan Andrew" sapa Alex sesaat setelah membuka pintu dan masuk keruangan itu."Oh Alex, kau datang. Silahkan duduk" ujar Tuan Andrew yang tidak lain adalah ayah dari Bianca.Kedua orang tersebut memang sudah memiliki janji untuk melakukan kerja sama antar perusahaan. Tuan Andrew seorang pemilik Hotel berkelas di kota New York, yang meminta agar Alex bisa bekerja sama dengan perusahaan miliknya. Karena pria paruh baya itu sangat mengingi
Curang itu adalah salah satu cara dari permainan, yang terpenting adalah menang.Permainan ini sangat lah melelahkan. Bukan hanya diri ku tapi hati ku juga merasakan hal yang sama. Perasaan ku bagi mu seolah hanyalah sebuah tali, yang kadang kau tarik dan kadang kau ulur kembali.Jika kehadiran ku hanya untuk melihat sandiwara, harus nya kau juga bisa bersandiwara untuk tidak mengetahui keberadaan ku.********"apa?"Elica menggelengkan kepalanya tegas, tentu saja dia sangat menolak hal tersebut."Tidak. Dia anak ku Alex, kau tidak bisa mengambil nya."Alex terlihat berdiri dari duduknya. Pria itu menghampiri Elica yang kini terlihat berantakan dan lagi bekas air mata di pipi nya yang masih belum menghilangkan sempurna. Menggambarkan jika perempuan itu sedang panik."Aku akan memberi mu pilihan. Tinggalkan
"Elica..." Ucap Alex"Hm""Bisakah kedepan nya kita hidup bersama menjadi satu keluarga?"Keduanya saling bertatapan cukup lama, karena Elica juga tertegun dengan ucapan Alex baru saja.Elica lah yang memutuskan kontak mata dengan Alex, dia tersenyum seraya melihat kearah perut nya yang sudah besar itu.Dia mengelus perut nya sendiri dengan lembut, layaknya dia tengah menyentuh calon buah hati nya secara langsung."Kau sering mengatakan hal itu Alex, dan kau pasti tau jawabannya." Ujar Elica dengan tenang."Tapi kau tidak memberi ku kesempatan apapun Elica." Sahut AlexElica menatap lagi Alex dengan tatapan hangat. "Bukankah kita bisa mengasuh anak ini bersama-sama, tanpa harus ada pernikahan. Apakah itu bukan suatu kesempatan bagi mu?" Tanya Elica yang mulai serius."Tidak cukup
Jika kau menyakiti ku satu kali, maka aku akan mencari alasan seribu kali untuk memaafkan mu lagi. Namun jika kau nyaman dengan masa lalu kelam mu, maka aku akan memilih pergi dengan harapan kecil pada masa depan. Tapi satu hal yang harus kau ingat, saat aku pergi mungkin aku tidak akan pernah kembali untuk jatuh lagi pada kesalahan yang pernah ku perbuat.Kesalahan karena aku di pertemuan dengan mu, kesalahan karena aku memberikan semua dunia ku padamu, dan kesalahan karena aku mencintaimu.*****Terlihat mobil BMW berwarna hitam milik Alex memasuki pelataran rumah besar. Tidak lama pria itu keluar dari mobil tersebut dan membanting pintu mobil saat menutup nya kembali.Alex dengan ekspresi wajah dingin nya langsung masuk begitu saja ke dalam rumah.Dia terlihat berantakan karena masih menggunakan pakaian yang kemarin dia kenakan. Hanya saja yang kurang jaket yang di pakai nya tadi malam tida
