Sebentar lagi akan siang hari. Namun, kenapa Agatha tak keluar kamar juga, apa itu terjadi karena kejadian semalam? Lantas Bagaimana dengan pekerjaan Agatha sedangkan sejak tadi Angga terus saja menelepon dirinya. "Kenapa Agatha tak keluar kamar, bagaimana jika Angga bertanya nanti? Tak mungkin aku memberitahukan kalau Agatha marah karena hal itu," ucapnya dengan bingung karena Angga sebentar lagi akan datang ke sini untuk menjemput Agatha sedangkan Agatha sejak tadi tak keluar kamar."Nenek, Mama Agatha mana? Hago ingin makan dengannya," ucap Hago dengan berjalan mendekati nenek Agatha."Sepertinya Mama kamu sedang kelelahan, jadi jangan ganggu dia dulu ya sayang!" jawab sang nenek dan untungnya Hago adalah anak yang mudah mengerti."Kalau begitu Hago nonton dulu sambil menungggu makanan yang Nenek buat," ucapnya tersenyum gemas dan pergi menuju ruang keluarga.Rumah Agatha yang hanya te
Hari pertama kerja yang merupakan hari terburuk bagi Agatha, bahkan dia mengutuk dirinya sendiri karena telah menerima tawaran pekerjaan ini, jika boleh meminta mungkin dirinya lebih baik menganggur dari pada bertemu dengan seseorang di masa lalunya. "Arghhh... gila kali ya tuh Boss, masa di hari pertama aku sudah diperlakukan seperti budak?" ucapnya dengan kesal sambil membuatkan kopi sesuai dengan perintah bosnya tadi. Entah sudah berapa kopi yang dia buat dan sudah berapa kali banyaknya dia menginjakkan kaki di tempat ini. Wajahnya yang menekuk karena baginya ini semua adalah sebuah bencana. Setelah dia selesai membuatkannya dan langsung saja dia kembali ke ruangan bosnya untuk memberikan kopi tersebut. Entah sudah berakhir atau mungkin dirinya harus kembali membuat kopi lagi karena alasan tak masuk akal yang keluar dari mulut seorang Seno. Dengan wajah yang memerah dan tangan kanan kiri diam-diam terkepal Agatha memasuki ruangan. "Ini kopi sesuai dengan permintaan Bapak," ucap
Bodoh! Itulah yang saat ini menggambarkan diri Agatha, dirinya menjadi berpikiran kotor karena rumor mengenai Pak Seno. Dan Agatha harus menghilang dari bumi karena rasa malunya.Bugh!Bugh!Kepalanya yang dia benturkan pada atas meja dengan pelan namun lama-kelamaan terasa begitu sakit. "Arghhhh... kenapa aku harus menciumnya si?" ucap Agatha dengan menyesali perbuatan yang dia lakukan tadi. Sudah tentu dirinya akan dipecat karena tindakan tidak sopan yang dia lakukan tadi, dan mengingat kejadian beberapa menit yang lalu membuat Agatha menangis malu."Bapak mau apa?" tanya Agatha yang masih dalam posisi sama, dia tak bergerak sedikit pun ketika Pak Seno berjalan mendekati dirinya.Bahkan ketika Pak Seno berdiri dihadapannya Agatha terdiam. "Kenapa kamu harus bertanya Agatha? Jika saya berada dengan jarak sedekat ini apa yang akan saya lakukan?" tanya Pak Seno yang justru memberikan pertanyaan pada Agatha.Agatha tak tahu harus jawab apa dan yang saat ini ada dipikirannya adalah kalau
