Home / Romansa / Sekretaris Kesayangan CEO / Bab 112. Di Pelukan Suami

Share

Bab 112. Di Pelukan Suami

Author: Rich Mama
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56
Reina merasa cemas. “Mama, sepertinya Pak Regan lembur lagi di kantor. Reina akan mengirim pesan untuk memastikannya.”

Reina mengirim pesan kepada Regan. Beberapa saat kemudian balasan dari suaminya masuk.

[Maaf, Sayang. Pekerjaan di kantor sangat banyak. Aku harus lembur. Mungkin aku akan pulang larut malam.]

Reina merasakan sedikit kekhawatiran. Dia tahu bahwa pekerjaan Regan sebagai CEO memang menuntut banyak waktu, tetapi dia tidak bisa mengabaikan perasaan rindu yang mulai menyerang.

“Pak Regan lembur di kantor. Mungkin akan pulang larut malam,” ucap Reina kepada Olivia.

Olivia mengangguk mengerti. “Tidak apa-apa, Reina. Pekerjaannya memang berat. Kamu istirahat saja dulu.”

Reina memutuskan untuk menunggu Regan di ruang tamu. Dia tidak ingin tidur tanpa memastikan suaminya pulang dengan selamat.

Sementara itu di kantor, Regan dan Amel sedang sibuk menyelesaikan laporan keuangan yang harus diserahkan ke dewan direksi.

Amel mencoba menjaga jarak profesional, tetapi sesekali
Rich Mama

Sweet kan......

| Like
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Sekretaris Kesayangan CEO   Bab 113. Manis

    Hari demi hari Regan selalu pulang larut malam. Hal itu menimbulkan kecurigaan dalam benak Reina.Ia berusaha mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang aktivitas Regan di kantor.Tetapi di sisi lain, Reina merasa senang karena kondisi Mama Olivia semakin membaik. Dan suasana di rumah menjadi lebih ceria. Malam itu saat sedang di rumah, Regan berusaha menghindari pembicaraan tentang kantor. Ia lebih banyak diam.Sebenarnya Regan merasa bersalah kepada Reina. Tetapi ia juga tahu bahwa saat ini dirinya sedang membutuhkan bantuan seorang sekretaris.Reina sedang menyiapkan makan malam saat Regan hendak ke kamarnya. Wanita itu merasakan ada sesuatu yang mengganggu suaminya.“Bagaimana pekerjaan hari ini, Pak Regan?” tanya Reina dengan lembut.“Banyak pekerjaan seperti biasa. Tidak ada yang istimewa. Bagaimana keadaan Mama?” jawab Regan mengalihkan topik pembicaraan.“Mama semakin membaik. Terima kasih sudah mengizinkan Dokter Morgan untuk terus memeriksa Mama.” Reina tersenyum lalu mem

  • Sekretaris Kesayangan CEO   Bab 114. Menebus Rasa Bersalah

    Amel tersenyum tipis. Ia mendekat dengan berkas di tangannya. Wanita itu kemudian duduk di kursi di depan meja Regan. “Bagian ini, Pak Regan.” Amel menunjuk pada satu paragraf. “Saya tidak yakin bagaimana cara menafsirkannya.” Regan melihat lebih dekat. Tetapi Amel memanfaatkan momen itu untuk menatap Regan dari jarak dekat. Ia berharap kedekatan fisik ini akan membuat Regan lebih mudah digoda.“Ini tentang proyek yang sedang berjalan. Angka-angka ini menunjukkan progresnya,” jelas Regan.“Terima kasih, Pak Regan. Bapak sangat baik hati.”Regan mengangguk tanpa banyak bicara. Ia berusaha mencari cara agar Amel segera pergi dari ruangannya. Tetapi sebelum Regan bisa mengatakan sesuatu, telepon di mejanya berbunyi. Hal itu merupakan kesempatan bagus baginya.“Maaf, saya harus mengangkat telepon ini,” ucap Regan.Amel merasa kecewa. Tetapi ia tidak punya pilihan lain selain meninggalkan ruangan CEO itu. Siang itu saat kantor sudah mulai sepi karena karyawan sedang beristirahat, Amel

  • Sekretaris Kesayangan CEO   Bab 115. Melakukannya Sekali Lagi?

