Alastair merasa badannya sangat lemas, suhu tubuhnya sedikit naik meskipun tidak terlalu panas. Pria itu berusaha bangkit, ia hendak menuju mobil untuk mengambil baju ganti.Kakinya berjalan gontai keluar dari kamar, ia melihat Aldara sedang duduk di ruang tamu dengan melipat banyak kardus. Wanita itu tidak menoleh ke arahnya meskipun ia sempat memanggil, hanga Bibi Ayu yang melihatnya sebentar.Alastair langsung melanjutkan langkah menuju mobil, ia mengganti baju di dalam mobil dan mengkonsumsi vitaminnya untuk daya tahan tubuh. Setelahnya ia kembali masuk rumah dan mendudukkan diri si sofa ruang tamu."Terima kasih susah menolongku semalam, Ra," ucap Alastair dengan suara serak."Lain kali jangan melakukan sesuatu yang sekiranya akan merepotkan orang lain," sahut Aldara tanpa menoleh ke arah Alastair"Aku kemarin ingin sekali bertemu kamu, jadi aku nekat."Hening! Tidak ada sahutan dari Aldara, ia tetap fokus melipat kardus.Alastair memperhatikan seluruh sudut rumah ini, interiornya
Alastair masih berdiri di samping mobilnya, ia tahu pria yang merengkuh pinggang Aldara adalah Kenneth, salah satu kolega bisnisnya. Begitu juga dengan Kenneth yang mengenal Alastair, tetapi pria itu tidak berniat menyapa Alastair. Ia malah semakin merapatkan tubuhnya pada Aldara, batinnya tertawa puas saat melihat wajah merah padam Alastair."Ayo kita masuk, Dara," ucap Kenneth, menoleh ke arah Aldara.Tanpa menjawab sepatah katapun, Aldara langsung berbalik badan dan melenggang masuk ke dalam rumah. Kenneth menyusul setelahnya, sementara Alastair lekas masuk ke dalam mobil dan pergi dari bangunan rumah itu membawa perasaan kesalnya.Tangannya meraih ponsel dan menghubungi nomor Ernest, ia yakin pasti asisten pribadinya itu tahu tempat persembunyian Aldara selama ini."Nanti malam datang ke apartemenku. Ada hal penting yang mau aku bahas," ucap Alastair dan langsung mematikan sambungan telepon.Alastair sudah masa bodo dengan Ernest yang akan tahu kelakuannya terhadap Aldara di masa
Kediaman Aldara | Pagi Hari.Pagi ini Aldara disibukkan dengan Ryu yang akan mengikuti lomba mewarnai di ibu kota. Hari ini sudah terhitung tiga hari setelah kedatangan Alastair kala itu, Aldara mengira Alastair pasti juga sudah kembali ke ibu kota karena pria itu tidak lagi datang menemuinya.'Semoga kami tidak bertemu Alastair, Ya Tuhan. Sungguh! Aku tidak pernah sanggup untuk bertemu dengannya,' batin Aldara.Mobil yang dikendarai Kenneth sudah berhenti di depan sebuah hotel yang terletak di pusat kota, di gedung kesenian yang terletak di depan hotel ini lah tempat Ryu melaksanakan lombanya esok hari.Aldara melihat jam tangannya yang menunjukkan pukul dua belas siang, kemudian ia langsung turun sambil menggandeng putranya, sementara Kenneth mengekor dari belakang sambil menyeret koper."Tidak banyak yang berubah," gumam Aldara dengan suara lirih, tetapi Kenneth masih bisa mendengarnya."Ada apa, Ra?" "Ah, tidak ada apa-apa," jawab Aldara seraya menggelengkan kepala.Namun, wanita
Alastair menarik tangan Elle dan Virly untuk masuk melewati pintu lain, bukan pintu utama. Kedua wanita itu sempat berteriak panik, mereka bingung saat beberapa saat lalu Alastair menolak makan di sini, tetapi sekarang malah menarik ke restoran.Sementara itu Aldara hanya mampu diam terpaku dengan perasaan yang tidak karuan, ada sedikit trauma saat kembali melihat Elle dan Virly. Ia masih ingat betul bagaimana dua wanita itu dulu mencelakainya.'Mereka pergi bersama Alastair. Sepertinya benar kalau Alastair semakin dekat dengan Virly,' batin Aldara.Adara mengajak putranya untuk kembali ke kamar, ia beralasan kepalanya pusing dan nanti akan memesan makanan saja. Beruntung Ryu menurut tanpa protes sedikitpun.'Kalau Alastair dekat dengan Virly, kenapa dia masih mendatangiku?' batin Aldara lagi saat baru saja masuk ke dalam lift.Pandangannya kosong menatap lurus ke depan, membuat Ryu khawatir melihat wajah mamanya yang mulai memucat.Sementara Aldara masih sibuk memikirkan Alastair. 'T