Pikiran Agatha tak pernah tenang, dia memikirkan bagaimana Pak Seno tadi menyentuh tubuhnya walau itu tak sengaja karena tadi rupanya bosnya itu ingin membantu resleting gaun Agatha yang belum sampai atas. Namun karena sentuhan itu justru membuat Agatha selalu saja membayangkan hari pertama mereka bertemu dulu. "Butuh tumpangan?" tanya seseorang pria yang tidak dia kenal. Seorang wanita cantik yang tadi tengah menunggu bus datang namun tiba-tiba saja kedatangan seorang pria tampan dan kaya dengan menggunakan mobil mewah. Walau wajah pria itu terlihat seseorang yang suka merayu para wanita atau lebih tepat dikenal playboy namun jika dilihat-lihat dengan baik lagi pria itu adalah orang yang baik dan karena sudah meyakinkan dirinya sendiri membuat Agatha mengangguk menerima tawaran pria yang tidak dia kenal itu. Selama perjalanan Agatha tak banyak bicara, dia hanya diam dan yang terus berbicara adalah pria yang saat ini duduk di sampingnya itu. "Kamu mau pergi kemana?" tanyanya. "Sa
Memang belum berdiskusi sebelumnya sehingga jawaban yang seharusnya tidak diucapkan justru terucap. Agatha gugup karena mulutnya yang dengan mudah sekali berbicara jujur seperti tadi. Dia bingung bagaimana dirinya harus menjelaskan apa yang telah dia ucapkan tadi, Agatha hanya bisa memandangi Pak Seno berharap kalau bosnya itu membantunya karena saat ini hubungan mereka menjadi sepasang kekasih. "Jadi kamu pernah tidur dengan seorang pria? Lalu apa putra saya mengetahuinya?" tanya Ayah Pak Seno. "Ayah sudah cukup! Maksudnya Akira dia pernah tidur dengan seorang pria dan pria itu aku Ayah," jawab Seno dengan menatap Agatha yang kini mengangguk. Nafas lega terdengar setelah mengetahui semua perkataan Pak Seno, baru saja dia tadi ingin marah besar karena putranya Seno membawa seorang wanita murahan ke dalam keluarga. Mereka semua kembali menikmati makanan dan setelah selesai semuanya berakhir. Agatha sudah tak menjawab kembali pertanyaan-pertanyaan yang membuat jantungnya berdetak.
Entah sudah berapa banyak tisu yang dia habiskan hanya untuk menghapus air matanya yang mengalir tak henti-henti. Wajahnya yang membengkak begitu juga dengan kedua matanya. Rambutnya tak beraturan bahkan dia terlihat sangat lusuh. Kesengsaraan yang terjadi dalam hidupnya disebabkan oleh pria yang sama. Bukan hanya menjadi seorang pembunuh Ibunya namun pria itu juga pernah merebut mahkota berharga Agatha sehingga membuat Agatha terpaksa mengambil sebuah keputusan yang salah. "Hiks... hiks... seharusnya aku mencari tahu siapa dia," ucapnya menyesal menerima tawaran seorang Kakek-kakek yang sempat dia bantu saat itu. Seolah-olah hari yang selalu saja Agatha lewati memiliki sebuah kesialan yang datang tanpa diundang. Tok! Tok! "Agatha keluar ada yang ingin berbicara dengan kamu!" ucap seseorang mengetuk-ngetuk pintu kamar milik Agatha. "Aku sedang tak ingin bicara Nek," jawab Agatha dari dalam kamarnya. Dia tak ingin ada yang melihat kondisi rapuhnya karena kehilangan sang Ibu saat
Dia masih saja diam membisu dalam kamarnya dengan Pak Seno yang setia menatap untuk menunggu jawaban Agatha. Apa yang harus Agatha katakan? Dia memang berencana mengatakan sejujurnya namun bagaimana jika nanti Pak Seno justru menganggap dirinya bohong. "Kenapa tak menjawab saya Agatha?" tanya Pak Seno dengan bentakan yang membuat Agatha terkejut. "Bapak tahu kan Ibu saya meninggal dunia dan semua karena Bapak. Mau tahu kenapa?" tanya Agatha yang justru memilih untuk menjawab pertanyaan sebelumnya dan semoga saja Seno lupa akan pertanyaan yang baru saja diucapkan. "Kenapa?" tanyanya dengan wajah yang datar. "Kenapa Bapak tak mengangkat telepon saya tadi malam? Bapak tahu tidak kalau itu adalah hal yang penting, saya ingin menyetujui mengenai perjanjian kontrak untuk menjadi pacar pura-pura Pak Seno dalam waktu yang lama dan saya ingin meminta uangnya terlebih dahulu karena butuh untuk biaya operasi Ibu saya. Tapi Bapak tak jawab, jadi sudah tahu kan? " cetus Agatha tanpa henti
