Maaf kalau banyak typo. Nanti saya revisi lagi, teman-teman. Terima kasih atas pengertiannya. Happy reading. Salam sayang.
Aldara turun dari ranjang setelah memastikan putranya benar-benar terlelap, kakinya beranjak ke kamar mandi untuk mencuci muka. Rasa kantuk sudah hilang, lagi-lagi penyakit susah tidurnya menyerang."Besok ada banyak pesanan kue, tapi aku nggak bisa tidur," gumam Aldara. Tangannya meraih ponsel, mungkin dengan bermain ponsel matanya bisa mengantuk.Hingga saat asyik berselancar di media sosial, tanpa sengaja ia membaca berita tentang pewaris Wilson Group yang kedapatan masuk ke dalam sebuah klub elite dengan seorang wanita."Wi-Wilson Grup?" Aldara memperbesar layar ponsel dengan tatapan yang semakin tajam memperhatikan foto di layar itu Detik itu juga jantungnya berdetak kencang saat menyadari wanita itu adalah Virly."Jadi, mereka benar-benar ada hubungan setelah kepergianku?" bibir tipis itu tersenyum kecut.Entah kenapa hatinya nyeri, sakit tak tertahan saat tahu Alastair bersama wanita lain. Padahal selama ini ia menolak semua tentang Alastair, bukan?"Dari banyaknya berita tent
Sepulang mengantar Ryu dari sekolah, Aldara kembali ke rumah dan langsung mendudukkan dirinya di kursi yang terletak di teras.Wanita itu menghela napas kasar saat kembali mengingat kejadian beberapa saat lalu, yaitu saat putranya hendak masuk ke gerbang sekolah.Aldara masih ingat tatapan Ryu yang memperhatikan temannya diantar oleh seorang Ayah. Wajah mungil nan tampan itu berubah datar dan sedikit murung, seperti menyimpan rasa iri, tetapi tidak dapat berbuat apa-apa."Apa aku egois kalau hanya menuruti diriku sendiri? Aku ... dan hatiku belum sembuh. Tapi putraku sepetinya butuh sosok ayah," gumam Aldara.Ia bisa menghidupi Ryu seorang diri, tetapi jujur saja waktu menemani tumbuh kembang putranya harus terbagi.'Ryu tidak pernah mengatakan iri tentang temannya yang punya ayah. Tapi aku tahu maksud tatapan itu. Ah, kenapa juga Ryu jadi seperti itu?! Perasaan selama ini putraku baik-baik saja,' batinnya gelisah.Aldara kembali menghela napas kasar, detik berikutnya ia lantas berdiri
Sore ini, sebuah mobil mewah berhenti tepat di depan kediaman Aldara, seorang pria yang duduk di kursi kemudi tampak mengawasi suasana rumah itu dari luar. Sudah sepuluh menit lamanya, tetapi penghuni rumah tidak ada yang keluar."Apa aku langsung masuk saja?" gumam Alastair, ragu.Ia takut mengejutkan Aldara, tetapi kalau begini terus ia juga tidak akan mendapatkan apa-apa."Ah, aku langsung masuk saja, lah," ucap Alastair.Ia hendak menancap gas, tetapi urung saat tiba-tiba Ryu keluar dari gerbang rumah minimalis itu dengan mengendarai sepeda."Loh, Ryu mau ke mana?" gumamnya lagi sambil melepas sabuk pengaman.Alastair turun dari mobil dan menghadang jalan Ryu, membuat anak laki-laki itu terkejut. Namun, sejurus kemudian senyum merekah terbit di bibir Ryu yang tak ayal membuat Alastair turut mengulas senyum."Paman Alastair! Paman mengejutkanku saja," ucap Ryu dengan kekehan kecil."Maaf, Ryu. Paman sengaja langsung turun dari mobil. Nanti kalau paman memanggil kamu, takutnya kamu
Angin malam berhembus semakin kencang, udara terasa dingin menusuk kulit dan hujan juga belum kunjung reda sejak sore tadi."Loh, Ryu. Kamu bangun? Mau apa, Nak?" tanya Aldara yang langsung bangkit dan berjalan ke arah putranya.Ryu berjalan sempoyongan dengan tangan yang berpegang di tembok, kedua matanya masih terpejam seakan rasa kantuk memintanya untuk kembali tidur."Aku mau ke kamar mandi, Ma," ucap Ryu dengan suara lirih.Aldara langsung mengantarkan putranya, wanita itu menunggu di depan kamar mandi dan sesekali netranya menatap ke arah ruang tamu, tempat di mana Bibi Ayu melipat kardus.Tanpa sengaja pandangannya tertarik ke arah jendela, ia jadi penasaran apakah Alastair sudah pergi atau masih berdiri di pelataran rumahnya.CEKLEK! Pintu kamar mandi terbuka.Ryu keluar dan Aldara langsung mengantarkannya lagi ke kamar. Setelahnya ia kembali ke ruang tamu dan bergabung dengan Bibi Ayu."Bu, maaf. Laki-laki di depan itu ...." Ucapan Bibi Ayu menggantung begitu saja, tetapi kedu