    Regan memandang Reina dengan penuh penyesalan. Ia tidak mau jika ada pertengkaran di antara mereka. Meski CEO tampan itu tahu bahwa semua ini memang salahnya. Reina tersenyum lembut melihat kesungguhan pada kedua mata suaminya. Hati wanita itu sedikit lega mendengar kata-kata Regan. “Reina hanya menginginkan kejujuran dan perhatian Pak Regan. Itu sudah lebih dari cukup.” Regan mengangguk mengerti. “Baiklah, Sayang. Sekali lagi, maafkan aku ya?” Reina tersenyum kembali. Kemudian ia menyentuh pipi suaminya dengan lembut. “Ngomong-ngomong Reina sebenarnya datang ke sini atas perintah Mama. Mama sudah mau ditinggalkan sendiri di rumah. Mama sudah kuat dan mandiri sekarang.” “Itu kabar yang baik, Sayang. Berarti kita bisa merencanakan sesuatu yang spesial.” Regan merangkul pundak Reina dengan penuh semangat. “Sesuatu yang spesial?” ulang Reina sambil menatap suaminya dengan penuh harap. “Bagaimana kalau hari ini kita makan malam di sebuah restoran? Untuk quality time kita. Dan hitu

  • Sekretaris Kesayangan CEO   Bab 116. Mendekatinya

    Kedua mata Reina melotot tajam. Tetapi akhirnya ia hanya bisa pasrah dan menganggukkan kepalanya. Sementara di ruangannya, Amel berjalan mondar-mandir tak tenang. Ia penasaran apa yang sedang dilakukan Regan dan Reina di dalam ruangan CEO. Setelah beberapa saat Amel memutuskan untuk diam-diam membuka pintu ruangan CEO dan mengintip ke dalam. Pemandangan yang ia lihat membuat hatinya berdesir. Ruangan itu sudah sangat berantakan. Pakaian berserakan di lantai dan ia bisa mendengar suara desahan dan lenguhan dari dalam ruangan pribadi Regan. Amel berjalan perlahan, mengikuti jejak pakaian Reina yang berserakan di lantai. Setiap langkah kakinya semakin menambah perasaan cemburu dan sakit hati di hatinya. Saat dia mendekati ruangan pribadi Regan, suara desahan semakin jelas terdengar. Amel merasa dadanya sesak. Melihat betapa intimnya hubungan Regan dan Reina. Amel merasakan kebencian yang membara di hatinya. “Lihat saja, Reina. Apa yang akan aku lakukan kepada Regan nanti,” gumamny

  • Sekretaris Kesayangan CEO   Bab 117. Terasa Berat

    Suara itu sangat familiar. Membuat Reina mengangkat wajahnya. Di depan matanya berdiri Leon yang terlihat mengkhawatirkan dirinya. “Leon...?” Reina hampir tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Leon segera melepas jaketnya dan menaruhnya di bahu Reina. Mencoba melindungi wanita itu dari hujan. Meski kenyataannya Reina sudah terlanjur basah. “Kenapa kamu di sini sendirian dan basah kuyup seperti ini? Kamu bisa sakit, Reina.” Reina menggigil. Baik karena dingin maupun perasaan campur aduk di dalam hatinya. “A–aku ... aku hanya butuh waktu sendirian, Leon.” Leon yakin jika terjadi sesuatu di antara Reina dan Regan. Leon menggelengkan kepalanya. Ia merasa prihatin. “Ayo, kita masuk ke mobil. Kamu bisa menghangatkan diri di sana.” Leon membantu Reina berdiri dan membawanya ke dalam mobilnya yang hangat. Setelah mereka masuk, Leon menyalakan pemanas dan memberikan handuk kecil yang dia temukan di mobilnya. “Keringkan dirimu sebentar. Kamu tidak bisa terus seperti ini.” Rein