Virly mengendap-endap mengikuti Alastair yang baru saja keluar dari lift, sesekali ia akan bersembunyi di balik pot bunga besar agar tidak ketahuan.'Mau ketemu siapa, sih?!' batin Virly.Ia fokus memperhatikan Alastair yang berhenti di depan pintu sebuah kamar, tampak pria itu mengetuk-ngetuk pintu untuk beberapa detik.Hingga akhirnya pintu itu terbuka dan keluarlah seorang wanita cantik yang masih sangat Virly kenali.'A-Aldara ....' detak jantung wanita itu naik sekian kali lipat, tubuhnya terpaku dengan mulut melongo.Tidak percaya kalau Aldara menampakkan diri di hadapannya lagi setelah beberapa tahun ini. Pantas saja Alastair tidak pernah melihatnya, pikir Virly.Kedua tangannya terkepal, ia langsung berbalik badan dan berniat mengadukan semuanya kepada kepada Elle. Namun, karena tidak terlalu melihat sesuatu yang ada di depannya, Virly menabrak petugas hotel dan hal itu sontak saja menarik perhatian Alastair."Virly, tunggu ...!" Alastair mengejar Virly yang berlari hendak mas
"Kamu baik-baik saja, Ra?" tanya Kenneth yang sontak membuat wanita itu tersentak. "Aku baik. Kenapa memangnya?" Aldara balik bertanya. "Tidak apa-apa, soalnya kamu kelihatan lesu begitu. Aku khawatir kalau kamu kenapa-napa," jelas Kenneth. Aldara mengulas senyum tipis. Bagaimana bisa orang lain tahu kegundahannya? Padahal ia sudah mati-matian menyembunyikan semuanya. "Aku hanya lelah. Nggak tahu kenapa tiba-tiba pusing," gumam Aldara dengan suara lirih Kenneth hanya mengangguk, hingga akhirnya langkah mereka tiba di depan kamar. Aldara langsung masuk bersama Ryu, sementara Kenneth membawa langkah ke ujung lorong dan duduk di sebuah sofa panjang yang ada di depan salah satu kamar hotel. Sesekali Kenneth akan menoleh ke arah pintu kamar Aldara, berharap wanita itu tidak keluar, atau semua rencananya akan hancur. Dua puluh menit menunggu, akhirnya pintu kamar hotel terbuka. Kenneth langsung bangkit dari duduk dan netranya langsung beradu pandang dengan Alastair. "Selamat siang,
Alastair terkekeh geli di dalam mobilnya, ia membayangkan pasti saat ini Aldara sangat kesal. Namu, apa pedulinya? Yang ada ia malah semakin senang."Kau bahagia setelah bertemu Aldara?" tanya Raymond."Tentu, Ray. Aku sudah menunggu hari ini dari lama, dan aku tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan."Raymond mengulas senyum, tidak lama kemudian waktu itu berhenti di depan sebuah gedung apartemen mewah. Alastair segera turun dan melangkah masuk menuju unitnya.Yeah, pria itu sengaja berbohong saat di lift tadi untuk mengetes reaksi Aldara. Dan terbuka kalau Aldara masih ada sedikit rasa cemburu, sehingga hal itu juga yang membuat Alastair berani mengirimkan uang.Alastair mendudukkan diri di sofa, ia mengeluarkan ponselnya yang ada di dalam saku jas dan mendapati sebuah pesan dari warganya yang berprofesi sebagai dokter.[Hasil tes DNA nya sudah keluar, Al. Kau bisa mengambilnya nanti.]Pesan itu mengundang senyum lebar di bibir Alastair, tanpa berlama-lama lagi ia segera mandi dan me
Alastair melihat Aldara yang tergelatak gelisah di atas ranjang tanpa sehelai benang pun yang melekat di tubuhnya, bibir tipis itu meracau tidak jelas. Sementara Kenneth berdiri di samping ranjang dengan bertelanjang dada."P-Pak Alastair," gumam Kenneth dengan suara gugup.Tanpa menyahut, Alastair langsung menghampiri Kenneth dan mendaratkan satu bogeman mentah di wajah itu."Aaargh ...!" teriak Kenneth saat tubuhnya limbung ke lantai.Kenneth memegangi pipinya yang terasa sakit, matanya membelalak saat mendapati darah segar mengalir dari hidungnya."Kau sudah berani menyentuh Aldara, hah?! Dapat keberanian dari mana!"BUGH!BUGH!Alastair menendang tepat di ulu hati Kenneth, membuat pria itu memuntahkan seteguk darah yang langsung membasahi badan dan lantai kamar hotel ini."A-Ampun," bisik Kenneth.Namun, Alastair masih belum puas. Ia mengambil posisi jongkok dan menarik rambut Kenneth dengan kuat, tanpa peduli teriakan kesakitan dari Kenneth."Pria lemah sepertimu sok menjadi peli