Kedatangan Pak Broto membuat Agatha terdiam, dia bahkan bingung dan takut jika dirinya dikenali walau dengan make up tipis dan cara bicara yang sedikit berbeda."Apa yang sedang kalian berdua sembunyikan?" tanya Pak Broto yang merupakan Ayah Pak Seno."Kenapa Ayah datang tak memberi kabar dulu kepadanya Seno?" tanya Seno, sedangkan Agatha hanya diam tanpa mengeluarkan sepatah kata sedikit pun."Untuk apa Ayah memberikan kabar jika datang ke kantor kamu karena ini juga kantor Ayah bukan?" Jadi tak ada penjelasan ini?""Ucapan Agatha tadi tak ada sangkut pautnya dengan masalah pekerjaan, jadi biarkan saja. Dan kamu Agatha silahkan pergi keluar karena saya harus berbicara empat mata dengan Ayah saya!" ucapnya dengan memerintahkan Agatha untuk pergi dari ruangannya lagi pula Agatha saat ini sedang panik ketakutan dengan status mereka.Agatha mengangguk dan pergi meninggalkan ruangan Pak Seno. Dia bahkan bernafas lega karena diiring telah terhindar dari Pak Broto.Namun Agatha tidak benar-
Sebentar lagi akan siang hari. Namun, kenapa Agatha tak keluar kamar juga, apa itu terjadi karena kejadian semalam? Lantas Bagaimana dengan pekerjaan Agatha sedangkan sejak tadi Angga terus saja menelepon dirinya. "Kenapa Agatha tak keluar kamar, bagaimana jika Angga bertanya nanti? Tak mungkin aku memberitahukan kalau Agatha marah karena hal itu," ucapnya dengan bingung karena Angga sebentar lagi akan datang ke sini untuk menjemput Agatha sedangkan Agatha sejak tadi tak keluar kamar."Nenek, Mama Agatha mana? Hago ingin makan dengannya," ucap Hago dengan berjalan mendekati nenek Agatha."Sepertinya Mama kamu sedang kelelahan, jadi jangan ganggu dia dulu ya sayang!" jawab sang nenek dan untungnya Hago adalah anak yang mudah mengerti."Kalau begitu Hago nonton dulu sambil menungggu makanan yang Nenek buat," ucapnya tersenyum gemas dan pergi menuju ruang keluarga.Rumah Agatha yang hanya te
Wajah panik dan khawatir apa yang akan terjadi dengan Agatha saat ini. Walau hanya luka kecil saja pada bagian pelipisnya karena batu yang mengenai Agatha itu tidak begitu besar. Namun, tetap saja dia merasa takut jika sesuatu lebih buruk lagi terjadi terhadap wanita yang Seno cinta itu.Seno tak membawa atau memberitahukan siapa pun mengenai kondisi Agatha yang saat ini berada di kamarnya. Dia bahkan setelah melihat kejadian itu langsung saja membawa Agatha pergi dari rumah Agatha, dan tentu saja Agatha tak menolak karena Agatha pingsan bahkan sampai saat ini. Dilakukan Seno saat inu hanya memandangi wajah Agatha yang tengah di periksa oleh dokter."Bagaimana Dok? Apa tidak ada sesuatu yang buruk kan?" tanya Seno dengan raut wajah bingungnya. Tentu saja Dokter itu menggelengkan kepalanya untuk menjawab pertanyaan Seno, memang tak ada yang terjadi terhadap Agatha dikarenakan Agatha hanya terdapat luka saja pada keningnya dan darah yang keluar itu sudah dibersihkan hingga bagian kepala