  • Sekretaris Kesayangan CEO   Bab 118. Merasa Lebih Baik

    Regan duduk di meja kerja. Pandangannya terfokus pada layar monitor di depannya. Setelah insiden yang melibatkan Amel, ia merasa harus mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Dengan tangan yang sedikit gemetar, Regan membuka rekaman CCTV di ruang CEO. Ia berharap menemukan jawaban atas kejadian tadi malam. Namun saat Regan memutar rekaman tadi malam, layar hanya menunjukkan gambar hitam. Waktu di sudut layar terus berjalan, tetapi tidak ada apa-apa yang terekam. Regan memutar ulang rekaman itu beberapa kali, tetapi hasilnya tetap sama. “Sepertinya CCTV ini sengaja dimatikan pada saat itu.” Regan merasa kesal dan frustrasi. Ia sadar bahwa seseorang telah merencanakan ini dengan sangat rapi. “Sial! Aku tidak pernah memikirkan tentang kejadian seperti ini sebelumnya. Amel sangat licik. Pasti dia sengaja menjebakku dan merencanakan hal ini sejak lama.” Regan menghembuskan napas kasar. Tidak ada bukti yang bisa menunjukkan apa yang sebenarnya terjadi antara dirinya dan

  • Sekretaris Kesayangan CEO   Bab 119. Melindungi Reina

    [Permainan baru saja dimulai, Regan. Bersiaplah untuk menghadapi kehancuran.]Regan tidak terpengaruh oleh ancaman melalui pesan itu. Ia tahu masalah dengan pengancam bernama “Shadow Phoenix” belum selesai. Tetapi Regan tidak ingin ambil pusing. Sekarang ia lebih fokus menyelesaikan masalah pribadinya.Regan meletakkan ponselnya dan memandangi wajah Reina yang sudah terlelap. Tubuhnya masih terasa lelah, tetapi ia tahu bahwa ia harus menyelesaikan banyak pekerjaan.“Sudahlah. Lebih baik aku kerjakan esok pagi saja. Malam ini aku harus menjaga istriku. Aku tidak mau Reina mengigau kembali.”Regan pun memilih untuk berbaring di samping istrinya. Lelaki tampan itu mengelus lembut kepala Reina. Hingga lama-lama ia pun memejamkan kedua matanya dan terlelap bersama malam yang begitu dingin.Esok harinya ketika Reina masih tidur, Regan bersiap untuk pergi ke kantor lebih awal tanpa sarapan.Sebelum berangkat, ia meninggalkan pesan di meja samping tempat tidur Reina.[Sayang, aku pergi ke kan

  • Sekretaris Kesayangan CEO   Bab 120. Tidak Mau Kehilangan

    Selama beberapa hari Amel tidak masuk kerja. Ketidakhadirannya membuat suasana kantor semakin tegang. Regan memutuskan untuk menemui Amel di rumahnya saat jam makan siang. Ia juga membawakan beberapa makanan untuk keluarga Danny. Regan mencoba menyelesaikan masalah secara langsung. Ia tahu harus berhati-hati karena situasi bisa dengan mudah berbalik melawannya. Regan tiba di rumah Amel dan mengetuk pintu. Danny yang membukakan pintu, terlihat bingung melihat kedatangan Regan. Apalagi lelaki itu hanya datang seorang diri. Tanpa Reina di sisinya. “Regan, ada apa datang ke sini? Reina mana? Kok nggak diajak?” tanya Danny dengan nada penasaran. “Saya ingin bicara dengan Amel tentang pekerjaannya, Ayah. Apakah Amel belum cerita jika selama ini ikut bekerja di perusahaan Regan?” jawab Regan balik bertanya. Linda muncul di belakang Danny. Menatap Regan dengan penuh rasa curiga. “Kenapa kamu tidak bicara di kantor saja?” Regan mencoba tersenyum meski hatinya penuh kecemasan. “Ini masa

