Dua minggu berlalu, dia minggu itu pula, Mas Widi tidak pernah keluar dari rumah selain pergi ke tempat kerjanya. Mungkin untuk meyakinkan diriku selama ia berada di rumah sakit, ia memasang video live streaming dengan ponsel yang dipasang di meja kerjanya, mungkin agar aku tahu apa saja yang ia lakukan di tempat itu. Sore hari ketika tugasnya sudah selesai lelaki itu juga akan melanjutkan live di mobilnya untuk perjalanan pulang. Mungkin dia melakukan semua itu agar aku kembali percaya, tidak meragukan atau mencurigainya.*"Ayah pulang...." Anak-anak bersorak saat ayah mereka kembali, aku yang tengah menyaksikan siaran TV, teralihkan. Melihat dia membawa kotak makanan anak-anak sangat gembira, segera mereka mengambil dari tangan ayahnya lalu membawanya ke meja makan. "Hai, apa kabarmu?" Lelaki itu selalu bertanya kepadaku pertanyaan yang sama tiap kali dia pulang ke rumah, tapi aku tidak pernah lagi menjawabnya. Sudah dua minggu sejak kehancuran hubungannya dengan Rani, lelaki
Aku jadi terkejut, kaget dan bingung. Kalau bukan Rani yang bicara dengannya apa asumsiku harus kembali kepada dokter Okan. Tapi itu tidak masuk akal, suamiku lelaki normal yang masih berhasrat pada wanita. Jadi, siapakah yang mengirimkan pesan?Kalau bukan Rani, jadi siapakah orangnya, Apakah memang teman chat suamiku ini memang adalah orang misterius yang bukan siapapun yang pernah ku temui. Kalau begitu dia siapa dan di mana tinggalnya.Drrrtt.(Aku sengaja mengirim pesan sekarang, berjaga-jaga agar istrimu tidak tahu.)Hah, jadi dia tahu kalau suamiku punya istri? Apakah dia tahu tentang detail kehidupan kami, apa dia tahu apa terjadi tiap hari? Apa dia mengenalku sementara aku tidak menyadarinya? Ah, aku bisa gila terus begini.Mau terima aku langsung memeriksa mutasi rekening dan di sana terpaparlah semua yang terjadi selama beberapa hari terakhir.(Maaf, aku tidak bisa membalas lebih sering, situasi sedang kacau, istriku curiga.) Pesan itu seminggu lalu.Lalu ada balasan.(Apa
Aku harus tenang, aku tidak bisa gegabah, jika aku membangunkan Mas Widi dan memarahinya juga berteriak memprotes bahwa hubungan gelapnya masih belum tuntas, maka akan terjadi pertengkaran di jam 03.00 pagi.Aku akan memanfaatkan apa yang ada baru kemudian aku mengungkap segalanya. Terdengar mengulur waktu, tapi aku harus lebih cerdik dari sebelumnya.*Aku tidak tidur sejak membaca semua pesan yang ada di ponsel mas Widi. Menjelang subuh aku menunaikan salat kemudian pergi membersihkan rumah dan menyelesaikan laundry. Setengah enam, aku sudah sibuk memasak di dapur untuk menyiapkan sarapan dan bekal. Mas Widi keluar dari kamar seusai salat, melihat diriku yang wangi serta sudah cantik dengan rambut tergerai, lelaki itu tertegun sejenak dan berdiri terpaku menatapku, mungkin melihat diriku yang lebih cantik dan ceria membuat dia menjadi heran."Ayo Mas, duduklah, ada nasi goreng pedas dan susu jahe untukmu," ucapku dengan senyum lebar. Merasa senang karena aku menegurnya seulas seny
Setelah percakapan denganku, lelaki itu masuk ke ruang kerja sambil membanting pintu, dia nampak pusing dan tegang sekali sementara aku tetap santai sambil makan camilan dan minum soda.Tak lama kemudian, mungkin karena ingat sesuatu, lelaki itu segera keluar lagi dan berdiri di hapadanku."Kau santai di sini makan chips, sekarang bagaimana aku akan mengganti semua uang itu?""Aku yakin wanita itu tidak memintamu untuk menggantinya, dia mengirimkan uangnya dengan suka rela." "Ya ampun... kalau aku menolak meresponnya, maka aku harus kembalikan uangnya sebagai bentuk rasa hormat....""Terlambat untuk menolak, hubungan kalian sudah jauh," balasku sinis.Lelaki itu kembali mendengkus dengan resah lalu menjatuhkan bokongnya di kursi yang ada di dekatku. "Hhhh, aku aku harus bagaimana?""Kenapa kau tanya padaku, yang cari penyakit adalah dirimu sendiri bukan aku," balasku. "Kau itu dokter, sekali saya bersikap gegabah lisensi doktermu bisa dicabut, kau akan kehilangan segalanya Mas.""Ak