Dia yang hendak melangkah ke kamarnya. Namun, diurungkan karena melupakan suatu hal. "Aku lupa untuk berbicara dengan Agatha, dia harus membeli susu untuk Hago besok pagi," ucap nenek Agatha takut jika cucunya nanti berangkat pagi-pagi buta dan dia tak saling berpapasan. Walau sudah tua tetapi nenek Agatha sanggup melakukan apapun dengan sendiri. Namun, berbeda jika dia sakit nanti. Dan lagi pula dengan adanya Hago dapat membuatnya tak merasa kesepian. Dia yang saat ini tengah melangkah menuju kamar Agatha tetapi langkahnya terhenti ketika mendengar suara Agatha yang menangis. "Agatha menangis, apa yang terjadi?" ucapnya bertanya dengan dirinya sendiri. Dia yang mengubah raut wajahnya menjadi sangat Khawatir terhadap cucunya takut hal yang tak terduga terjadi di dalam. Namun, dirinya mendengar suatu kalimat yang diucapkan oleh Agatha. Dan dengan cepat juga wajahnya yang tadi khawatir berubah menjadi marah. Brak! Pintu yang dibuka dengan kasar olehnya membuat Agatha terkejut. Mel
Masih bingung dengan jawaban yang harus dia berikan, Agatha tak tahu harus menerima Angga atau tidak. Dia yang masih saja memikirkan ucapan Seno mengenai perasaan Seno saat malam itu, sedangkan dirinya baru saja tadi pagi melihat Seno sudah berpaling dengan wanita lain. Dan lagi pula dia tak mungkin menolak Angga yang sudah mempersiapkan ini semua. Tidak lama kemudian Agatha terkejut dengan kedatangan Neneknya dan juga Hago yang berada di tempat ini juga."Kalian berdua ada disini?""Iya, kami telah menyaksikannya sejak tadi," jawab Nenek Agatha sehingga membuat Agatha tersenyum. Dia pun memeluk Neneknya dan membisikkan sesuatu kepada sang Nenek."Apa jawaban yang harus aku berikan?" tanya Agatha dengan suara pelan."Terima saja!" jawab Sang Nenek sehingga membuat Agatha terdiam.Jawaban keduanya saling bertolak belakang. Neneknya yang menyetujui jika Angga menjadi calon Suami Agatha sedangkan Agatha masih bimbang. Namun ketika dia melihat wajah Neneknya dan Hago tampak bahagia membua
Karena seorang wanita hubungan seorang Ayah dan anaknya hancur. Seno yang tak terima jika wanita yang dia cinta dihina seperti tadi. Agatha bukanlah wanita selalu saja berpikiran mengenai harta, dia wanita tulus yang menerima seseorang dengan apa adanya. "Jika Ayah terus mengatakan hal buruk tentang Agatha, maka aku tidak akan lagi menginjakkan kaki di tempat ini sekali pun Ayah memaksaku!" ucapnya dalam Seno berusaha mengancam Ayahnya agar tak terus-menerus mengatakan hal buruk mengenai Agatha. Keluarganya yang sudah hancur tanpa ada seorang Ibu dan Seno hanya dibesarkan oleh Ayah yang keras kepala dan tak memiliki hati. Walau sikap Seno tidak jauh berbeda dari Ayahnya, namun dia masih memiliki hati dan berpikir keras tentang perasaan seseorang. Kini Seno tak akan lagi melangkahkan kakinya dan menginjakkan rumah milik sang Ayah. Rumah yang dulu banyak kenangan bahagia ketika saat-saat bersama dengan Ibunya dan keluarganya termasuk dibilang keluarga harmonis, akan tetapi dalam
Mendengar suara bising dari meja yang tak jauh dari tempatnya, dan ketika Seno memutarkan pandangannya dia melihat seseorang yang saat ini berada di dalam hatinya itu tengah berdiri, bahkan suara yang tadi dia dengar berasal dari wanita tersebut."Kenapa ada Agatha? Apa dia bertengkar dengan Angga atau mungkin dirinya cemburu melihat aku bersama dengan Dinda?" tanyanya dalam hati. Bukan hanya Seno saja yang melihat Agatha, Ayah Seno pun juga mengetahui keberadaan Agatha di tempat yang sama.Kepergian Agatha membuat Pak Broto tersenyum, tanpa rencananya semua berjalan dengan lancar. Sedangkan Seno justru merasa bingung dengan Agatha tadi. Dia sontak berdiri dan ingin hendak mengejar Agatha, namun sesuatu menahan langkahnya."Mau kemana kamu? Cepat duduk!" ucap Ayah Seno dengan mencekal tangan.Mendengar itu Seno tak bisa mengelak, dia telah membuat janji terhadap Ayahnya dana akan selalu menuruti ucapan Sang Ayah tanpa membantahnya sedikit pun.Dia sebenarnya masih menganggung malu deng