Latest chapter

  • Sekretaris Kesayangan CEO   Spesial Part

    Hari pernikahan Xavier dan Karin telah tiba. Udara pagi terasa segar dan cerah, seakan menyambut kebahagiaan yang akan segera berlangsung. Keluarga dan sahabat berkumpul di sebuah taman indah yang telah dihias dengan bunga-bunga warna-warni dan lampu-lampu gemerlapan. Suasana penuh dengan tawa dan senyum. Regan dan Reina tiba lebih awal bersama bayi kembar mereka, Alana dan Bianca, yang tertidur pulas di kereta dorong. Mereka disambut oleh Olivia dan Danny yang sudah tak sabar menantikan momen bahagia itu. “Aku tak percaya Xavier akhirnya menemukan kebahagiaan bersama Karin,” ucap Reina dengan mata berkaca-kaca. “Dia memang pantas mendapatkannya,” jawab Regan sambil tersenyum, merangkul Reina yang terlihat anggun dalam gaun biru muda. “Kita semua pantas bahagia.” Tak lama kemudian, para tamu mulai berdatangan. Leon, mantan pacar Reina dan Karin juga hadir dengan pasangan barunya. Mereka tampak sangat bahagia, saling berpegangan tangan dan tertawa bersama. Leon menghampiri Reg

  • Sekretaris Kesayangan CEO   Bab 175. Hari Yang Dinanti

    Tanpa disangka, suatu hari Regan menemukan fakta baru yang mengejutkan. Saat itu, dia sedang bekerja di ruangannya. Berkas-berkas tersebar di atas meja ketika ponselnya berdering. Panggilan itu berasal dari salah satu anak buah kepercayaannya. “Ada apa, Roni?” tanya Regan sambil menyandarkan punggungnya ke kursi. “Ada perkembangan baru, Pak Regan. Kami berhasil melacak beberapa transaksi mencurigakan yang berhubungan dengan Shadow Phoenix. Dan yang mengejutkan, ada keterlibatan Alex Ricardo di dalamnya,” lapor Roni. Regan terdiam sejenak, mencerna informasi tersebut. “Apa kamu yakin? Alex Ricardo? Bukankah dia masih berada di dalam penjara?” “Betul, Pak. Tapi tampaknya dia masih mengendalikan beberapa hal dari dalam penjara. Kami menemukan bukti bahwa beberapa anak buahnya masih menjalankan perintahnya dan menggunakan nama Shadow Phoenix untuk menyamarkan identitas asli mereka,” jelas Roni. Regan merasakan darahnya mendidih. “Teruskan penyelidikannya, Roni. Dan pastikan ki

  • Sekretaris Kesayangan CEO   Bab 174. Berulang Kali

    Tanpa terasa, usia kehamilan Reina sudah memasuki trimester ketiga. Perutnya semakin membesar, membuatnya sulit menemukan posisi tidur yang nyaman. Setiap malam menjadi tantangan baru bagi Reina. Sementara Regan berusaha sebaik mungkin untuk membuat istrinya merasa nyaman dan bisa tidur nyenyak. Malam itu setelah mencoba berbagai posisi tidur dan tidak menemukan yang pas, Reina merasa frustasi. Ia berguling-guling di tempat tidur sambil menghela napas panjang. Regan yang melihatnya merasa kasihan dan ingin membantu. “Ada yang bisa aku lakukan, Sayang?” tanya Regan lembut. Ia duduk di tepi tempat tidur dan mengelus rambut istrinya. Reina menggeleng lemah. “Aku tidak tahu, Pak Regan. Aku sudah mencoba semua posisi tapi tetap saja tidak nyaman. Perutku terlalu besar.” Regan berpikir sejenak, lalu tersenyum. “Bagaimana kalau kita coba sesuatu yang baru? Tunggu sebentar.” Ia keluar dari kamar dan kembali dengan bantal-bantal tambahan. “Ayo, kita coba dengan bantal-banta