Alastair merasa badannya sangat lemas, suhu tubuhnya sedikit naik meskipun tidak terlalu panas. Pria itu berusaha bangkit, ia hendak menuju mobil untuk mengambil baju ganti.Kakinya berjalan gontai keluar dari kamar, ia melihat Aldara sedang duduk di ruang tamu dengan melipat banyak kardus. Wanita itu tidak menoleh ke arahnya meskipun ia sempat memanggil, hanga Bibi Ayu yang melihatnya sebentar.Alastair langsung melanjutkan langkah menuju mobil, ia mengganti baju di dalam mobil dan mengkonsumsi vitaminnya untuk daya tahan tubuh. Setelahnya ia kembali masuk rumah dan mendudukkan diri si sofa ruang tamu."Terima kasih susah menolongku semalam, Ra," ucap Alastair dengan suara serak."Lain kali jangan melakukan sesuatu yang sekiranya akan merepotkan orang lain," sahut Aldara tanpa menoleh ke arah Alastair"Aku kemarin ingin sekali bertemu kamu, jadi aku nekat."Hening! Tidak ada sahutan dari Aldara, ia tetap fokus melipat kardus.Alastair memperhatikan seluruh sudut rumah ini, interiornya
Alastair masih berdiri di samping mobilnya, ia tahu pria yang merengkuh pinggang Aldara adalah Kenneth, salah satu kolega bisnisnya. Begitu juga dengan Kenneth yang mengenal Alastair, tetapi pria itu tidak berniat menyapa Alastair. Ia malah semakin merapatkan tubuhnya pada Aldara, batinnya tertawa puas saat melihat wajah merah padam Alastair."Ayo kita masuk, Dara," ucap Kenneth, menoleh ke arah Aldara.Tanpa menjawab sepatah katapun, Aldara langsung berbalik badan dan melenggang masuk ke dalam rumah. Kenneth menyusul setelahnya, sementara Alastair lekas masuk ke dalam mobil dan pergi dari bangunan rumah itu membawa perasaan kesalnya.Tangannya meraih ponsel dan menghubungi nomor Ernest, ia yakin pasti asisten pribadinya itu tahu tempat persembunyian Aldara selama ini."Nanti malam datang ke apartemenku. Ada hal penting yang mau aku bahas," ucap Alastair dan langsung mematikan sambungan telepon.Alastair sudah masa bodo dengan Ernest yang akan tahu kelakuannya terhadap Aldara di masa
Kediaman Aldara | Pagi Hari.Pagi ini Aldara disibukkan dengan Ryu yang akan mengikuti lomba mewarnai di ibu kota. Hari ini sudah terhitung tiga hari setelah kedatangan Alastair kala itu, Aldara mengira Alastair pasti juga sudah kembali ke ibu kota karena pria itu tidak lagi datang menemuinya.'Semoga kami tidak bertemu Alastair, Ya Tuhan. Sungguh! Aku tidak pernah sanggup untuk bertemu dengannya,' batin Aldara.Mobil yang dikendarai Kenneth sudah berhenti di depan sebuah hotel yang terletak di pusat kota, di gedung kesenian yang terletak di depan hotel ini lah tempat Ryu melaksanakan lombanya esok hari.Aldara melihat jam tangannya yang menunjukkan pukul dua belas siang, kemudian ia langsung turun sambil menggandeng putranya, sementara Kenneth mengekor dari belakang sambil menyeret koper."Tidak banyak yang berubah," gumam Aldara dengan suara lirih, tetapi Kenneth masih bisa mendengarnya."Ada apa, Ra?" "Ah, tidak ada apa-apa," jawab Aldara seraya menggelengkan kepala.Namun, wanita
Alastair menarik tangan Elle dan Virly untuk masuk melewati pintu lain, bukan pintu utama. Kedua wanita itu sempat berteriak panik, mereka bingung saat beberapa saat lalu Alastair menolak makan di sini, tetapi sekarang malah menarik ke restoran.Sementara itu Aldara hanya mampu diam terpaku dengan perasaan yang tidak karuan, ada sedikit trauma saat kembali melihat Elle dan Virly. Ia masih ingat betul bagaimana dua wanita itu dulu mencelakainya.'Mereka pergi bersama Alastair. Sepertinya benar kalau Alastair semakin dekat dengan Virly,' batin Aldara.Adara mengajak putranya untuk kembali ke kamar, ia beralasan kepalanya pusing dan nanti akan memesan makanan saja. Beruntung Ryu menurut tanpa protes sedikitpun.'Kalau Alastair dekat dengan Virly, kenapa dia masih mendatangiku?' batin Aldara lagi saat baru saja masuk ke dalam lift.Pandangannya kosong menatap lurus ke depan, membuat Ryu khawatir melihat wajah mamanya yang mulai memucat.Sementara Aldara masih sibuk memikirkan Alastair. 'T