Tak tahan dengan dirinya selalu saja disebut dan dipandang buruk oleh Pak Broto dan jika dia melawannya pun tak akan menjadi masalah sebab dirinya sudah tak bekerja di tempat perusahaan milik Pak Broto.Wajah Agatha yang terlihat marah besar sontak langsung saja melemparkan Pak Broto dengan segelas air putih yang berada di depan matanya.Byur!Pakaian yang terlihat mewah kini sama di depan mata Agatha ketika melihat sudah lusuh dan basah karena air yang disiram olehnya. "Sebelumnya maaf Pak jika saya melakukan hal yang baru saja saya lakukan. Seharusnya Bapak itu sadar, sudah tua jangan berbuat dosa dengan ucapan yang keluar dari mulut Bapak itu."Sedangkan seorang pria tua yang saat ini berada dihadapan Agatha terlihat marah karena dirinya yang biasa dihormati justru dihina, bahkan orang yang menghina dia adalah wanita bawahan seperti Agatha."Kamu bagi keluarga saya hanyalah debu, sesuatu yang harus dihilangkan atau dibersihkan. Bahkan karena debu seluruh keluarga mendapatkan penyak
Berjalan dengan hati-hati dan tanpa suara agar tak ada yang menyadari kepergiannya. Agatha yang saat tadi berteleponan dengan Pak Seno dan dia sungguh terkejut saat Pak Seno sudah berada di dekat rumahnya. Agatha antara percaya ataupun tidak, namun tak ada salahnya jika dia melihat. Kini dirinya sudah berhasil berada diluar rumah tanpa sepengetahuan siapapun. Udara yang sejuk menusuk kulitnya yang begitu putih dan mulus. Menggunakan pakaian tidur dengan sebuah sendal berbulu."Dimana Pak Seno? Apa mungkin dia hanya berbohong dan mengerjai aku?" tanya Agatha sambil melihat ke berbagai arah. Dia sebenarnya sedikit merasa tak yakin jika Pak Seno benar-benar berada di rumahnya, karena sekarang itu sudah menunjukkan jam satu malam.Agatha yang terus-menerus melihat-lihat dia tersentak kaget saat melihat seorang pria bertubuh tinggi dengan menggunakan topeng badut. Tubuhnya tiba-tiba saja menjadi kaku dan wajahnya terlihat sangat pucat."Siapa kamu?" tanya Agatha dengan gemetar ketakutan.
Entah dibawa kemana dirinya oleh Angga, Agatha benar-benar merasa bingung sebab dia tak kembali pulang ke rumah melainkan ke suatu tempat yang begitu asing baginya."Angga kita kenapa ke tempat ini?" tanya Agatha saat melihat sebuah hotel besar. Dia yang tak tahu jika dibawa ke tempat seperti ini sebab selama perjalanan dirinya tertidur. "Tak apa-apa, kita akan bermalaman yang lama disini!" Angga berucap, namun terlihat dari raut wajah marah Angga, beberapa kalimat yang diucapkan itu melainkan sebuah perintah."Aku menolak Angga, aku ingin pulang!" Agatha menolak ajakan Angga dengan keras.Melihat sang kekasih yang berani membantahnya membuat Angga sungguh kesal.Plak!Tamparan keras mengenai pipi kanan Agatha. "Kenapa menampar aku Angga? Kau berubah!" Teriak Agatha dengan merasa sangat kecewa melihat Angga yang kasar.Selama bertahun-tahun pacaran dulu dia tak pernah melihat Angga bersikap kasar seperti ini, namun sekarang Angga benar-benar dengan berani menampar dirinya."Maaf Agat