  • Sekretaris Kesayangan CEO   Bab 173. Tidak Punya Kekasih

    Pagi itu di kantor, suasana di ruang CEO terasa lebih sibuk dari biasanya. Regan tengah tenggelam dalam tumpukan dokumen dan panggilan telepon yang tak henti-hentinya. Di luar ruangan, para karyawan tampak sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Sedangkan Reina pergi ke toilet sebentar untuk menyegarkan diri. Saat Reina keluar dari ruangan, pintu lift terbuka dan dua orang masuk ke lantai itu. Claudia dan Xavier melangkah dengan hati-hati menuju kantor CEO. Claudia tampak sedikit gugup, sementara Xavier berusaha tampak tenang meskipun jelas terlihat gelisah. Mereka mengetuk pintu dan menunggu sebentar sebelum mendengar suara Regan dari dalam yang mempersilakan mereka masuk. Ketika pintu terbuka, Claudia dan Xavier masuk dengan hati-hati. Regan yang tadinya duduk di balik mejanya langsung berdiri. Ekspresi wajahnya berubah dari fokus keheranan. “Mama Claudia? Xavier? Apa yang membawa kalian berdua datang ke sini?” tanya Regan dengan nada sedikit terkejut. Claudia mendekat de

  • Sekretaris Kesayangan CEO   Bab 172. Jangan Bersedih

    Saat kehamilan Reina menginjak usia lima bulan, Regan memutuskan untuk mengajak Reina jalan-jalan di taman kota. Hari itu cerah, dengan langit biru dan angin sepoi-sepoi yang membuat suasana terasa sejuk. Reina tampak sangat bahagia, mengenakan gaun hamil berwarna pastel yang membuat perutnya yang semakin membesar terlihat menawan. Regan tak henti-hentinya tersenyum, menikmati momen kebersamaan mereka. Mereka berjalan-jalan sambil menikmati pemandangan taman yang indah. Banyak anak-anak bermain di taman bermain, pasangan-pasangan duduk di bangku menikmati suasana, dan para pedagang menjajakan makanan ringan di kios-kios kecil di sepanjang jalan setapak. “Ini hari yang sangat indah, ya?” ungkap Reina sambil menggenggam tangan Regan erat. “Ya, benar-benar indah,” jawab Regan, menatap istrinya dengan penuh cinta. “Aku senang kita bisa meluangkan waktu bersama seperti ini.” Mereka melanjutkan berjalan, berhenti sesekali untuk melihat bunga-bunga yang sedang mekar dan menikmati

  • Sekretaris Kesayangan CEO   Bab 171. Nama Yang Indah

    Kehamilan Reina telah memasuki usia empat bulan dan perutnya mulai terlihat membesar. Setiap hari Regan semakin takjub melihat perubahan pada tubuh istrinya dan merasa tidak sabar untuk menyambut kehadiran anak mereka. Pagi itu Regan memutuskan untuk membawa Reina ke klinik untuk melakukan USG. “Sayang, hari ini kita akan ke klinik untuk melihat bayi kita,” ucap Regan dengan senyum lebar. Reina tersenyum bahagia, merasa tak sabar untuk melihat perkembangan bayinya. “Aku tidak sabar, Pak Regan. Pasti mereka sudah semakin besar sekarang.” Regan mengangguk. "Aku juga sangat bersemangat. Ayo kita bersiap-siap." Setelah bersiap-siap, mereka berdua berangkat ke klinik dengan penuh semangat. Dalam perjalanan, mereka terus berbicara tentang rencana masa depan dan bagaimana mereka akan merawat anak mereka. Regan menggenggam tangan Reina dengan erat, memberikan rasa tenang dan nyaman. Sesampainya di klinik, mereka disambut oleh dokter dan perawat yang ramah. “Selamat pag