Ya Tuhan, ujian macam apa yang telah engkau timpakan dalam hidupku, Setelah begitu bahagianya aku bersama anak dan suamiku. Setelah begitu banyak ungkapan syukur dan pengorbanan hingga berada di titik ini tiba-tiba aku dihantam gelombang perselingkuhan.Parahnya yang berhubungan dengan dokter Widi bukan cuman satu tapi lebih dari itu. Entah berapa banyak yang terlibat dan entah berapa banyak yang tidak aku ketahui. Apa yang sebenarnya terjadi? Aku benar benar tak mengerti, ini di luar nalar dan dugaanku. Sampai kapan ini berakhir dan aku tidak akan terhubung dengan wanita-wanita itu. Bisa saja aku berhenti untuk mencari tahu dan berusaha mengubur semua rasa penasaran itu di lubuk hatiku yang terdalam. Tapi, jika aku tidak tahu mencari tahu, maka aku tidak pernah mengenalnya, orang seperti apa yang telah aku nikahi selama ini. Tring.Notifikasi dari m-banking ku menerima sebuah transferan dari Dinda. Anehnya, notif di ponselku terpampang jelas nama wanita itu.(Alhamdulillah, sejak
Saat dia bilang hanya Mas Widi yang memberi dia kenyamanan aku sungguh kehilangan kata-kata. Mungkin apa yang kurasakan serta cinta yang kuberikan selama ini sama seperti apa yang dia rasakan sekarang untuk suamiku.Bagiku Mas Widi adalah satu-satunya orang yang mengerti perasaanku serta memahami keinginanku. Dia temanku, kekasihku sekaligus pasangan hidupku, dia poros duniaku dan segalanya bagi diri ini. Mengejutkan saat tahu dia punya wanita idaman lain, mengejutkan bahwa ia yang selalu bilang sangat mencintaiku, tiba-tiba mengingkari perkataannya sendiri. Aku sangat terkejut."Kau tinggal di mana, apa pekerjaanmu.""Aku tinggal di apartemen, aku penulis dan pembuat konten digital.""Sepertinya kehidupanmu nyaman dan mapan...""Iya, orang tuaku punya kebun dan warisan, mereka menjaminku. Tapi tetap saja, yang kaya adalah mereka, bukan aku." Wanita itu berusaha bersikap rendah hati meski aku tahu itu tidak ada artinya di depanku."Apa kau ingin memiliki mas widi sebagai suamimu?""
Setelah Dinda pergi aku dan suamiku masih duduk di ruang tamu, kami duduk dalam keadaan saling terdiam, hanya bunyi kendaraan yang lalu lalang di luar sana serta detak jam dinding yang terdengar begitu kencang di telinga.Aku tak tahu harus mulai dari mana untuk menyingkirkan pelacur kecil yang mengejar suamiku dengan segala ambisi dan kegilaannya. Ya, secara tidak langsung aku sedang menghadapi orang gila. Mudah kalau aku berurusan dengan orang waras dan berakal cukup dicaci dan dihujat seseorang yang punya malu pasti akan langsung mundur, tapi jika aku berhadapan dengan orang yang punya gangguan kejiwaan dan kecenderungan untuk jadi psikopat, maka aku kesulitan. Aku khawatir dalam tindakannya yang santai dan tenang Wanita itu sudah merencanakan pembunuhan atasku dan anak-anakku, aku jadi ketakutan."Jenis wanita apa yang sudah kau datangkan dalam kehidupan kita, kenapa kau terlibat dengan orang seperti itu?" tanyaku memecah keheningan.Mas Widi hanya menggeleng lemah sambil mendeca
*Aku hendak menjemput anak-anak pulang sekolah tapi rasanya tungkai ini terasa lemas hanya untuk berdiri saja, sejak pagi aku sama sekali tidak makan apapun bahkan minum. Tenggorokanku rasanya ditumbuhi duri-duri yang tajam karena sensasi haus yang begitu menekan, tapi minum air pun rasanya seperti minum adukan aspal, sakit, sesak, dan ah, aku lelah mengeja rasa yang ada di dada.Aku belum memberitahu ibu atau Ayah kandungku tentang apa yang terjadi pada keluargaku, Aku tidak ingin melibatkan mereka karena mereka pasti akan murka dan menghukum suamiku. Bagi ayah, orang yang menyakiti putrinya tidak akan diberi ampun, jadi sekalinya mereka tahu kalau mas Widi telah menghianatiku, pasti mereka ingin aku dan mas widi berpisah, tidak ada toleransi untuk itu."Assalamualaikum ibu." Aku menelpon ibu mertua untuk meminta bantuannya, sensasi pusing dan syok di kepalaku membuat diri ini demam dan lemas."Ada apa anakku?""Ibu bolehkah saya minta tolong agar ibu bisa menjemput anak-anak? s