Konten 18+Dibawah umur harap sadar diri. Dosa ditanggung sendiri.Bianca sangat kesal pada Alex yang terang-terangan mengusir nya dari rumah besar. Padahal tadinya Bianca merasa senang karena Alex tidak pulang bersama Elica, namun apa yang dia dengar dari mulut Alex membuat nya sangat Emosi."Aku tidak mau pergi. Aku akan membicarakan hal ini pada ayah ku, jadi kau tidak bisa mengusirku begitu saja Alex" pekik Bianca yang merasa tidak terima."Itu terserah pada mu. Yang jelas aku lah pemilik rumah ini jadi kau tidak bisa menentang apa yang aku ucapkan"Setelah mengatakan itu, Alex pun memilih pergi meninggalkan Bianca dan berjalan menuju kamarnya yang ada di atas. Bianca melihat punggung Alex yang mulai menghilang dengan tatapan tajam nya.Sejak awal tujuan nya kemari adalah ingin memiliki Alex. Ternyata benar kabar yang beredar jika Alex merupakan orang yang sulit di tak
Hari ini terlihat cerah. Cahaya matahari pun masuk ke celah jendela kamar Elica. Dia menggeliat pelan dari tidurnya yang terasa nyaman, perlahan Elica pun membuka matanya. Rupanya hari sudah pagi, Namun raut wajahnya seketika itu terlihat berubah. Sesaat setelah semua nyawanya terkumpul karena tidur nyenyak nya dan teringat kembali jika kejadian kemarin yang dia alami bukanlah mimpi. Elica tersadar jika sekarang dia sudah tidak memiliki sosok ibu lagi.Mata sembab dan lingkaran hitam di bawah mata nya adalah bukti jelas bahwa kemarin dia tidak hentinya menangis mengiringi kepergian sang ibu. Dan hari ini dia kembali menangis, entah sampai kapan duka di hati nya hilang.Elica pun memutuskan untuk ke kamar mandi dan membersihkan dirinya.Dan setelah menghabiskan 30 menit, akhirnya Elica keluar dari kamar nya berjalan kearah dapur. Dia melihat ayah nya sedang membuat sesuatu disana."Dad.."Alber
Jam sudah menunjukkan pukul 12 malam. Irene terbangun dari tidurnya karena tenggorokan nya terasa kering, dia pun memilih untuk beranjak mengambil air yang berada di atas nakas kecil di sudut kamar. Namun sayangnya gelas tersebut sudah kosong, dan membuat dirinya harus turun ke dapur untuk mengisi air lagi.Seluruh ruangan terlihat gelap saat Irene menuruni tangga, pikir nya mungkin semua orang sudah tertidur. Setelah selesai mengisi air pada gelas kembali, Irene langsung naik lagi ke lantai dua kamar nya berada. Namun dia melihat sedikit cahaya dari ruangan kerja Alex karena pintu tidak tertutup dengan sempurna.Menandakan jika Alex belum tidur. Irene dengan membawakan gelas yang ada di tangan nya pun berjalan menuju ruang kerja Alex. Langkah pelan nya tidak menimbulkan suara sedikit pun. Tetapi sesampainya dia di depan ruangan tersebut, Irene mendengar Alex sedang berbicara. Dan pikir nya mungkin Alex sedang menerima telepon. Akhirnya Iren
Sesudah sarapan tadi, Bianca lebih memilih untuk menahan emosi dan rasa ingin tahu nya. Mungkin nanti dia akan langsung bertanya pada Alex empat mata tentang hal yang diungkapkan Irene tadi. Bianca sudah paham betul jika Tante dari Alex tersebut tidak menyukai dirinya, namun hal itu tidak memupuskan keinginan Bianca untuk mendapatkan Alex. Dan entah mengapa, Bianca pun kini sangat tidak menyukai perempuan bernama Elica itu. Jika dilihat, sepertinya usia Elica masih di bawah Bianca. Hal itu malam membuat Bianca semakin bersemangat untuk tidak kalah dari Elica si anak kecil. Karena Bianca yakin, perempuan itu tidak lebih dari seorang pelacur seperti hal nya perempuan di luar sana yang gila harta. Sedangkan Irene dan Alex terlihat sedang duduk bersama di ruang tv, melihat acara yang sebenarnya sangat membosankan. "Tante akan mengajak Elica keluar hari ini" ucap Irene membuka suara namun dengan m