  • Sekretaris Kesayangan CEO   Bab 170. Merasa Aman

    Reina berdiri di dekat jendela kamar, menatap ke luar dengan pandangan kosong. Matanya menyapu pemandangan yang indah, tetapi pikirannya jauh dari sana. Di luar, matahari mulai terbenam, menyinari langit dengan warna-warna keemasan, tetapi dalam hati Reina, ada kegelapan yang sulit hilang. Regan, yang baru saja selesai menutup laptopnya setelah bekerja seharian dari rumah mulai memperhatikan istrinya. Ia berjalan mendekat dan dengan lembut meletakkan tangannya di bahu Reina. “Ada apa, Sayang?” tanyanya dengan suara penuh perhatian. Reina tersentak dari lamunannya dan menoleh ke arah Regan. “Aku masih memikirkan Kak Amel,” jawabnya dengan suara lirih. “Aku merasa bersalah dan cemas tentang apa yang terjadi padanya.” “Sayang, kamu sudah melakukan yang terbaik. Kadang-kadang, kita tidak bisa mengendalikan semua yang terjadi di sekitar kita. Apa yang terjadi pada Amel adalah akibat dari pilihannya sendiri.” “Tapi, aku tetap merasa harus melakukan sesuatu,” lanjut Reina dengan nad

  • Sekretaris Kesayangan CEO   Bab 169. Selalu Ada Untukmu

    Linda dan Amel tampak berjalan menuju mereka. Kehadiran dua orang itu seakan membawa aura negatif. Amel, dengan tatapan jahat, mulai merencanakan sesuatu yang licik terhadap Reina. Linda dan Amel berpura-pura bergabung dengan kebersamaan keluarga Danny, tapi Amel dengan hati-hati mendekati Reina yang sedang berjalan di atas bebatuan. Amel mengatur langkahnya agar Reina terpeleset di atas batu licin. Namun, rencana jahat itu berbalik. Saat Amel mendorong Reina, dirinya sendiri yang kehilangan keseimbangan. Amel terjatuh keras di atas batu tajam. Semua orang terkejut dan bergegas menghampiri. Linda berteriak panik, “Amel! Apa yang terjadi?!” Regan, yang melihat situasi tersebut, segera memanggil bantuan. Amel tampak mengalami pendarahan hebat. Regan memeluk Reina erat-erat, memastikan dia baik-baik saja. “Kamu tidak apa-apa, Sayang?” tanyanya dengan penuh kekhawatiran. Reina mengangguk. “Aku baik-baik saja, Pak Regan. Tapi Kak Amel ... dia tampak sangat parah.” Ambulans segera

  • Sekretaris Kesayangan CEO   Bab 168. Mencelakai Reina

    Liburan keluarga besar ke pantai adalah momen yang ditunggu-tunggu oleh seluruh anggota keluarga. Reina dan Regan memang telah merencanakan hal itu jauh-jauh hari. Hanya saja baru terealisasi saat ini. Dengan persiapan yang matang, mereka berangkat dari rumah dengan semangat tinggi. Olivia, Bi Nita, Danny, Rafa, Alya, dan Bi Siti bergabung dalam perjalanan tersebut, ikut memastikan tidak ada yang tertinggal. Mereka membawa perbekalan lengkap, termasuk makanan, minuman, mainan pantai, dan berbagai kebutuhan lainnya. Sesampainya di pantai, suasana langsung berubah menjadi ceria. Mereka menata tempat dengan menyiapkan tenda, menggelar tikar, dan menata makanan piknik. Rafa dan Alya segera berlari ke air, bermain dengan ombak dan tertawa riang. Danny dan Bi Siti membantu Olivia dan Bi Nita menyiapkan makanan. Regan dan Reina berkeliling, memastikan semuanya tertata dengan baik. “Ayah, jangan terlalu jauh, ya!” teriak Reina sambil melambai ke arah Danny yang sedang membawa ko

DMCA.com Protection Status